Sekte Iblis yang telah berusia ratusan tahun dipenuhi para ahli. Meski menghadapi tetua seperti Utusan Kiri, aku dan Si Berbulu tidak terlalu takut. Setelah melewati begitu banyak bahaya selama ini, kami justru ingin mencoba melihat siapa yang lebih kuat. Namun terhadap Xiao Foye yang legendaris ini, rasa takut itu muncul.
Ketidaktahuan akan masa depanlah yang menjadi sumber ketakutan. Xiao Foye bagaikan naga yang tak terlihat ekor maupun kepalanya, bahkan anggota sekte pun tak pernah melihat wajah aslinya. Namun pengaruhnya selalu terasa di mana-mana, seperti udara.
Mendengar perkataan orang itu, aku dan Si Berbulu saling pandang bingung. Sudah sekian lama berlalu, mengapa tiba-tiba Xiao Foye mau menampakkan diri?
Mungkinkah mereka sedang bersiap untuk mengincar Luo Feiyu?
Semua ini tidak kami pedulikan. Aku dan Si Berbulu dengan hati berdebar-debar masuk ke Kuil Iblis dengan lancar. Kami kembali duduk bersila di sudut tenggara, menyatukan tangan dalam pose penghormatan, menanti dimulainya ritual. Namun setelah semua orang masuk, sang Pemimpin Ritual Iblis Langit tidak langsung memulai pembacaan mantra. Dia justru berdiri khidmat bersama para petinggi, seolah menanti sesuatu.
Penantian ini berlangsung hampir setengah jam. Untungnya semua yang hadir sudah terbiasa dengan suasana khidmat di Kuil Iblis. Tak ada keributan, mereka hanya duduk bersila sambil mengatur napas dan melatih tubuh.
Waktu terus berlalu. Momen sakral yang ditentukan telah lewat, Kuil Iblis pun tenggelam dalam kesunyian tak biasa. Semua mata menantikan kedatangan pria legenda itu. Sambil duduk di bantal meditasi, kusirkulasikan energi Zhou Tian diam-diam untuk membersihkan tubuh. Kubesarkan serangga gemuk dalam tubuh dengan hati-hati, menyembunyikannya dari pandangan.
Setelah evolusi ribuan tahun, serangga gemuk itu kini telah menyatu sempurna denganku. Energinya yang dulu menggelegar kini kembali ke kesederhanaan tertinggi. Hanya sedikit yang tahu rahasia ini, dan kini dia lebih patuh dari sebelumnya.
Namun entah bagaimana, Jin Can Gu gemuk yang awalnya tertidur lelap di alam kesadaran tiba-tiba menggeliat, seolah merasakan sesuatu. Tiba-tiba ia meringkuk erat, menyusut menjadi titik kecil, dan menyembunyikan aura hingga sulit kudeteksi. Aku tak tahu apa yang terjadi, tiba-tiba kupingku mendengar dengung. Kumenoleh dan melihat pancaran cahaya emas menyusup lewat pintu kuil, menerobos kerumunan kepala manusia, lalu melayang hingga di depan patung shen sebelum akhirnya berhenti melayang.
Kutatap tajam, dan kaget setengah mati—cahaya emas itu tiba-tiba lenyap, menampakkan sosok serangga raksasa seukuran kepala orang dewasa.
Tubuhnya mirip kepompong ulat sutra, punggungnya memiliki sepasang sayap. Di bawah tubuh gemuknya terdapat puluhan kaki kecil yang cacat. Di setiap ruas tubuhnya terdapat mata yang hidup seperti asli. Di kepala serangga itu terdapat sepasang mata majemuk sebesar bola pingpong, terdiri dari ribuan lensa kecil yang memancarkan warna-warna magis. Siapapun yang memandangnya akan terbuai dalam pusaran jiwa, tak bisa melepaskan diri.
Astaga, bukankah ini Jin Can Gu yang selama ini bersemayam di perutku?!
Kumenoleh dan melihat tatapan terpana Si Berbulu. Kami berdua tahu: meski serangga raksasa ini sangat berbeda dengan Jin Can Gu nasib dasarku, tapi jika si cacing gemuk ini terus tertidur beberapa kali lagi, siapa tahu ia bisa berubah wujud seperti ini.
