Saat kritis, yang paling kupercaya tetap Cermin Zhen dalam pelukanku yang telah melewati ujian tak terhitung.
Seberkas sinar biru muncul dari permukaan cermin yang licin, lalu melesat tajam ke arah bayangan hitam itu. Awalnya bayangan itu tak bereaksi, namun saat sinar biru menyentuh kulitnya, akhirnya merasakan ancaman. Tubuhnya berbalik ingin menghindar ke samping, tapi kecepatannya tak sanggup menyaingi sinar biru yang dipancarkan Cermin Zhen. Sinar biru yang menyala-nyala itu berhasil "menggigitnya".
Namun yang membuatku terkejut, sinar biru yang biasanya bisa membekukan sebagian besar makhluk hidup ternyata sama sekali tak mempan pada bayangan ini. Sinar itu menembus tubuhnya. Makhluk itu hanya mengibaskan ekornya sebentar, lalu tiba-tiba melesat turun. Seluruh tubuhnya melayang di udara, tak lagi menyembunyikan wujud atau bersembunyi, melainkan muncul dengan gagah di hadapan kami.
Dan kami pun melihat: ini ternyata seekor naga sejati, naga hijau berdarah murni!
Tepatnya, ini adalah naga kecil sepanjang kurang dari setengah meter dengan tubuh sebesar pensil. Penampilannya persis seperti naga yang kami lihat di Jembatan Lima Unsur tadi, hanya jauh lebih kecil. Tubuhnya masih memancarkan aura naga yang menggetarkan dan menakutkan, tapi melihat wujudnya sekarang, di hatiku hanya ada rasa geli – mana mungkin ini naga? Lebih mirip tali rami kasar!
Di dunia ini mana ada naga sejati yang segimut ini?!
Melihat wujud asli dalang kejahatan ini, aku, Si Berbulu, Paman, dan Duoduo yang berdiri di samping saling bertatapan selama sedetik, lalu tertawa terbahak-bahak. Semuanya terasa lucu dan di luar akal sehat.
Saat itulah aku baru teringat perkataan Si Berbulu yang sebelumnya disampaikan di tepi danau. Naga sejati itu adalah makhluk yang berbeda dari semua spesies di dunia ini. Seberapa besar sesungguhnya tubuhnya? Hanya dengan berdiri tepat di hadapannya, barulah seseorang bisa merasakan secara konkret.
Tawa kami telah membuat naga kecil ini tak senang. Kumisnya bergerak halus, lubang hidungnya mengembang sedikit, dan asap hitam menyembur keluar. Dua ular api merah membara yang panas menyala muncul berkelok-kelok, merayap menuju tubuh Si Berbulu yang tertawa paling nyaring.
Segala sesuatu yang misterius memang menimbulkan ketakutan. Namun ketika naga kecil ini menampakkan wujud aslinya, Si Berbulu justru tak lagi khawatir. Pedang Lei Fa-nya bergetar, menyatukan dua nyala api itu menjadi satu. Dengan tenang ia mengeluarkan tulang selangka putih sempurna dari dalam bajunya, menghadang semburan api merah itu.
Api merah dan tulang belulang saling bertarung selama tiga hingga lima detik sebelum akhirnya lenyap. Sebuah piring giok berkapur yang mengkristal sempurna jatuh ke tangan Si Berbulu. Tampaknya sangat panas, ia melemparkannya beberapa kali sebelum akhirnya mengamatinya dengan puas: "Talisman Mantra Pembubaran Panji ini adalah karya terbaikku sejauh ini! Sayangnya selama ini aku belum menemukan energi api yang cukup kuat untuk mematrikan talisman langit-bumi ini. Sekarang semuanya menjadi sempurna!"
Monyet Tongbi bukanlah makhluk biasa. Legenda dari alam spiritual ini memiliki ketahanan terhadap api yang luar biasa. Bahkan setelah mati, tulangnya mampu menahan panas menyengat dari napas naga yang berapi-api. Kini setelah dimanipulasi oleh Si Berbulu, kekuatannya menjadi berlipat ganda, sempurna.
