Selama Xiao Foye belum ditumpas, ancaman besar tetap mengintai. Semua sepakat dengan logika ini. Tapi si licik ini lincah seperti rubah, gesit seperti harimau, bergerak cepat bagaikan kelinci, diam mengobservasi bak perawan. Setiap tindakannya dirancang matang. Di matanya, kejayaan sekte, pergantian dinasti, bahkan nyawa manusia hanyalah pion belaka. Mana mungkin kita bisa menangkapnya.
Dalam jebakan kali ini, Xiao Foye sudah mengatur segalanya dengan cermat. Meski gagal karena campur tangan biksu Tibet dan Master Shixiong, akhirnya ia berhasil lolos dari kepungan dan menghilang tanpa jejak.
Aku menjulurkan badan ke depan, memandang jurang yang dalam sepuluh ribu zhang ini, lalu melirik Dharma Raja Gua Harta. Sadar bahwa jika biksu tua ini tidak mengejar, upaya kami memburunya akan sia-sia. Bisa jadi malah terkena jebakan balik - toh yang paling jago memainkan trik seperti ini tak lain adalah Xiao Foye itu sendiri.
Meski Xiao Foye luput dikejar, masih banyak anggota Sekte Iblis yang tersisa di Hutan Lebat tanpa sempat dievakuasi. Jika tak bisa menangkap ikan besar, udang kecil pun jangan dilewatkan. Ini disebut menghantam kekuatan hidup musuh. Di antara mereka, tak hanya ada elite-elite pilihan yang dikumpulkan Sekte Iblis selama bertahun-tahun, tapi juga praktisi kultivasi yang bertapa puluhan tahun di Lembah Kematian. Meski secara individu mungkin kalah dari kami, kualitas rata-rata mereka jauh melampaui Tim Aksi Departemen Agama.
Musuh seperti ini - satu yang musnah berarti berkurang satu. Rencana pemusnahan Xiao Foye pun kehilangan banyak tenaga pendukung. Siapa tahu kita bisa menangkap beberapa petinggi setara Dua Belas Bintang Iblis sekalipun.
Kami kembali ke seberang untuk melanjutkan pengepungan. Sang Dharma Raja Bao Ku tampaknya terluka dalam pertarungan melawan Xiao Foye, atau mungkin meremehkan anggota Sekte Iblis yang jauh lebih lemah darinya. Dengan gerakan lincah, ia melompat dan melayang pergi. Meski Dharma Raja pergi, Jiang Bai dan rombongannya tetap tinggal. Kehadiran biksu-biksu jubah merah ini menambah kekuatan. Di bawah pimpinan Master Shixiong, sebagian besar pasukan yang tercerai-berai di hutan telah bergabung kembali dengan pasukan utama. Aku dan Si Berbulu bersama tim MAHIR lainnya melancarkan serangan terakhir ke musuh.
Menjelang siang, Sekte Iblis telah mengalami kekalahan total dan tak lagi mampu membentuk perlawanan terorganisir.
Setelah itu, tugas kami praktis selesai. Helikopter terus melintas di langit, mengejar anggota sekte yang mencoba melarikan diri. Pencarian lebih lanjut diserahkan ke Departemen Agama dan pasukan terkait.
Bertempur semalaman hingga pagi, bahkan pria sekuat baja pun mulai kelelahan. Aku dan Si Berbulu tak lagi ikut serta dalam operasi lanjutan. Kami ditempatkan di sekitar pos komando sementara, beristirahat di tenda sederhana. Tak lama kemudian Master Shixiong datang. Kami bangkit berdiri dan bertanya: "Bagaimana kondisi sebenarnya?"
Wajah Master Shixiong terlihat serius, mengatakan jenazah Taishishu dan saudara seperguruan lainnya sudah dikonfirmasi, baru saja juga sudah menyuruh orang untuk mengangkutnya. Chanshi Dongbiao dan Wakil Kepala Biro Zhang yang bertanggung jawab memimpin tim ekspedisi ini juga telah ditemukan, semuanya gugur dalam pertempuran dengan cara yang heroik.