Pada saat itu, seluruh pikiranku seperti terjerumus ke dalam kekosongan, sama sekali tidak mendengar apa yang diucapkan oleh iblis langit.
Perlu diketahui bahwa Jin Can Gu mudah dipelihara, tapi Jin Can Gu nasib dasar ini adalah warisan turun-temurun dari Gu Dunzhai Miao sejak zaman Yelang kuno, benar-benar unik. Bagaimana mungkin ada Jin Can Gu lain yang tiba-tiba muncul di dunia? Setelah lama terpaku, kulihat Jin Can Gu sebesar kepala manusia itu tiba-tiba melesat ke udara, meluncur ke arah patung shen obsidian di belakang. Seketika, benda itu menyusup ke dahi patung tersebut.
Waktu seolah berhenti sejenak, lalu aura dahsyat tiba-tiba memancar dari patung itu, melambung ke langit sebelum turun perlahan dari atas, menyelimuti seluruh Puncak Iblis bagai serangan maut Gunung Tai. Semua makhluk di bawahnya hanya bisa tunduk, terpaku di tanah, mengikuti teriakan massa: "Jenderal Pemimpin Aliran, penerus takdir langit, kegelapan kembali, Dewa Kematian abadi!"
Teriakan itu bergema semakin keras bak ombak berlapis, diiringi pecahnya manikam giok yang memperkuat tekanan di kepala, menciptakan ilusi cuci otak.
Aku merenung sambil menempelkan wajah ke tanah: Sama-sama Jin Can Gu, kenapa milik orang lain bisa sehebat ini, sementara aku hanya bisa berlutut seperti ini?
Informasi yang terungkap dari kondisi tadi terlalu banyak, bahkan belum sempat aku cerna. Namun akhirnya aku mengerti mengapa orang-orang hebat seperti Utusan Kanan-Kiri dan Dua Belas Bintang Iblis bersedia mengabdi pada Xiao Foye. Meski ditindas oleh Aula Buddha, Utusan Kanan-Kiri tetap tak berani melawan. Mungkin karena kekuatan luar biasa yang ditunjukkan Xiao Foye benar-benar memupuskan semua harapan?
Teriakan ini berlanjut sembilan kali, sembilan-sembilan menyatu, baru perlahan mereda. Gaungnya masih bergema tak henti dalam kuil.
Dengan penglihatan samping, kusoroti sekeliling. Di pintu kuil kulihat seorang sarjana paruh baya berjubah hijau masuk perlahan. Tampan berpenampilan anggun, wajahnya beraura intelek seperti profesor universitas. Sekilas tak terlihat memiliki kemampuan spiritual, namun di balik alis dan matanya tersembunyi keistimewaan. Dadaku berdebar, refleks bertanya: "Ini... Xiao Foye?"
Si Berbulu di sampingku yang melihat Jin Can Gu raksasa itu tak merasakan keterhubungan seperti aku. Dengan tenang ia berbisik: "Bukankah Dewa Iblis Langit tadi sudah menjelaskan? Serangga raksasa itu bernama Jin Can Gu, proyeksi spiritual Xiao Foye. Kini telah masuk ke Patung Shen, menjelma Putra Dewa Mahakuasa. Dari tempat tinggi, ia mengawasi kita dari kejauhan..."
Karena ada orang lain, ucapannya penuh seluk-beluk namun tetap membantah pernyataanku. Tak lama kami tahu jati profesor universitas itu - ternyata dia adalah Kepala Eksekutif Aula Buddha, Tuan Qiushui.
Di belakang Tuan Qiushui terdapat total enam orang, termasuk Zhai Danfeng. Ketujuh orang ini adalah para pejabat senior Aula Buddha yang berjalan perlahan ke tengah aula utama dan berbisik-bisik dengan Iblis Langit.
