Setelah gemuruh getaran dahsyat yang berlangsung beberapa saat, yang akhirnya muncul dari mulut lubang langit yang dalam itu adalah seekor monster raksasa dengan belasan pasang mata merah.
Kami tidak bisa melihat wujud lengkapnya. Hanya dari mulut raksasanya yang mengerikan dan kepala anehnya, kami menyimpulkan makhluk semacam ini seharusnya bukan berasal dari dunia manusia. Dalam kekacauan tadi, bukan hanya penembak roket yang tewas, tiga praktisi kultivasi yang mendekat untuk melihat keributan itu juga hampir tanpa perlawanan berubah menjadi bubur daging, lalu digulung oleh lidah lembut sepanjang delapan sembilan meter dan dimasukkan dengan hati-hati ke dalam mulut mengerikan itu.
Perubahan mendadak ini membuat semua orang di sekitar lubang langit berlari mati-matian ke belakang. Sementara Yang Cao, Hong Anguo, dan Li Tengfei justru mendekati kami dan Si Berbulu. Wajah dua orang pertama pucat bagai mayat, sedangkan Li Tengfei yang paling ahli terus menarik napas dalam-dalam, seolah jika kurang satu tarikan napas saja, jantungnya akan langsung berhenti.
Kami semua menyadari begitu kebekuan ini pecah, perubahan akan terjadi. Namun tak ada yang menyangka roket yang ditembakkan justru memicu kedatangan makhluk menakutkan sebesar ini. Li Tengfei menggenggam lenganku sambil berteriak, "Lu Zuo, aku mengenal barang ini! Cepat lari..."
Pasukan besar kami yang berada di lereng bawah bukit ini mendengar keributan di depan, segera ada yang mengorganisir semua untuk kabur ke segala penjuru. Menghadapi siluman raksasa sebesar ini, kami memang tak punya tekad untuk bertarung habis-habisan. Tapi mendengar perkataan Li Tengfei, rasa penasaranku langsung terbangun. Kutanya, "Kamu mengenal makhluk ini? Apa sebenarnya asal-usulnya?"
"Nye Asuo, juga disebut Raja Iblis Api Beracun. Ia memiliki 33 lubang hidung, setiap lubang bisa menyemburkan api yang sanggup membakar langit dan menggerus bumi. Dulu leluhur sekte Qingcheng pernah mengerahkan seluruh tenaga untuk menaklukkannya, mengurungnya di tempat rahasia. Ternyata di sini! Aku paham sekarang, pasti Sekte Iblis yang mendapatkan lokasi segelnya saat menyerang Puncak Emas Qingcheng, lalu mengarahkan kita ke sini untuk memanfaatkan pisau orang lain membunuh!" Teriak Li Tengfei dengan raut dipenuhi kebencian.
Rupanya begitu. Tak disangka di tempat tak mencolok ini tersimpan makhluk berbahaya semacam itu. Pantas saja tadi Duoduo dan siluman kecil tak berani masuk, mungkin sudah merasakan aura binatang buas ini.
Aku menengadah ke arah tepian lubang langit sejauh seratus meter. Iblis raksasa beracun itu telah merayap keluar dari mulut lubang. Tubuhnya sebesar bukit kecil, mirip tupai atau katak berdarah dingin. Pencahayaan yang kabur dan distorsi aura aneh membuatku tak bisa melihat wujud lengkapnya.
Aku bertanya dengan bingung pada Li Tengfei, "Dulu leluhurmu sudah menangkap makhluk ini, kenapa tidak langsung membunuhnya? Mengapa harus disegel? Bukankah ini merepotkan?"
Melihat sikapku yang tenang, Li Tengfei mulai mengurangi kepanikannya. Ia menjelaskan, "Binatang buas semacam ini biasanya berasal dari luar batas dimensi, binatang sialan yang merangkak keluar dari jurang. Selama masih ada secuil kesadaran, mereka akan terlahir kembali dalam lahar dan api di bawah hukum jurang. Jika menyerang kembali, mereka akan lebih kuat dan licik. Hanya dengan menyegel dan mengawasinya langsung, kita bisa mengontrol ancamannya."
