Beberapa kali kehilangan kendali tanpa alasan membuat hatiku berdebar kencang. Refleks, mataku memicing melihat area antara kolam dan siluman kecil.
Kulihat lidah tak kasat mata yang panjang melilit pergelangan tangannya.
Lidah aneh ini dipenuhi duri yang menghujam lengan gioknya. Hanya dalam sekejap, siluman kecil itu terlihat linglung seperti kehilangan daya melawan. Lidah tak berbentuk inikah biang kerok hilangnya Kepala Departemen Lou, Yang Cao, dan Duoduo?
Begitu pikiran ini muncul, Pedang Batu yang berkeliaran di tepi kolam langsung melesat tajam ke arah sana.
Pedang Batu tidak terkenal akan ketajamannya. Benda ini seperti Qilin Tai, di dalamnya tersimpan tekad roh binatang buas purba, sehingga dapat mengeluarkan efek menakutkan layaknya senjata ilahi. Ketika Huang Chenqu Jun menyerahkannya kepadaku dengan cara warisan yang aneh dulu, tekad di dalamnya pun turut diberikan padaku.
Itu adalah tekad yang berwibawa namun sunyi, namun menyimpan kekuatan yang mampu membuat seseram.
Sruuk!
Lidah tak kasat mata itu langsung terputus di tengah setelah dirasuki tekad ini, disertai kekuatan dahsyat yang mundur ke kolam sambil meninggalkan suara mengaum samar. Sementara itu, Xiao Yao terjatuh ke arah berlawanan. Aku melangkah nekat ke depan, meraih tubuh gemetar gadis ini sambil menatap bola matanya: "Tidak apa-apa?"
Di dalam mata jernih Xiao Yao yang murni seperti kristal, tatapannya tiba-tiba berkabur, pupilnya melebar. Namun sepersekian detik kemudian kembali fokus. Ia mendorongku sambil bersuara dingin: "Kukira benda aneh apa, ternyata cuma kodok berkaki tiga!"
“Kodok kutil?” Aku menatap kolam besar yang terus bergelora, bulu kuduk masih meremang ketakutan, tapi tak mengerti maksud siluman kecil. Siluman kecil itu pun berkata dingin, "Katak Emas Berkaki Tiga, makhluk legenda Tao yang dipercaya membawa keberuntungan, konon bisa memuntahkan uang. Tapi sejatinya, cuma kodok busuk yang sehari-hari berguling-guling dalam lumpur dasar Sungai Naihe, mengais hantu air dan arwah penasaran untuk bertahan hidup..."
Aku mulai paham. Rupanya makhluk ini adalah jelmaan iblis yang ditaklukkan Sekte Iblis selama setengah tahun mereka bermukim di Kota Hantu.
Setiap makhluk berlatar alam spiritual, sekecil apapun seperti Monyet Mingyuan Naihe, pasti punya kemampuan bertahan dari hukum rimba di lingkungan kompleks sana. Meski si siluman kecil meremehkan, raut wajahnya justru tegang. Kuketahui Katak Emas Berkaki Tiga ini pasti sulit dihadapi. Kutoleh ke Si Berbulu, "Gimana?"
Si Berbulu menyeringai, "Meski ganas, makhluk ini sebenarnya harta berharga. Hari ini nasibnya habis ketemu kita. Lihat saja trikku."
Usai bicara, ia melesat ke depan sambil bergumam mantra, menancapkan Pedang Hukuman Guntur langsung ke dalam kolam.
Setelah beberapa kali bernapas, pedang Lei Fa tiba-tiba mulai bergetar. Pada bagian punggung pedang yang semula berwarna biru keemasan gelap, mulai muncul kilatan listrik biru-ungu. Kilatan listrik yang tak menentu ini kemudian merambat ke dalam air seperti tongkat setrum nelayan. Aku merasa malu, ternyata Si Berbulu sudah menemukan cara untuk terus mengalirkan energi Lei dari pedang kayu persiknya. Dengan setruman seperti ini, pasti kodok berkaki tiga itu akan ngompol tidak karuan.
Seperti yang diduga, energi Lei yang terakumulasi pada Lei Fa berasal dari sembilan langit. Benda dengan energi Yang murni dan perkasa ini bukanlah sesuatu yang bisa dihadapi langsung oleh iblis penghuni Sungai Naihe. Tak lama kemudian air kolam bergolak hebat, semburan air raksasa menyembur ke daratan.