Chanshi Dongbiao tidak perlu dibahas lagi, kematiannya memang heroik dan patut dipuji. Namun Wakil Biro Zhang yang berwajah dingin itu benar-benar membuat Master Shixiong jengkel, karena kekalahan tragis ini terjadi akibat keserakahannya mengejar prestasi dan tindakan gegabahnya. Banyak ahli tidak harus mati di tepi Sungai Jinsha yang dikelilingi hutan lebat ini. Chanshi Dongbiao dan Penatua Pengajar Mao Shan mungkin juga tidak akan mati kalau bukan karena hal ini.
Tapi begitulah negara kami. Jika seseorang belum mati, menjadi kambing hitam atau menanggung beban besar adalah hal yang wajar. Namun begitu mati, itu dianggap gugur secara heroik sebagai pahlawan. Hampir mustahil menuntut pertanggungjawaban, karena kematian seseorang mengakhiri segalanya. Urusan orang mati sudah selesai, tapi yang hidup masih harus membereskan sisa-sisa masalah. Mendengar jenazah Penatua Pengajar Deng Zhendong ditemukan, Bibi Xiao Yingyan, Li Yunqi, dan beberapa anggota Mao Shan yang bersama kami segera bangkit dan bergegas keluar.
Mereka semua mengalami luka-luka dalam kadar berbeda, beberapa bahkan kesulitan untuk bangkit. Namun tetap berusaha keras berjalan keluar. Si Berbulu bersama Master Shixiong memimpin rombongan. Saat keluar pintu bertemu Bakpao, bocah nakal tak berperasaan ini bermain dengan Duoduo dan yang lain. Entah dari sudut mana ia mengeluarkan anak panda, dipeluk seperti boneka sambil tertawa riang.
Tingkat kultivasinya sebenarnya tidak buruk, tapi selalu dilindungi Bibi. Tak tahu bahwa gurunya telah tewas, masih bersemangat menunjukkan anak panda dalam pelukannya. Wajah bakpao yang gemuk berisi merekah dalam senyuman cerah.
Tapi kami tak punya waktu untuk menggoda dia. Langsung menuju area penyimpanan mayat. Di belakang bukit kecil yang teduh, Penatua Pengajar terbaring di keranda dengan kain putih menutupi wajah. Sedangkan jenazah lain ditumpuk begitu saja, suasana langsung terasa mencekam.
Senyum polos Bakpao langsung membeku saat Si Berbulu membuka kain penutup. Penampilan Penatua Pengajar yang dahulu beraura dewa kini mengerikan - kepala benar-benar penyok, tubuh mengering seperti mumi. Melihatnya saja jantung serasa mau copot.
Ini adalah penampakan setelah otak dihisap oleh Jin Can Gu. Namun Baozi justru mengenali wajah mumi jelek ini sebagai Shifu-nya. Tanpa ragu ia melempar panda kecil hitam-putih yang lucu dari pelukannya, tak peduli tangisan bayi itu. Ia menerjang ke depan, memeluk erat jenazah gurunya sambil meratap histeris: "Shifu... Shifu... Fengfeng janji tidak akan mencuri makan kaki ayam lagi, tidak merengek turun gunung, tidak mencabut janggutmu saat kau tidur lagi... Bangunlah Shifu... Jangan tinggalkan Fengfeng..."
Suara lugu Baozi bergema di punggung bukit kecil itu. Aku menahan ekspresi, memindahkan pandangan dari mayat Penatua Pengajar ke samping. Melihat satu per satu jenazah ini, aku membayangkan di balik setiap mayat ada keluarga yang hancur, suka-duka perpisahan. Mereka seharusnya berhak hidup di dunia ini, menikmati matahari dan menghirup udara yang sama dengan kami. Namun kini roh mereka telah dipanggil ke neraka, tanpa harapan kembali...
Melihat jenazah sesama murid, Si Berbulu menggemertakkan giginya sampai berbunyi. Melihat Baozi hampir pingsan karena tangisan, Bibi yang berusaha menenangkannya pun sudah menjadi sesosok penuh air mata. Tiba-tiba ia memutar Lei Fa terbalik. Bilah tajam pedang itu mengiris telapak tangannya sendiri. Darah segar langsung mengalir melalui kelopak pedang.
Si Berbulu mengoleskan darah itu ke dahinya, dengan kebencian yang membuat merinding ia berkata: "Aku Xiao Keming sekali lagi bersumpah, pasti akan membunuh Xiao Foye, membalas dendam untuk Penatua Agung! Jika melanggar sumpah ini, rohku takkan kembali ke neraka, selamanya tenggelam dalam penderitaan!"