Saat Ia berkata seperti ini, aku teringat Xiao Heitian di bawah pohon penyambung dua dunia Yin-Yang. Seketika aku tersadar, menyaksikan makhluk iblis raksasa bernama Nie Asuo merayap keluar dari lubang langit. Li Tengfei menarikku dengan kasar, berusaha membawaku pergi. Namun aku malah tersenyum, menoleh ke Si Berbulu sambil berkata: "Lao Xiao, ini adalah iblis yang pernah ditaklukkan leluhur Qingcheng. Di bawah kakimu juga ada anjing tanah yang sangat sombong. Menurutmu, siapa yang akan menang dalam pertarungan anjing ini?"
Si Berbulu dengan tenangnya mengangkat leher anjing kecil hitam yang terlihat lesu itu. Ia mencabut tiga jarum perak dari tengkuknya, lalu berkata sambil tersenyum tipis: "Siapa yang hebat dan siapa yang pengecut, baru bisa diketahui setelah benar-benar bertarung!"
Setelah mencabut jarum ketiga, ia melemparkan anjing hitam kecil itu ke depan. Semburan cahaya hitam itu mulai mengembang seperti balon ditiup. Seketika, berubah menjadi makhluk raksasa seukuran iblis beracun itu. Keduanya bertubrukan dengan dahsyat, langsung berguling-guling berkelahi.
"Xiao Hei menerjang dengan momentum penuh, Nie Asuo yang tidak siap langsung terjungkel seperti anjing menjilat tanah, menghantam sebuah bukit kecil hingga hutan di atasnya rata tergilas. Lalu suara penuh kemarahan dan kewibawaan bergema dalam hatiku: 'Apituo, ternyata kau brengsek ini berani menyerangku!'" Kuperaba telinga yang berdenging, terkejut mendengar gemuruh dahsyat itu. Tiba-tiba suara lain mengguntur: "Nie Asuo, kalau tak mau mati minggirlah ke jurang! Atau kubuat kau menyesal datang ke sini setiap hari!"
"Astaga! Raja Iblis Agung Apituo malah jadi antek manusia biasa? Kau sudah kehilangan martabat, dengan apa lagi kau mau memerintah para pahlawan?"
Dua raksasa iblis ini terus mengaum sambil bertarung habis-habisan. Pertarungan mereka primitif namun brutal - saling menghantam tubuh, menggigit dengan kebencian. Darahku berdesir melihatnya. Sementara dua gunung hidup ini berguling-guling, daerah sekitarnya hancur lebur. Beberapa puncak gunung remuk ditabrak, batu-batu raksasa beterbangan menimpa korban. Keseimbangan wilayah ini kacau balau. Langit berguncang, tanah bergetar, gunung runtuh dan tanah terbelah. Sungguh bukan tempat untuk ditinggali.
Pasukan besar yang datang kali ini telah mundur ke jalur yang sama di bawah pimpinan Kepala Departemen Lou dan sekelompok praktisi kultivasi. Aku dan Si Berbulu juga tidak bertahan lagi di garis depan, dan dengan cepat mundur ke belakang.
Perang antara dua iblis itu sungguh menakutkan. Kecuali memiliki kemampuan luar biasa seperti Tao Jinhong yang bisa mengubah busuk menjadi ajaib, lebih baik tidak ikut campur. Tak ada yang bisa tetap tenang di medan perang dimana batu-batu terus berjatuhan dari atas kepala. Kami berlari pontang-panting sambil mundur, dalam hati menyadari bahwa kali ini kami benar-benar terjebak dalam rencana. Tak disangka Sekte Iblis yang bahkan belum muncul beberapa kali saja sudah bisa membuat pasukan besar kami yang awalnya penuh percaya diri lari pontang-panting.
Dalang di balik semua ini, Xiao Foye itu, kenapa otaknya bisa sehebat itu?
Melarikan diri dalam kegelapan memang sangat berbahaya. Karena itu ada orang yang terus berpatroli di sepanjang jalan untuk mencegah anggota yang terpisah dari pasukan besar atau diserang Sekte Iblis di tengah keributan. Jika tidak, hasilnya hanya akan berupa kekacauan total.
