Pada saat-saat yang sangat genting ini, mendengar kata-kata Harimau Kucing Besar, kami semua tertegun.
Perlu diketahui, sejak bertemu Duoduo, aku selalu menganggapnya sebagai putriku. Aku mencurahkan kasih sayang tak terhingga padanya, sekaligus memiliki perasaan yang sama seperti semua ayah di dunia ini. Terhadap siapapun yang berani mengincar Duoduo, aku secara insting membenci. Namun, Tuan Harimau Kucing yang sejak awal terus memanggil Duoduo "Istri kecil" selalu menjadi pengecualian.
Ini bukan hanya karena Tuan Harimau Kucing adalah inti sebenarnya dari tim kami, tapi juga karena statusnya saat ini hanyalah seekor kakatua gemuk berisi. Sehebat apapun ucapannya, mustahil ada perkembangan nyata. Jadi sebelumnya, kami selalu menganggap semua tindakannya hanyalah bercanda.
Inkarnasi sebelumnya Tuan Harimau Kucing adalah Qu Yang, mantan Utusan Kanan Sekte Iblis. Bersama Li Daozi dan Luo Shiba, mereka dijuluki "Jenius Sejati" dan "Tiga Legenda Dunia" sebagai Raja Formasi. Orang jenius seperti dia yang bertindak semaunya hanyalah mencerminkan karakter aslinya yang jujur. Sedangkan perasaannya terhadap Duoduo sehari-hari, lebih merupakan pemberontakan terhadap wujud burungnya dan bentuk pelampiasan emosi.
Tapi kali ini, aku melihat keteguhan dan kesungguhan di mata Tuan Harimau Kucing, serta ketegaran hati yang tak bisa disembunyikan.
Saat Duoduo masih terdiam, di belakang kami yang tidak terlalu jauh, Dà Hēi Tiān yang baru saja muncul dari dunia lain akhirnya sadar. Melihat Apituo yang langsung berkonfrontasi habis-habisan dengannya, kemarahan langsung berkobar. Makhluk besar ini terlihat seperti kumpulan ribuan serangga yang akan remuk dengan sentuhan ringan, namun setelah bertabrakan dengan Apituo yang membawa tenaga dahsyat mengerikan, justru Apituo yang terluka parah sementara Dà Hēi Tiān sama sekali tidak tergoyahkan, bahkan hampir tidak bergerak. Kini dengan kesadaran yang pulih, ia langsung mengarahkan kepala ke langit dan mengaum.
Auuung……
Suara ini menggema bagai guntur, menembus lapisan awan, berkepanjangan ratusan li. Seluruh denyut gunung di pegunungan salju mengalami getaran dahsyat, memberi kesan seolah rangkaian gunung-gunung itu hidup dan bergerak-gerak. Sesaat kemudian, enam tangan Dà Hēi Tiān sudah mencekik tubuh Apituo.
Penampilan Apituo sangat menakutkan, kekuatannya juga tak tertandingi sepanjang zaman. Jika dulu tidak lama ditekan di halaman belakang Mao Shan, mungkin Dewa Bumi Tao pun tidak bisa mengalahkannya. Setelah berubah wujud menjadi anjing kecil hitam yang biasa-biasa saja, meski penampilannya sederhana, kekuatannya telah banyak pulih. Meski kali ini bukan kondisi terkuat Apituo, tetap merupakan makhluk mengerikan mutlak. Namun iblis raksasa jurang seperti ini di hadapan Dà Hēi Tiān masih terlihat terlalu lemah - Dà Hēi Tiān ini adalah perwujudan trinitas Dewa Maha Tahu, yang bertugas mengurus perang dan kehancuran, paling mahir dalam hal pertempuran.
Saat berhasil keluar dari pusing berputar akibat aliran ruang-waktu kacau, gerombolan serangga bergeliat di permukaan Dà Hēi Tiān seperti air raksa mengalir deras, langsung menempel pada tubuh Apituo. Dari ribuan mulut yang menganga itu, pasukan serangga terus-menerus masuk, membinasakan tanda kehidupan di dalamnya.
Melihat Dà Hēi Tiān perlahan-lahan merobek tubuh Apituo, iblis jurang itu mengeluarkan raungan "Auung-auung" kesakitan. Si Berbulu menyandarkan telinga mendengarkan, wajahnya langsung pucat, lalu berkata padaku: "Apituo tidak bisa bertahan! Dia bilang jika tidak segera pergi, bahkan kesempatan lahir kembali lewat cap jurang pun akan hilang - Ah, dia mau pergi..."