Saat itu darah dan Qi-nya naik ke kepala, ia membuat sumpah darah. Orang-orang di sekitarnya pun meniru, bersumpah untuk memusnahkan Xiao Foye dan membalas dendam untuk rekan seperjuangan serta sesama murid yang tewas mengenaskan. Keriuhan massa yang marah membuat suasana sesaat menjadi panas.
Bukan pencuri yang ditakuti, tapi niat jahat mereka yang terus mengincar. Inilah kondisi Xiao Foye sekarang. Mengapa Osama bin Laden bisa melawan pemerintah Amerika selama sepuluh tahun? Bukan karena kekuatannya setara negara adidaya, tapi karena gerakannya yang misterius dan tak berprikemanusiaan. Inilah yang menyebalkan. Kemarahan bisa membangkitkan semangat juang, tapi tindakan nyata tetap harus diambil. Master Shixiong menatap dalam ke Bibi Xiao Yingyan yang sedang mengurus bakpao, lalu menarik aku dan Si Berbulu ke samping untuk berdiskusi.
Di puncak bukit kecil, Master Shixiong memicingkan mata memandang langit yang berbayang gelap. Ia bercerita telah bernegosiasi dengan iblis wanita: Dengan jaminan keselamatan dan kebebasannya, sang iblis bersedia bekerja sama dengan Departemen Agama dalam segala investigasi. Tapi ia tak percaya pada orang lain - kami berdua harus menjadi penengah.
Urusan ini tidak sulit, tapi Si Berbulu masih ingin memastikan. Ia bertanya pada Master Shixiong: "Seandainya misi ini selesai, apa rencana kalian untuk sang iblis wanita?"
Master Shixiong terdiam sejenak, mengusap dagunya dengan tenang berkata: "Meskipun iblis wanita termasuk tulang punggung penting di Sekte Iblis, perbuatan jahatnya tak terhitung jumlahnya, namun kasus pembunuhannya sebenarnya tidak banyak. Lagipula keahliannya dalam hal-hal mesum ini justru diminati banyak orang. Jadi selama dia tidak cari mati, nasibnya sebenarnya aman..."
Master Shixiong berbicara samar, namun soal urusan mesum, meski dianggap keji oleh orang awam, bagi kalangan tingkat tertentu justru dianggap biasa. Sebaliknya banyak yang malah tertarik dan ketagihan. Jika iblis wanita itu bisa menguasai momentum, siapa tahu bisa menanjak cepat...
Begitulah kehidupan, kami tak kuasa mengubahnya jadi tak perlu dibahas. Master Shixiong melirik Long Ge yang berjarak belasan meter dariku, berbisik: "Tadi buru-buru sampai lupa tanya, sahabatmu itu sebenarnya siapa sih? Aku melihatnya saja sudah merasa panik."
Aku tak menyembunyikan asal-usul Long Ge dari Master Shixiong. Mendengar statusnya sebagai penjaga kuil pemujaan yang kini menjadi pengawal pribadiku, bahkan Master Shixiong yang sudah biasa melihat lika-liku dunia terkejut bukan main. Setelah lama terdiam, dia mengacungkan jempol dan dengan susah payah mengeluarkan dua kata: "Hebat!"
Ekspresi kekaguman tulus dari Master Shixiong membuatku diliputi rasa bangga, semangat kerjaku pun semakin membara. Kami tinggal di dasar Lembah Sungai Jinsha selama tiga hari, akhirnya membersihkan sisa-sisa Sekte Iblis yang tersisa. Namun setelah penghitungan terakhir, terungkap meski Sekte Iblis sudah sangat lemah, masih banyak orang penting yang lolos dan berkeliaran bebas.
Dharma Raja Bao Ku terus melacak. Departemen Agama bahkan mengerahkan pasukan militer, helikopter, hingga strategi "lautan rakyat" dalam perang rakyat. Namun arah pergerakan Xiao Foye dan rombongannya tetap hilang. Si serangga gemuk akhirnya tertidur lagi karena kekenyangan. Waktu memasuki Desember 2012, kami sudah lama berada di Sichuan Barat. Master Shixiong beralih ke ibu kota untuk memimpin tim khusus pemberantasan Sekte Iblis. Saat kami benar-benar tak menemukan petunjuk, tiba-tiba aku menerima telepon dari Yaoe di Zunyi.