Kami terlambat meninggalkan lokasi. Butuh waktu lebih dari seperempat jam untuk bisa menyusul pasukan besar. Seorang petugas menghubungi kami. Setelah mengkonfirmasi identitas, pria berkacamata berbaju Zhongshan itu berlari mendekat, menggenggam tanganku dengan panik sambil berteriak: "Yang Mulia! Kepala Departemen Lou tersedot ke dalam gua di bawah jalan gunung! Tolong selamatkan dia! Aku mohon..."
Otakku sedikit blank, aku membalikkan tangan dan meraihnya, setelah memastikan ia tidak berniat menyerang, baru bertanya: "Ada masalah apa? Jelaskan detail!"
Wajah pria itu penuh tanah, kacamata di batang hidungnya pecah sebelah. Sambil terisak ia bercerita: "Tadi saat kami berlari kembali, ada yang melihat Kepala Departemen Lou tiba-tiba terpeleset dan jatuh ke jurang jalan gunung. Sudah berteriak lama tak ada jawaban. Lalu kami bentuk tim 10 orang untuk menyelidiki, tapi mereka juga tidak kembali. Akhirnya aku sendiri turun dengan pasukan. Ternyata di bawah ada celah batu sempit yang panjang. Entah kenapa di situ ada pusaran angin besar yang kuat. Banyak yang tersedot masuk, lalu... hilang selamanya..."
Tampaknya pria ini adalah pengikut setia Kepala Departemen Lou. Mungkin karena tahu sebelumnya aku dan atasannya tak pernah akur, ia nyaris setengah berlutut dihadapanku, kedua tangan mencengkeram pahaku tak mau lepas.
Aku mengerutkan alis, menyuruhnya mengantarku ke TKP. Di depan jalan turun berbentuk diagonal, kulihat kerumunan orang berkumpul. Alih-alih panik, mereka malah menatapku dengan mata membelalak.
Berdiri di pinggir jalan, kupicingkan mata menatap kegelapan di bawah. Ranting-ranting bergoyang diterpa angin. Tapi masih terlihat celah batu sempit memanjang di balik rimbunnya hutan, tepat di dasar jurang itu.
Aku menoleh dan mulai menghitung, melihat sekitar sini mungkin kurang dari seratus orang. Selebihnya ada yang terpencar, ada yang tewas, dan sebagian tertinggal di jalur mundur. Sungguh tidak bisa dibandingkan dengan keramaian saat keberangkatan. Setelah hening sejenak, aku bertanya: "Sebenarnya berapa orang yang tersedot ke dalam?"
"Dua puluh lima!" Orang itu menjawab tanpa ragu. Alisku langsung berkerut, kutanyakan dengan suara berat: "Untuk menyelamatkan satu orang, kita kehilangan 24 saudara?"
Orang itu mengabaikan pertanyaanku. Dengan leher tegang ia bersikukuh: "Tidak meninggalkan, tidak menyerah. Ini prinsip pasukan kami!"
Jika orang lain bicara begitu, mungkin aku akan hormat. Tapi sekarang terdengar sangat ironis. Kutersenyum dingin, tak lagi menghiraukannya. Mataku menyapu sekeliling, reflek bertanya pada Hong Anguo: "Yang Cao? Bukannya dia ikutmu?"
Hong Anguo wajah masam: "Dia juga turun ke bawah tadi..."
Aku terdiam. Memandang sekeliling, lalu cemas melirik ke belakang tempat gemuruh terus bergema. Kutanya Xiao Keming: "Lao Xiao, apakah Apituo bisa menang?" Si Berbulu tersenyum: "Tak tahu. Tapi tidak akan kalah." Kuanggukkan kepala, lalu mengeluarkan dokumen identitas dari pelukan. Dengan serius kuperintahkan pada kerumunan: "Kepala Departemen Lou kini hidup-matinya tak jelas. Dengan kewenangan tertinggi, kuperintahkan semua orang mengikuti Hong Anguo untuk sementara mengungsi ke kamp komunikasi pinggir jalan. Yang hilang di bawah jadi tanggungjawabku! Ada yang keberatan?"
