Seruan ini bagai perintah, orang-orang Gunung Naga Harimau yang sedang mengelilingi meja mengawasi kami langsung bangkit serentak. Kecuali Zhenren Shanyang yang masih memandangi kami dengan tenang, yang lain berhamburan keluar tenda komando dan berlarian ke luar.
Dan setelah melihat semangat kami yang jemari gatal ingin mencoba, Biksu Tao berjanggut itu akhirnya mengangguk dengan senyum misterius, mengajak kami bersama-sama menyaksikan.
Ia memang bisa menahan diri, namun sebelum kami sempat membuka tirai, tiba-tiba terdengar suara lengkingan bergema yang rendah dan panjang menusuk telinga semua orang.
Setiap perubahan nada lengkingan ini terasa begitu unik, seolah menghantam kalbuku dengan keras, membuat seluruh tubuhku gemetar tak tertahankan, dan muncul dorongan untuk berlutut bersujud.
Namun tekadku cukup kuat, langkah demi langkah aku berjalan keluar, memandang ke arah sumber suara, dan melihat bayangan hitam raksasa yang menjulang tinggi menyelimuti pulau, mencakar-cakar hingga hampir menutupi separuh langit.
Bayangan ini begitu megah, membuat hatiku bergetar hebat. Tak bisa melihat jelas, hanya kontur samar dan sepasang bola mata hijau zamrud di udara yang berkilauan, terus berputar mengamati semua makhluk di bumi. Pandangan dinginnya bagai ember air es yang menyiram dari kepala hingga telapak kaki, membuat bibirku gemetar tak terkendali.
Naga sejati! Pasti ini naga sejati! Baru muncul sudah membuat gejolak sehebat ini, adakah makhluk lain di dunia yang memiliki efek menakutkan seperti ini?
Hatiku resah, muncul pikiran tak berdaya. Tiba-tiba Zhenren Shanyang tertawa terbahak-bahak: "Bisa membesar dan mengecil, naik dan menyelam; Besar mengeluarkan kabut, kecil bersembunyi; Naik terbang di angkasa, menyelam di balik ombak. Sungguh naga langit-bumi sejati, akhirnya kau keluar juga!"
Aku mundur perlahan-lahan, hati dipenuhi keterkejutan—Zhenren Shanyang ini benar-benar punya kemampuan hebat. Terhadap naga sejati yang momentumnya menyelimuti langit dan bumi ini, dia masih punya keyakinan untuk menghadapinya. Strategi apa sebenarnya yang dia miliki?
Si Berbulu melihat kekhawatiran di hatiku, menepuk bahuku sambil berkata dengan tenang: "Si Racun Kecil, jangan takut. Naga sejati ini adalah spesies purba yang tersisa, berbeda sama sekali dengan semua materi di dunia fana. Ia tidak tunduk pada hukum fisika saat ini. Dalam jarak tertentu, semakin jauh kamu darinya, citra yang terlihat justru akan semakin besar. Hanya dengan berdiri tepat di hadapannya, barulah wujud aslinya yang sesungguhnya terlihat."
Aku tertegun, bertanya: "Ini prinsip apa? Bukankah biasanya semakin jauh jarak, objek yang terlihat semakin kecil?"
Si Berbulu menghela nafas: "Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan ini padamu. Naga sejati bukanlah makhluk dari dunia kita. Ia melampaui materi, eksis di tak terhitung dunia. Saat ini kebetulan saja dunia kita bertumpukan dengan dunianya. Mana mungkin kita memahami hal ini? Ular naga air biasa yang ingin menjadi naga sejati harus mengalami ribuan sambaran petir, melewati berbagai kesulitan, baru bisa terangkat menjadi naga sejati dan melompati 'Gerbang Naga'."
Naga ada berjuta jenis. Makhluk apapun yang bisa mencapai bentuk seperti ini, semuanya bisa berubah menjadi naga.
Mendengar penjelasan metafisik dari Si Berbulu, aku malah semakin bingung. Mengikuti Zhenren Shanyang yang berlari ke tepi danau, kulihat bayangan hitam yang menyelimuti pulau dan langit itu mulai mengecil. Kini ia hanya menguasai puncak gunung tempat kami sebelumnya bertarung dengan makhluk jurang. Awan hitam bergulung-gulung, ketika mendekat, barulah terlihat wujudnya yang sesungguhnya: kumis menjuntai di samping mulut, mutiara di bawah dagu, satu titik kelemahan di leher, sisik raksasa dan sungut panjang, perut putih punggung hitam dengan sirip di atasnya. Di kepalanya menjulang dua tanduk tinggi berwarna kelabu koral, kehilangan aura suci namun terlihat lebih nyata, hampir 70-80% mirip dengan legenda.