"Gagal mencuri malah kehilangan beras", Si Berbulu tak mungkin melakukan kesalahan seperti itu. Dengan sigap ia menarik kembali energi Lei dan berguling menghindar dari serangan balasan kodok berkaki tiga. Kami pun ikut menghindar, dan melihat dua lentera hijau zamrud besar muncul dari kedalaman kolam.
Dua lentera besar itu tak lain adalah mata kodok berkaki tiga. Namun sebelum sempat kami melihat wujud lengkapnya, terdengar suara "krok...krok..." kodok. Daya hisap yang dahsyat tiba-tiba muncul dari mulutnya.
"Sebelumnya dari jarak yang begitu jauh, sudah bisa menghisap kami hingga hampir terbang, dan kini berhadapan langsung, aura menakutkan ini membuat kami tidak bisa berdiri tegak, terus terdorong bergerak ke arah kolam. Tapi kami bukan orang biasa, segera mengerahkan tenaga ke telapak kaki, menenangkan qi di Dantian, berpijak kokoh di batuan. Bahkan aku sempat meraih siluman kecil yang tiba-tiba limbung."
Dalam desiran angin yang menderu ini, akhirnya kulihat sosok yang mengendap di balik kepala sebesar bukit. Siluet ramping itu memandang kami dengan dingin dari ketinggian.
"Iblis Wanita!" Kataku dengan suara beku, tapi hati tetap tenang: "Tak kusangka kau ternyata belum mati?"
Seperti pepatah mengatakan "kesatria yang berpisah tiga hari, harus dilihat dengan pandangan baru", situasi sekarang berbeda dengan masa lalu. Dulu ketika kami bertemu iblis wanita, bahkan belum sempat bertaruh, kami sudah harus kabur. Namun saat ini, ahli sehebat itu tidak lagi membuat kami khawatir. Justru kodok berkaki tiga di bawah kakinyalah yang agak menyebalkan. Di langit-langit gua batu ini ada cahaya samar, entah itu kilau benang laba-laba atau benda lain. Iblis wanita itu bergerak sedikit ke depan, menampakkan wajahnya yang cantik dan lembut. Sambil memeluk lengannya, dia tersenyum halus dan berkata: "Sungguh mengejutkan, kupikir tidak akan mendapatkan ikan besar di sini, tapi ternyata kalian juga bisa masuk..."
Pandanganku menjelajahi seluruh tubuh Iblis Wanita, selalu merasa ada sesuatu yang tidak beres. Siluman kecil melihat mataku terbelalak, lalu mencubit telingaku. Namun begitu dia melakukannya, tiba-tiba aku berteriak: "Tunggu, kenapa tanganmu sudah sembuh?"
Dulu di Klub Laut Selatan, Iblis Wanita pernah kupotong lengan kirinya. Kemudian di Markas Besar Iblis pun dia tidak kunjung pulih. Tapi sekarang dia berdiri menyilangkan tangan di dada, memperlihatkan sepasang lengan putih bak tunas teratai. Melihat keterkejutanku, Iblis Wanita dengan bangga mengayunkan tangan kirinya beberapa kali, berkata bahwa trik Xiao Foye bisa menjangkau langit dan bumi, mana mungkin dimengerti manusia biasa seperti kami?
Si Berbulu di samping mencibir, berkata: "Heh, kalian begitu patuh padanya, tapi diam-diam masih berencana menjatuhkannya?"
Perkataan ini membuat Iblis Wanita tegang, refleks berteriak: "Siapa bilang? Aku setia pada Xiao Foye, Bulan dan matahari dapat menjadi saksi!"
Tanpa basa-basi lagi, kuhunus Pedang Hantu ke arahnya, suaraku membeku: "Di mana Duoduo? Serahkan dia, aku bisa memberimu pengampunan!" Menghadapi ancamanku, wajah Iblis Wanita justru cerah, suaranya mendayu: "Oh siluman hantu kecil yang imut itu? Aduhhh, sialnya, kakak juga sangat menyukainya lho. Nanti setelah kami mengakhiri kalian, akan kuhapus kesadarannya. Siapa tahu bisa jadi senjata andalan baru..."