Senang mendapatkan jimat Fu yang memuaskan, Si Berbulu dengan gesit memberikan kode mata padaku sambil mencoba menjilat naga kecil di udara: "Hei Xiao Qing, tahukah kamu sebenarnya kami bukan penyusup? Kenalkah dengan temanku ini? Tempat ini adalah Kuil Pemujaan Timur Yelang. Dulu dia pemimpin Aliansi Besar Yelang. Jadi secara teknis, ini kampung halamannya! Masalah sertifikat tanah memang rumit, tapi kami hanya ingin mencari Batu Giok Merah Hujan - juga disebut Cairan Naga. Berikan itu pada kami, kami langsung pergi dan tak akan menuntutmu atas pemaksaanmu tinggal di sini..."
Naga sejati memang makhluk cerdas. Ia mendengarkan dengan serius omong kosong Si Berbulu sebelum akhirnya kehilangan kesabaran. Saat mulutnya membuka, aura kemarahan yang menyala-nyala dari matanya seakan membakar kami hidup-hidup. Cakar depannya menghantam ke arah Si Berbulu.
Masih cakar raksasa transparan yang muncul tiba-tiba, kali ini sepasang, langsung menerjang si tukang ceramah ini hingga terjatuh.
Sebagai naga sejati, meski berukuran kecil, ia memiliki kekuatan yang cukup. Si Berbulu langsung terhempas ke tanah, sama sekali tak bisa bangun. Yang dihadapinya adalah mulut raksasa yang tiba-tiba muncul, menggigit ke arah lehernya.
Paman terus dalam siaga tinggi. Tanpa ragu langsung mengarahkan pedang kayu jujube yang tersambar petir ke depan mulut itu, mengaktifkan energi Lei di dalamnya. Kilatan listrik biru segera merambat dari bilah pedang, membuat aura transparan itu bergetar tak beraturan.
Sementara aku fokus total. Melihat Naga Hijau kecil itu mulai menyerang, segera mengaktifkan Pedang Hantu. Saat dihunus langsung memanjang hingga satu zhang, nyala hantu berkobar, menebas tubuh asli berbentuk tali rami di udara.
Saat Si Berbulu dan Paman sedang bergulat dengan cakar dan mulut transparan itu, seperti diduga tebasan pedangku kembali meleset. Naga kecil ini meski masih muda tapi tetap makhluk misterius, mengabaikan hukum alam di ruang kami. Baik Cermin Zhen maupun Pedang Hantu, berbagai trikku tak mempan. Fakta ini membuatku kecewa, berpikir apakah kami akan dibunuh hidup-hidup oleh tali rami tak berarti ini?
Namun tepat pada saat ini, Duoduo yang selama ini kulewatkan tiba-tiba muncul di belakang Naga Hijau kecil itu. Kedua kakinya bersilang, tangan kiri menempel di dada tepat di posisi jantung, tangan kanan membentuk cakar seolah menggenggam mangkuk ritual. Ia mengarahkan gerakan ke tali rami kecil itu tanpa menyentuh, hanya bibir mungilnya yang terus bergumam: "Dharmacakra Sang Bhagavā, evaṃ mayā śrutam..."
Mudra yang dibentuk Duoduo kemungkinan adalah teknik khusus yang diajarkan Nenek Siluman Hantu. Saat konsentrasinya memuncak, ruang angkasa tiba-tiba dipenuhi energi spiritual aneh. Meski tak berpengaruh pada kami, saat mencapai tubuh Naga Hijau kecil, tubuhnya yang bergoyang seperti rambut dalam air mendadak kaku, melesak tegak bagaikan batang besi.
Mantra Arhat Penjinak Naga, satu jurus langsung sukses.
Usaha Duoduo kali ini efektif, namun hanya sebatas menunda serangan Naga Hijau kecil. Saat Si Berbulu bangkit, makhluk itu tiba-tiba menganga mengeluarkan lengkingan panjang bernuansa sunyi senyap. Tubuh setengah meternya bergetar kencang, seisi ruang terasa berguncang. Pancaran cahaya dari tubuh Duoduo yang mengendalikannya mulai goyah, menciptakan ilusi akan menghilang.
Melihat pemandangan ini, Si Berbulu tak bisa menahan dengus dingin: "Naga, sungguhkah kau sehebat itu? Tak terkalahkan?"
Ia mengulurkan tangannya, di tangan tergenggam Kertas Jimat Luo Fan yang baru saja diramu dengan api naga. Fu yang telah melebur menjadi satu ini segera memancarkan sinar megah bak matahari begitu kesadarannya tiba. Saat ini, Si Berbulu sudah sangat mahir mengendalikan fu. Sinar ini sama sekali tidak melukai Duoduo, melainkan terkonsentrasi penuh pada tubuh Naga Hijau kecil itu.