Belum selesai bicara, di atas kepala Apituo yang raksasa tiba-tiba muncul aura hijau kebiruan yang langsung menjelma menjadi tumbuhan mirip pohon palem. Daun-daun di tumbuhan itu mulai menari-nari, membentuk pola kebenaran tertinggi yang misterius.
Seiring perubahan pemandangan ini, Apituo yang kolosal mulai kehilangan sifat spiritualnya. Aura Qingmeng itu menerjang ke atas dan bahkan menerobos keluar melalui retakan dimensi di angkasa.
Saat aura ini menjauh, tubuh fisik Apituo justru memeluk erat tubuh Dà Hēi Tiān. Namun raksasa berkepala tiga dan berlengan enam itu tak puas hanya mengalahkan lawan yang menyebalkan ini. Ia ingin menghancurkannya sampai jadi debu! Wajah tengahnya tiba-tiba membuka mulut, lidahnya seperti tentakel yang siap menyambar hun sang Apituo untuk ditelan bulat-bulat.
Tepat di saat kritis ini, Tuan Kulit Harimau yang tak sabar menunggu jawaban Duoduo melesat ke angkasa. Saat terbang, bulu-bulunya mulai bertransformasi. Ribuan bulu berwarna-warni berubah menjadi titik-titik cahaya indah di belakangnya, membentuk pita cahaya gemerlap yang memanjang bagai Bima Sakti di langit.
Cahaya yang mencapai puncak keindahan ini sama sekali tak berani dilihat langsung dengan mata telanjang. Seluruh pikirananku dipenuhi kilauan cahaya pelangi yang memenuhi seluruh duniaku. Saat kesadaranku kembali, kulihat ke langit—Astaga! Bukan lagi Harimau Kucing Besar yang gemuk seperti ayam betina yang terbang di sana. Makhluk ini berkepala ayam, berjanggut layang-layang, berleher ular, berpunggung kura-kura, berekor ikan, dengan lima warna memancar dari dalam tubuhnya. Selubung api bercahaya suci menyelimutinya bagai bola api raksasa—jelas ini adalah Phoenix Api yang mahabesar.
《Klasik Gunung dan Laut* Pujian Bergambar》 mencatat lima pola tulisan: "Di kepala tertulis 'Kebajikan', di sayap 'Kepatuhan', di punggung 'Keadilan', di perut 'Kejujuran', di dada 'Kemanusiaan'." Jantan disebut Feng, betina Huang. Makhluk ini berkarakter mulia: hanya minum embun pagi, hanya makan tunas bambu muda, hanya bertengger di pohon phoenix berusia seribu tahun. Berasal dari Negeri Junzi di Timur, terbang melintasi samudera, melewati Gunung Kunlun, minum dari Pilar Penyangga, membersihkan bulu di Air Lemah, bermalam di Gua Angin. Sejak dulu menjadi kuda surgawi, sayangnya dalam malapetaka Naga-Phoenix pada bencana pertama penciptaan dunia, mereka bertarung dengan naga sejati hingga nyaris punah dari dunia manusia. Siapa sangka burung gemuk yang sehari-hari bersama kita ini bisa berevolusi menjadi makhluk ajaib sedemikian rupa.
Sebelumnya kami pernah mengalami hal serupa, mengetahui bahwa Harimau Kucing Besar (Tuan Kulit Harimau) bisa berubah wujud menjadi Ku Jinji, salah satu jenis Phoenix. Namun saya lebih tahu, saat itu hanya sekejap berubah wujud, Harimau Kucing Besar sudah terlihat lemas berbulan-bulan dan sangat menderita. Kehadirannya kali ini pasti membutuhkan pengorbanan yang sangat besar.
Mengingat perkataan Harimau Kucing Besar kepada Duoduo sebelumnya, hatiku serasa tenggelam ke dasar jurang. Melihat Phoenix Api yang membara di langit, air mata Duoduo langsung membanjir, jatuh berceceran bagai bunga mekar delapan kelopak. Dengan suara terisak ia berteriak: "Kucing Kentut Busuk, kamu tidak boleh mati! Kamu janji akan selalu melindungiku!"
