Makan siang sudah dipesan dari restoran dan diantar saat kami semua log off.
Satu porsi ikan asam pedas hangat, sepiring ayam cabai, semangkuk daging tumis, plus beberapa lauk kecil. Sangat mewah! Aku bersyukur tinggal bersama banyak MM. Andai aku menyewa kamar sendirian untuk main game, mungkin siang ini hanya bisa bertahan dengan mi instan. Sebulan kemudian wajahku pasti berubah warna seperti mi instan…
Xu Lin mengambil sebotol anggur merah dari kulkas sambil tersenyum: “Pertandingan sore baru mulai pukul dua. Untuk merayakan kesuksesan pagi ini, ayo kita minum sedikit. Anggur ini tidak bikin mabuk.”
Xin Yu terkekeh: “Pagi tadi cuma ketemu para pemula. Tidak ada satu pun ahli level empat yang berarti. Kalau tidak, pasti kami tidak bisa melewati rintangan dengan mudah. Dari tadi pagi aku sama sekali tidak mengalami bahaya.”
“Mereka cuma meremehkanmu!” Bantah Xu Lin, teringat kejadian memalukan saat dikejar-kejar beberapa pencuri tadi pagi.
Aku juga frustasi, busur elf malam yang dipegang Xin Yu jelas merupakan perlengkapan biru legendaris, tapi dalam 12 pertandingan tidak ada satupun pasukan yang berani menargetkannya, mungkin mereka merasa tidak tega melukai elf cantik dan seksi ini!
Xu Lin teringat sesuatu, berbalik bertanya padaku: "Ngomong-ngomong, Lin Fan sekarang kerusakanmu berapa? Pagi tadi beberapa pendeta dan Penyihir bahkan bisa kueliminasi seketika?"
Aku menghitung kasar: "Sementara kerusakan 425-550, kekuatan dewa perang Xin Yu tambah 10%, skill terpasifku juga tambah 10%, total sekitar 513-665."
Xu Lin terkejut tak bisa bicara, Xin Yu dan Lu Xuehan sudah terbiasa. Tanpa kerusakan setinggi itu mustahil mengeliminasi Penyihir level 20 secepat itu.
Xu Lin anggun meneguk anggur, bertanya pada Guozi di sampingnya: "Bagaimana kondisi pasukan kalian?"
Guozi tersenyum lebar: "Bareng lolos 12 pertandingan pagi, terutama ronde terakhir. Kedua dunia hanya tersisa satu orang masing-masing. Untung perlengkapanku cukup bagus, akhirnya bisa kalahkan Penyihir level 23 itu!"
Xin Yu melirik Guozi: "Kalian cuma tiga orang, pasti merekrut dua lagi kan? Orang seperti apa?"
JOLY menutupi mulut sambil tertawa: "Seorang Pedang dan pendeta. Pedang ganteng itu sudah level 24, perlengkapannya sangat bagus. Dia mengikuti Kakak Liu Yun baru masuk pasukan kami. Beberapa temannya sampai gila marah!"
Liu Yun melototi JOLY tajam, berkata tanpa ekspresi: "Urusan orang lain, jangan ikut campur!"
Liu Yun memang seperti ini, ke mana-mana selalu dingin. Meski kami sudah bersama hampir setengah tahun, aku hanya pernah melihatnya tersenyum sekali. Saat itu mantan pacarnya menelepon untuk terakhir kalinya. Setelah tersenyum, dia langsung bersembunyi di kamar dan menangis seharian, tak ada yang bisa menghiburnya. Sejak itu dia semakin dingin, aku jarang mengajaknya bicara.
Guozi yang sudah lama bersama Liu Yun tahu dia dingin di luar tapi hangat di dalam. Sambil tersenyum dia berkata: "Tapi pendekar pedang itu memang bagus. Tampan, perlengkapan dan skill-nya juga top."
Xin Yu di sampingku berbisik merendahkan: "Tampan buat apa? Mana ada yang lebih ganteng dari Lin Fan-ku?"
Otot di wajahku jelas-jelas berkedut: "Aduh... siapa yang..."