"Panji Suci tergantung mengabarkan berkah, Para Dewa tak terhitung berjaga, Dosa langit terhapuskan, Mantra selesai panji turun, Panji awan kembali ke langit, Tiap tunduk pada perintah, Tiada yang berani terlambat, Segera tunduk seperti Hukum Ling Kaisar Giok!"
Seperti cakar raksasa yang muncul tiba-tiba dari Naga Hijau kecil itu, menanggapi mantra Si Berbulu, ribuan panji ritual berjuntai dari langit. Pada panji-panji ini terukir berbagai burung mitos dan makhluk suci, memadatkan kekuatan menakutkan yang lahir dari ruang kosong tak berujung. Kekuatan ini bisa berupa dewa-dewi, materi gelap, atau eksistensi yang tak terpahami oleh kami. Tanpa peduli itu semua, kulihat energi tak terbatas mengalir deras, langsung menghujam tubuh Naga Hijau kecil itu.
Tok!
Bersama dengan bendera ritual yang jatuh ke tanah, ada juga Naga Hijau kecil ini. Setelah menerima serangan mendadak dari Si Berbulu, akhirnya ia tidak bisa menahan kekuatan mengerikan yang turun itu, hingga akhirnya terjatuh ke tanah. Yang menyusul bukanlah ketenangan, awan naik dan turun, kekuatan kertas jimat penurun bendera itu belum juga menghilang, terus-menerus memukul tubuh Naga Hijau kecil ini. Ternyata ia memang kurang pengalaman bertarung, sampai bisa dikalahkan oleh mantra bertubi-tubi Si Berbulu, terjungkal ke tanah dan terhimpit mati.
Kemenangan yang datang begitu mudah membuat Si Berbulu girang bukan main. Ia berteriak ke belakang: "Siluman Kecil, pinjamkan Tali Pengikat Siluman Sembilan Ekormu!"
Tidak ada jawaban, tapi dari belakang melayang seutas tali putih yang dililit benang halus. Si Berbulu sudah terbiasa dengan ini. Sambil melafalkan mantra sejati, ia menunjuk Naga Hijau kecil. Ajaibnya, Tali Pengikat Siluman Sembilan Ekor itu hanya dalam dua tiga gerakan langsung mengikat makhluk kecil ini dengan erat. Meski masih terus melawan dan melompat-lompat, akhirnya takdirnya tak bisa lepas dari ditawan.
Teringat cangkang telur yang kulihat sebelumnya, tiba-tiba aku berpikir: Barangkali makhluk kecil yang sangat menyebalkan ini baru menetas belum lama ini?
Jika benar demikian, mengerikannya naga sejati yang berada di puncak kejayaannya, sungguh membuat bulu kuduk merinding.
Semuanya ditunda dulu, Tali Pengikat Siluman Sembilan Ekor ini punya satu kelebihan, yaitu semakin kuat objek yang terikat berontak, tali akan semakin mengencang. Banyak yang tidak tahu, akhirnya langsung tercekik sampai mati. Jadi setelah meronta-rona selama hampir sepuluh menit, akhirnya dia berhenti menghela nafas dan tidak melawan lagi. Saat itu, si Berbulu sambil menarik Tali Pengikat Siluman Sembilan Ekor, berbicara tegas ke Naga Hijau kecil di lantai: "Aku tahu kau mengerti bahasa manusia. Jadi dengar, sekarang situasi genting. Kalau kau tidak memberikan Batu Giok Merah Hujan padaku, tidak hanya kau, bahkan... eh, Mami-mu juga akan dapat masalah besar. Kerja sama, saling menguntungkan, setuju?"
Mungkin kata-kata si Berbulu menyentuh hatinya, akhirnya dia mengangguk dan berhenti meronta. Si Berbulu girang bukan main, membayangkan dengan pemandu lokal kecil ini, mungkin kami bisa cepat dapatkan Cairan Naga. Tapi tepat saat kami bersiap keluar dari area stalagmit, terdengar suara langkah dari arah datang. Kujulurkan kepala, lihat sekelompok orang tiba-tiba muncul di jembatan koridor, bergegas menuju altar tengah.
