"Meski sekarang waktu siang, perjalanan menuju Pemakaman Wabah terasa sangat muram. Sering terlihat warga yang terinfeksi wabah tergeletak di pinggir jalan, mata mereka kosong, mengeluarkan rintihan lemah. Di semak-semak tepi jalan, bertumpuk kerangka hitam. Sungguh dalam luka yang ditimbulkan wabah terhadap rakyat."
"Sambil decak kagum akan kenyataan dalam game, aku hati-hati memandang jalan besar yang perlahan menghilang. Di depan sudah tidak ada jalan lebar lagi, hanya hutan yang terkontaminasi virus wabah. Tanah gelap ditumbuhi rumput kehijauan yang nyaris menghitam. Dari kejauhan, beberapa laba-laba hutan level 18 mengintai dari semak, mengawasiku si tamu tak diundang."
"Kulihat levelku yang hampir 17. Lebih baik gunakan laba-laba ini sebagai korban persembahan terakhir!"
"Puff～！"
Sistem Pemberitahuan: Anda terkontaminasi virus wabah laba-laba hutan. Dalam 10 menit, kecepatan regenerasi HP berkurang 50%, tidak dapat menggunakan ramuan apapun.
"Aku menghela nafas. Virus wabah ini keterlaluan kuatnya. Tanpa pendeta, pasti semua orang di sini akan MATI. Bahkan obat pun tak boleh digunakan. Tapi sejujurnya, sekarang juga hampir tak ada yang mampu membeli obat dari toko. Murong Shan Shan, MM yang boros itu, mungkin termasuk pengecualian."
"Cepat hancurkan laba-laba ketiga, saat ini darahku sudah tinggal kurang dari setengah. Untungnya aku berhasil naik ke level 17, yang mengejutkanku adalah virus wabah itu ternyata ikut terbasmi oleh cahaya peningkatan level. Segera kuambil saus tomat dan langsung minum, kedepannya menghadapi laba-laba tidak akan terlalu terpasif lagi."
"Kututup botol biru kecil yang di-drop laba-laba. Meski sekarang tidak ada harga resmi, di Pasar Gelap, botol kecil seperti ini sudah dijual 5RMB per botol. Mahal, tapi banyak orang kaya, pembelinya pun bertebaran."
"Berjalan lebih jauh sudah tidak ada laba-laba, bahkan makhluk hidup pun tidak. Suasana semakin mencekam, sesekali angin berhembus membawa jeritan mengerikan yang bikin merinding."
"Aku bukan orang pemberani. Badan menggigil, segera kuhubungi komunikator Xinyu: 'Cantik, lagi ngapain?'"
"Nada bicara Xinyu masih segenit biasa: 'Kenapa, kangen ya?'"
"'Nggak, cuma agak bosan. Nyanyiin lagu buat ngebangun suasana dong.'"
"'Jangan macam-macam! Aku cuma bisa nyanyi Delapan Belas Sentuhan, mau dengar?' Xinyu tertawa nakal."
"'Lupakan! Jangan lupa manggil aku pas makan siang.'"
"'Nggak perlu, si cewek cantik Xuehan yang bakal manggil. Giliran kayak gini mana sampe ke aku~'"
“……”
"Kututup komunikator. Meski tidak dengar lagu, moodku membaik. Sesekali Xinyu memang cukup imut."
Di tengah hutan yang sunyi sepi, setelah berjalan ke arah barat hampir setengah jam, akhirnya Pemakaman Wabah yang angker muncul di depan mata. Pepohonan semakin berkurang, digantikan oleh barisan batu nisan. Dari kejauhan terlihat para Prajurit Tengkorak Arwah Gelisah dengan tulang-tulang pucat berpatroli bolak-balik di area pemakaman.
Sebuah rumah kuno reyok berdiri di bukit tertinggi pemakaman. Di sekitarnya terdapat beberapa kuburan yang telah digali, bahkan terlihat kerangka mayat di dalamnya. Aroma busuk samar menyengat hidung, aku berusaha mati-matian menahan rasa mual di perut sambil mengamati pola pergerakan para Prajurit Tengkorak dari kejauhan. Monster level 22 seperti ini jelas bukan lawan yang bisa kuhadapi sendirian.