Mendengar dia bercerita tentang trik menghadapi Duoduo, siluman kecil itu langsung tak tahan, berteriak keras: "Penyihir tua, kau pikir dengan seekor kodok belang ini saja, sudah cukup untuk mengucapkan janji kosong seperti itu?"
Siluman kecil itu tak mau berlama-lama, melesat ke udara menerjang iblis wanita. Namun si Lao niangmen itu tersenyum aneh sambil tertawa terbahak: "Karena berani menyergap kalian di sini, kira-ku cuma punya trik segitu?" Dia mengeluarkan bendera perintah merah-hitam dari punggungnya, mengayunkannya kasar. Seketika roh-roh jahat menyembur deras dari air dengan wajah-wajah mencekam, melilit tubuh siluman kecil. Bersamaan, jaring di atas kepala kami tiba-tiba robek, puluhan laba-laba iblis berkepala manusia muncul dari atas, menerjang ke bawah dengan gesit.
Setelah lama bersembunyi, serangan iblis wanita langsung dahsyat bagai guntur menggelegar, seakan gunung runtuh dan tanah terbelah.
Kodok raksasa sebesar bukit di bawah kaki si perempuan itu terus menyedot tanpa henti. Dalam kondisi seperti ini, bergerak jadi sangat sulit. Tapi menghadapi sekelompok laba-laba iblis, kami tak bisa diam di tempat. Kami pun mengerahkan semua kemampuan, bermanuver gesit menghindari serangan gelombang pertama ini.
Setelah memastikan bahwa Kodok Emas Berkaki Tiga itu berasal dari Sungai Naihe, asal-usul laba-laba iblis raksasa ini tak perlu dipertanyakan lagi. Si Berbulu melangkah mengikuti formasi bintang, pedang Lei Fa-nya secepat kilat. Sementara aku memvisualisasikan pegunungan, bertahan dengan kokoh. Pedang Hantu itu berputar-putar, selalu berhasil memotong beberapa bagian tubuh mereka.
Setelah pertarungan kacau ini, akhirnya kami berhasil menguasai situasi meski dikepung puluhan laba-laba iblis. Di udara, Xiao Yao telah terbebas dari daya hisap mengerikan itu, memaksa roh-roh jahat yang menggelepar itu mundur terus.
Kemenangan seolah sudah di depan mata, tinggal mengulurkan tangan.
Namun tepat saat aku mengulurkan tangan kiri, mengunci Tangan Iblis Sihir di mulut laba-laba iblis yang terus membuka-menutup itu, tiba-tiba aku merasakan kekuatan yang membuat jantung berdebar datang tiba-tiba dari kegelapan jauh.
Tak sempat berpikir panjang, langsung kulumatkan diri menghindar dari serangan mengerikan itu.
Belum sempat mantap berdiri, terdengar suara gemuruh dahsyat. Batuan di bawah kaki mulai bergetar, stalaktit di atas kepala berhamburan jatuh. Si Berbulu di sampingku berteriak: "Bahaya! Jalan keluar kita tertutup!"
Aku refleks menoleh ke belakang, melihat area lorong tempat kami datang sudah ambruk, bahkan wilayah dekat mulut lorong pun tertutup rapat oleh bebatuan. Kekuatan chaos yang bernuansa gelap ini terasa familiar. Aku menatap ke ujung kegelapan, melihat sosok kecil berkerangka kurus tak bernyali sedang membidikkan panah ke arah sini tanpa rasa takut.
Orang gua! Panah Fu!
Aku berteriak kencang. Sinar panah lain tiba-tiba menyambar, nyaris menyikat sisi tubuh Si Berbulu. Setelah menembus tiga ekor laba-laba iblis yang melompat, panah itu menghantam keras di lorong.
Boom— gemuruh...
Sekali lagi terjadi getaran hebat, kurasakan lorong sempit itu telah sepenuhnya runtuh, dan harapan kami untuk kembali pun pupus. Saat itu, suara iblis wanita kembali terdengar mendayu, berkata sambil tertawa: "Saudara-saudara Xiao Foye memang ahli alami bawah tanah, kali ini kami menutup pintu memukul anjing, anak-anak kecil, ke mana lagi kalian bisa kabur?"