Banyak orang di dalam kuil tampak bingung. Selama ini Aula Buddha selalu bersikap rendah hati dan tidak pernah aktif tampil ke depan. Namun kini mereka tiba-tiba memamerkan semua petinggi mereka. Meski tidak mengerti maksudnya, karena tekanan aura sebelumnya dan Jin Can Gu yang menyatu dengan patung obsidian, tidak ada yang berani protes. Setelah negosiasi selesai, Iblis Langit dengan ekspresi aneh mengumumkan identitas Tuan Qiushui lalu menyerahkan hak bicara kepadanya.
Pria paruh baya berpenampilan santun itu berdiri di podium dengan senyum tipis, berkata tenang: "Jenderal pemimpin aliran sedang menjalani pertapaan kematian dan tidak bisa hadir. Namun beliau mengutus avatar Jin Can ke sini untuk merasakan iman kalian semua secara langsung. Ini hal pertama. Untuk yang kedua, atas nama beliau saya umumkan: Xiao Foye akan menunjuk seorang Perawan Suci sebagai simbol kekuasaannya dalam sekte!"
Meski gerakannya tak terduga, Xiao Foye menguasai penuh Aula Buddha yang berarti juga mengendalikan Sekte Iblis. Sebenarnya tidak perlu menunjuk Perawan Suci atau juru bicara di markas besar. Namun mungkin untuk mengendalikan pasukan-pasukan bandelnya, langkah ini diambil sebagai bentuk pengawasan.
Begitu kata-kata ini terucap, gemuruh bisikan segera memenuhi ruangan. Bahkan Langit dan Bumi, Utusan Kiri dan Kanan pun terlihat sangat terkejut. Jelas sebelumnya mereka sama sekali tidak mengetahui kabar ini. Setelah Tuan Qiushui selesai mengumumkan, beliau tidak memberi kami waktu lama untuk mencerna. Dengan suara lantang beliau berseru ke luar: "Persilakan Yang Mulia Perawan Suci Erdele!"
Meski tingkat kultivasinya tidak tinggi, suara nyaring pria ini bergema ke seluruh penjuru aula.
Dari luar segera ada yang menyahut. Kulihat ke pintu kuil, dua monster berkerangka masuk. Setelah diperhatikan, mereka bukan monster melainkan manusia cacat bertubuh buruk rupa. Di kepala mereka tertancap bulu burung berwarna-warni, tubuh atas telanjang kurus tinggal tulang. Namun dalam tubuh seram itu tersimpan kekuatan binatang buas - bukankah ini orang gua Yelang yang pernah kami lawan di dasar lembah Celah Sempirit Gunung Hijau?
Melihat ini, Si Berbulu seakan teringat sesuatu. Dengan mata setengah terpejam ia menatap ke pintu. Di sana muncul Gadis Miao Youyou yang dulu tertinggal di Celah Semprit. Beberapa tahun berlalu, gadis kecil berambut pirang itu kini lebih tinggi. Mungkin jarang terpapar matahari, kulitnya seputih susu. Dengan dikawal empat orang gua, ia perlahan masuk ke aula. Di belakangnya, enam dari Delapan belas Arhat Pelindung Kuil mengawal dari luar.
Di bawah sorotan semua orang, gadis Miao Youyou berjalan perlahan menuju patung Shen. Meski sudah diberi penjelasan sebelumnya, wajah kecilnya tetap tegang menahan perasaan. Namun tubuhnya dikelilingi asap hitam pekat yang dipenuhi aroma kematian, membuat orang-orang di sekitarnya minggir takut tersentuh sedikit pun.
Melihat Youyou si gadis Miao muncul di atas panggung seperti ini, Si Berbulu mengatupkan kepalan tangannya begitu erat sampai hampir berbunyi gemeretak.
Aku bisa memahami kemarahan Si Berbulu. Meski tak tahu bagaimana Xiao Foye menemukan Youyou, perasaannya terhadap gadis itu seperti ayah pada putrinya sendiri. Kini Youyou justru menjadi Perawan Suci Xiao Foye - perubahan yang sulit diterima. Saat Youyou maju ke depan panggung, Tuan Qiushui memperkenalkannya sebagai Perawan Suci Youyou, saudara klan yang ditemukan Xiao Foye dari celah ruang-waktu. Di bawah komandonya terdapat banyak ahli penelitian jiwa...