Harimau Kucing Besar yang telah melesat ke angkasa dan berubah wujud menjadi Phoenix Api tak lagi mendengar teriakan kami. Tubuhnya yang merah menyala bagai kilat menyambar telapak tangan raksasa Dà Hēi Tiān yang hendak mencengkeram roh Apituo. Di setiap jalur yang dilintasinya, udara memancarkan panas membara. Bulu ekor berapi itu menyapu telapak tangan Dà Hēi Tiān, membuat lapisan serangga licin di atasnya tiba-tiba menyala dengan api putih suci yang membumbung tinggi puluhan meter.
Dà Hēi Tiān yang terbakar hebat oleh Tuan Harimau Kucing segera menarik kembali tangannya. Segala cacing yang terbakar langsung terlepas dari tubuh utamanya, berhamburan di bawah. Setelah melewati lapisan demi lapisan penyegaran, akhirnya tumbuh lagi lengan baru yang sama persis.
Namun dengan penundaan sesaat ini, Apituo yang telah mengerahkan seluruh tenaganya akhirnya tidak sampai ditelan habis shenhun-nya. Ia berhasil menghancurkan retakan dimensi yang tersisa dan kabur menuju ujung jurang.
Untuk iblis jurang dalam seperti mereka yang memiliki nama sejati, selama masih ada secarik cap tersisa, mereka bisa membentuk kembali raga di Laut Iblis Tak Berujung. Dalam waktu singkat mungkin akan hidup kembali lincah. Tapi apakah nanti jadi lawan atau kawan, itu urusan lain.
Apituo yang lolos dari maut masih gemetaran. Ia tahu bisa selamat berkat pengorbanan Phoenix Api Suci yang angkuh itu. Saat hendak menghilang ke Tanah Jurang, ia memberi hormat dengan gerakan tangan tradisional sebagai rasa terima kasih. Semua ini tak dihiraukan oleh Tuan Harimau Kucing yang matanya hanya tertuju pada raksasa langka di bawahnya - lawan yang tak terlihat dalam Gelombang Jurang sebelumnya, musuh yang sebanding dengan tokoh-tokoh mitos, kini harus dihadapinya sendiri.
Ini adalah pertempuran yang ditakdirkan untuk dikenang sepanjang masa, bahkan sosok angkuh seperti Tuan Kulit Harimau pun tak bisa menahan kegembiraannya. Ia mengelak dari serangan cakar tiba-tiba raksasa itu, menengadahkan lehernya ke langit. Suara lengkingan phoenix yang menggema ke angkasa meluncur dari paruh emasnya.
Cicit, cicit, cicit...
Dalam gemanya lengkingan phoenix yang memenuhi lembah, respons sebesar tsunami datang bergemuruh. Dengan dentuman dahsyat ini, sosok Tuan Kulit Harimau melesat secepat kilat, berubah menjadi nyala api merah yang menjulang tinggi. Lidah api Gang mengitari Dà Hēi Tiān, formasi ritual mulai terbentuk. Meski memiliki kekuatan dan trik mengerikan, Dà Hēi Tiān tak bisa berbuat banyak menghadapi burung raksasa yang terlalu cepat untuk ditangkap ini. Namun sebagai entitas legendaris, setelah beberapa kali gagal, akhirnya ia menghentikan gerakan tangan acak dan mulai membentuk berbagai mudra dengan keenam tangannya secara perlahan.
"Diam lebih baik daripada bergerak!" seru Si Berbulu ketika Dà Hēi Tiān mulai menggunakan mantra dan mudra mengerikan itu. "Ini bahaya! Tuan mungkin akan kewalahan!"
Sebagai murid sejati Tuan Kulit Harimau, wawasan Si Berbulu jauh melampauiku. Teriakan peringatannya membuatku yang sedang mencari cacing gemuk seketika mengerutkan alis. "Harus bagaimana? Kita tidak bisa membiarkan Tuan celaka. Ikut campur?"
Si Berbulu tersenyum getir, belum sempat berkata apa-apa tiba-tiba telinganya menangkap suara. Ia meraih bahuku erat-erat, "Si Racun Kecil, kau dengar itu?"
Kugelengkan kepala, "Tidak. Kau dengar apa?"
Si Berbulu diam. Duoduo di sampingnya tiba-tiba berseru girang, "Mereka datang! Mereka datang!!"