Ini adalah naga hitam. Seluruh sisiknya seolah direndam dalam tinta, beberapa keping memantulkan cahaya bak prajurit yang siap bertempur.
Ia bertengger di puncak gunung, panjang tubuhnya tak terukur. Bola matanya menatap tajam ke arah dua kawah besar milik Gunung Naga Harimau di tepi danau. Lengkingannya merobek angkasa bagai suara piringan tembaga yang dipukul. Terinfeksi emosi ini, hatiku tiba-tiba dipenuhi kesedihan yang tak tertahankan.
Namun sebelum sempat kurenungi perasaan yang terkandung dalam lengkingan naga itu, tiba-tiba sebuah cakar muncul dari udara kosong langsung mencengkeram kapal Gunung Naga Harimau yang berlabuh di danau.
Dengan sedikit tenaga, kapal besar itu langsung hancur berkeping-keping. Di bawah sorotan lampu-lampu kapal yang berkilauan, serpihan kayu beterbangan, potongan tubuh manusia yang terbelah, dan layar kapal yang terkoyak menyatu dengan jeritan panik, mengubah permukaan danau menjadi neraka duniawi dalam sekejap.
Zhenren Shanyang menyaksikan naga sejati itu menyerang dan menghancurkan kapalnya dalam sekejap. Bulu kuduknya berdiri tegak karena kemarahan, "Siluman terkutuk! Berani sekali kau!"
Begitu kata-kata itu terucap, selembar She Ling (Perintah Pengampunan) kebiruan langsung melesat dari lengan jubah Zhenren Shanyang, menembus tajam ke arah puncak gunung.
Mantra pengampunan itu bagai meteor yang menyambar masuk ke dalam awan hitam yang bergulung-gulung. Tiba-tiba cahaya terang memancar, menerangi langit dan bumi sejernih kristal. Seluruh angkasa dipenuhi suara gaib ribuan daoshi yang melantunkan mantra-mantra suci. Dengan kekuatan ini, aura Zhenren Shanyang mengkristal sempurna - dari 36.000 titik akupuntur di tubuhnya, energi vital terus menyembur deras, menerbangkan jubah kuningnya dalam kibasan angin kencang.
Kemudian, dengan gerakan memanjat seolah menaiki awan hijau, ia langsung melangkah gagah menuju puncak gunung sambil bersenandung.
Sungguh pantas Zhenren Shanyang dijuluki ahli legendaris! Hanya dengan satu She Ling, ia berhasil mengintimidasi naga sejati. Sementara para daoshi Longhushan lainnya terjun ke air untuk menyelamatkan rekan seperguruan yang tenggelam - membuktikan kehebatannya yang melampaui batas manusia biasa.
Aku mengangkat kepala, melihat Zhenren Shanyang yang tampak lambat tapi sebenarnya cepat mendaki puncak gunung. Saat ia hendak menggunakan triknya, lubang hidung naga hitam bergetar, dua semburan api hitam tiba-tiba melesat menembus kabut putih, menghujam langsung ke arah Zhenren Shanyang.
Si Ksatria Kumis Keriting juga menunjukkan kemampuannya. Dengan menggoyang jubahnya perlahan, api hitam yang menyengat itu seolah menyiram es padat, mengeluarkan uap putih tebak.
Dalam kabut Yinyun yang menggumpal, Zhenren Shanyang kembali mengeluarkan alat ritual utama Gunung Naga Harimau - "Hu Kaisar" pemberian kerajaan. Saat tangannya terangkat, hu giok itu membesar secara tak terkira lalu menghantam naga hitam yang menguasai puncak gunung.
Hu Kaisar ini menyimpan cap leluhur generasi Gunung Naga Harimau, khususnya Zhang Daoling yang telah mencapai pencerahan. Pukulannya seberat 10.000 tahil membuat naga hitam tak berani menghadang langsung. Tubuhnya yang panjang menyusut dan menghilang, sementara hu raksasa itu menghantam puncak gunung hingga setengahnya remuk. Batu-batu besar berguling jatuh ke kolam dalam di bawah, bergemuruh keras.
Naga sejati menyembunyikan wujudnya, apakah pertempuran ini berakhir begitu saja?
Tentu bukan, setelah jurus Zhenren Shanyang meleset, naga sejati itu kembali menjulurkan tubuhnya dari kabut, ekor sepanjang beberapa zhang menghantam ke arah Zhenren Shanyang yang melayang di udara, dengan kekuatan seolah membawa puluhan ribu ton.