Xin Yu cengengesan berhenti bicara. Lu Xuehan di sebelah mengedipkan mata indahnya, mungkin bingung mendengar bisikan Xin Yu tadi.
……
Setelah makan sekitar satu jam, kami minum teh lalu masuk ke game. Sekarang yang belum didiskualifikasi memang tak punya semangat latihan leveling, tapi masuk sebentar juga tak apa.
Suara "swiiss..." menyambut di kota. Beberapa pemain yang online bersamaku langsung berlarian ke gerbang kota. Kutarik lengan seorang: "Saudara, buru-buru mau ke mana? Jangan-jangan monster menyerbu?"
"Mana ada! Lebih seru dari itu, empat guild besar sedang perang di luar~!"
Baru setelah keluar aku tahu apa itu kekacauan pertempuran. Saat ini belum ada yang mampu membentuk tim resmi, jadi tidak bisa membedakan kawan atau lawan. Semua orang asing langsung diserang tanpa pandang bulu, situasinya benar-benar kacau balau.
Panah pembekuan biru dan ledakan api merah menyala merobek udara, melesat kian kemari di kerumunan. Penyihir dengan mantra area menjadi bintang di tengah kekacauan ini. Jejak badai salju dan sihir masif lainnya meninggalkan kehancuran mengerikan. Banyak pencuri dan pasukan panah berdarah tipis tewas mengenaskan dalam sihir, sementara perlengkapan putih dan beberapa peralatan hijau memicu perebutan gila-gilaan di antara pemain yang menonton, semakin memperburuk situasi yang sudah kacau.
Suara familiar tiba-tiba terdengar dari belakang: "Luar biasa! Empat kekuatan besar Shanghai memang bukan main!"
Kuputar badan dan melihat Murong Shanshan sedang bersandar di pohon loceng besar, menonton pertunjukan dengan wajah penuh antisipasi seolah berharap kekacauan semakin menjadi-jadi. Dia belum menyadari kehadiranku.
"Wah!" Serbuan seorang Ksatria salah arah hingga menabrak pohon besar di samping Murong Shanshan. Ajaibnya, darahnya yang sudah tipis langsung habis... dia tewas karena tabrakan sendiri.
Di hadapan semua orang, Murong Shanshan menggeleng-geleng melihat nasib malang si Ksatria sambil memasukkan perisai hijau yang dijatuhkannya ke dalam bungkusannya. Dengan senyum manis polos, beberapa bajingan di sekitarnya langsung meneteskan air liur terpana.
“Lin Fan, kok kamu juga di sini?” Murong Shanshan menarik tanganku menjauhi kerumunan, melirikku lalu berkata: “Tertawa begitu jahat, mau apa kamu?”
“Perisai itu, yang lihat dapat bagian, kita bagi rata!”
“Kamu terlalu serakah, nggak boleh, pembagian empat-enam, aku enam kamu empat!”
Aku tersenyum tipis, tidak berbicara.
Murong Shanshan membelalakkan matanya: “Jangan-jangan kamu mau monopoli sendiri?”
Aku berhenti menggodanya, menunjuk sekelompok orang yang sedang PK di depan: “Mereka siapa, kenapa berkelahi di sini? Kan sedang masa pertandingan, kalau mati level bisa turun, mereka tidak peduli?”
“Mereka? Cuma sekumpulan preman Shanghai...” ujar Murong Shanshan santai.
“PK hampir seribu orang, kamu bilang ini cuma gerombolan preman? Kalau ini perkelahian sungguhan, berani polisi turun tangan?”
“Kenapa nggak berani? Senjata dikeluarkan, gerombolan tak berguna ini pasti lenyap dalam 5 menit!”
Aku berhenti berdebat, bertanya: “Bagaimana pertandingan pagi tadi? Semoga dua tim kita jangan ketemu terlalu cepat!”
“Cukup lancar.” Murong Shanshan melirikku diam-diam, melanjutkan: “Kalau dua tim kita bertemu, tega kamu menghabisi aku?”
“Tentu saja, hadiahnya luar biasa besar!”
“……”
Murong Shanshan tertegun sejenak, tiba-tiba tersenyum nakal: “Lin Fan, ayo kita duel!?”