Perlahan kudekati, saat ku menghunus pedang, seorang Prajurit Tengkorak mendeteksi keberadaanku!
Prajurit Tengkorak bergerak sangat cepat! Bahkan sebelum sempat bereaksi, mereka sudah berada di hadapanku. Saat kuangkat pedang, pedangnya sudah mendarat keras di tubuhku.
“55！”
Kaget bukan main, serangannya luar biasa kuat. Boss level 21 pun tak bisa menyedot darahku sebanyak ini! Dengan panik kuhujamkan pedang balasan...
“184！”
Benar, bukan khayalan! Serangan biasa saja bisa separah ini! Darah Prajurit Tengkorak level 22 langsung tersisa setengah, lalu kuhantamkan hujaman kedua.
“196！”
Prajurit Tengkorak level 22 itu tiba-tiba mati hanya dengan dua tebasan!
Aku segera menyadari, meskipun monster undead jenis ini memiliki serangan yang tinggi, pertahanan fisik dan darahnya sangat minim. Pengalaman yang kudapat tadi tiga kali lipat dari membunuh monster level 18. Bukankah ini cocok untuk ksatria seperti aku yang memiliki serangan dan pertahanan tinggi? Penyihir biasa tidak akan tahan dengan serangan mesum seperti ini, sedangkan prajurit dengan serangan lemah tidak memiliki output serangan kuat untuk mengatasi monster dengan cepat, malah mudah dihabisi oleh monster.
Dengan bantuan saus tomat, kecepatan reaksiku memungkinkan untuk menebaskan pedang sebelum tengkorak prajurit bertindak. Dengan cara ini setiap tengkorak prajurit hanya bisa menyerangku sekali. Aku bisa terus bertahan seperti ini, dan tak lama kemudian area pemakaman pun bersih dari monster. Pengalaman level 17 naik 30% dalam satu jam! Jika terus begini, sebelum makan siang aku bisa mencapai level 18!
Pemakaman Wabah terbagi menjadi sembilan bagian besar, membentuk formasi lingkaran raksasa dengan rumah tua di tengah sebagai pusatnya. Sumber daya leveling yang begitu besar ini membuatku hampir meneteskan air liur.
Membuka peringkat level, aku telah menggeser ke posisi pertama di kota ini. Langsung dengan girang aku berlari ke area pemakaman sebelah. Monster yang kubasmi tadi memberiku empat botol darah sedang, masing-masing bisa memulihkan 500 poin HP. Harga pasaran saat ini 1 koin emas per botol. Ini semua uang! Harus dihemat untuk dijual nanti!
Saat aku merencanakan cara memancing monster, tiba-tiba kulihat di bukit kecil sebelah ada gubuk kecil yang hancur. Samar-samar terlihat sosok manusia di dalamnya.
Perlahan kudorong pintu, kudapati seorang lelaki tua terbaring di ranjang hampir kehilangan nyawa. Dadanya sudah bernanah dan membusuk karena virus wabah, hanya napas lemah yang membuktikan dia masih manusia hidup.
Pasti ini sebuah tugas!
Aku SEKARANG JUGA pergi ke sana dan berkomunikasi dengannya. Dia melirikku, lalu menceritakan hal yang terjadi di sini: "Aku adalah Penjaga Makam di tempat ini. Sayangnya tiga tahun silam, sekelompok Penyihir arwah gelisah datang ke sini. Mereka membawa MATI, juga wabah mengerikan. Sejak saat itu, tak ada lagi manusia hidup yang berani datang ke sini. Arwah-arwah di pemakaman ini semuanya telah dipanggil menjadi tengkorak tanpa kesadaran. Setengah tahun lalu, aku juga tertular suatu wabah. Meski ada seorang peziarah yang mengatakan padaku bahwa Bunga Qingyou yang tumbuh di pemakaman ini bisa melepaskan wabah ini, tapi aku sudah tak punya tenaga lagi untuk bangun dari ranjang. Pemuda, bisakah kau membantuku mencari Bunga Qingyou?"