Zhenren Shanyang bukanlah bagian dari aliran dewa bumi, tentu tak bisa melayang di udara tanpa dasar. Kemampuannya melesat ke langit hanyalah bergantung pada medan Qi dari mantra She Ling yang sebelumnya ditembakkannya. Serangan naga ini mengganggu keseimbangan energi langit-bumi, membuatnya tak bisa bertahan di udara. Ia terpaksa melompat ke depan, menginjakkan ujung kaki di batu yang jatuh, lalu berbalik menghindari tendangan ekor raksasa itu, sebelum akhirnya melompat ke punggung naga. Dengan kekuatan terkonsentrasi di kedua tangan, ia menghantamkan pukulan ke ekor naga.
Dong!
Gemuruh menggelegar membelah langit dan bumi, mengguncang tanah. Disusul raungan melengking kesakitan dari naga yang menggeliatkan seluruh tubuhnya. Dalam gerakan mengerut, naga itu melemparkan Zhenren Shanyang tepat di bawah cakarnya...
Manusia dan naga ini terus bergulat di sekitar tebing danau. Naga mengandalkan kekuatan alamiah dan gerakan magisnya yang tak terduga, namun Zhenren Shanyang bagai lalat mengganggu harimau, dengan gigih terus meneror hingga membuat sang naga jengkel tak karuan.
Pemandangan ini saja sudah cukup membuat orang tertegun, namun yang lebih menakjubkan adalah naga sejati yang melanggar hukum ruang angkasa, bentuk tubuhnya tiba-tiba membesar lalu mengecil. Kadang megah seperti pegunungan, kadang ramping seperti naga air danau, membuat mata silau dan otak tak mampu mencerna. Bahkan mata terasa akan buta, kesadaran pun kacau balau.
Saat aku masih bingung menatap, Si Berbulu mengulurkan telapak tangannya menghalangi pandanganku. Katanya: "Pertama kali melihat benda ini, informasi yang masuk terlalu banyak dan perubahan terlalu cepat. Hati pasti langsung kacau, mudah terkena gangguan energi jahat. Lebih baik jangan memakai mata jasmani, tapi rasakan dengan hati dan medan Qi. Hanya dengan cara ini kita bisa dapatkan hal yang paling nyata."
Mendengar ini, kutatupkan mata. Seketika kurasakan Zhenren Shanyang yang semula unggul bagai lilin di tengah angin. Meski memancarkan cahaya menyengat, akhirnya tak sanggup melawan tekanan medan Qi dahsyat sang naga. Setiap saat nyala api itu bisa padam - Astaga, benarkah seperti ini?
Hatiku bergejolak. Tiba-tiba kubuka mata dan melihat muncullah dua cakar raksasa yang tercipta dari ilusi, menyambar tubuh Zhenren Shanyang.
Biksu tua itu tadi melakukan serangkaian serangan kilat sehingga napasnya belum rata. Kini ia pun enggan menghindar. Seluruh tubuhnya bergetar, dari jubah bulunya tiba-tiba terbang dua ekor harimau yang hidup-hidup menggigit cakar raksasa itu. Pertarungan sengit naga vs harimau pun terjadi. Saat kedua pihak terjebak dalam kebuntuan, tiba-tiba terdengar teriakan dari Kapal Pencari Naga di kejauhan: "Zhenren Shanyang, jika terus terbelenggu seperti ini, seandainya naga sejati itu menghilang dan situasi berubah drastis, momen emas ini akan berlalu. Bagaimana jika kita bekerja sama melawan musuh?"
Kalimat ini diucapkan oleh Ketua Pavilion Ciyuan Ge Fang Hongjin dengan nada bicara yang lembut dan damai. Di telinga Zhenren Shanyang, suara ini terdengar indah bagaikan suara dewa. Setelah merenung sejenak tanpa mempermasalahkannya lebih lanjut, ia mengangguk dan berkata "Tapi", lalu mengundang rekan sejalan untuk memberikan bantuan.
Begitu persetujuan diberikan, segera semburan kembang api melesat ke langit dari Kapal Pencari Naga, bergemuruh di balik kabut tipis tempat naga sejati itu bersembunyi. Percikan api bertebaran di udara, membuat tubuh naga itu langsung kaku membatu bagai patung. Pada saat yang sama, Tuan Wei di haluan kapal tiba-tiba mengeluarkan perangkap kayu rumit dari pelukannya, membidik naga yang melayang di udara. Dengan suara "pu!", sebuah anak panah melesat menuju titik kelemahan () pada sisik naga itu.
