Aku langsung membuka menu transaksi, menaruh sertifikat tim dan Tongkat Salju di slot item, lalu menekan tombol transaksi.
Lu Xuehan mengedipkan mata indahnya tanpa buru-buru menyetujui transaksi, malah bertanya heran: "Maksudmu apa? Aku cuma butuh tongkatnya saja."
"Tapi sertifikat ini kan hasil jerih payah kita berdua, tentu ada hakmu!"
"Simpan saja di kamu, terserah mau diapakan. Asal bagi hasil 50-50 setelah dijual."
Aku mengangguk, "Baiklah, tenang saja, aku tidak akan mengemplang!"
Lu Xuehan tersenyum kecil dan berkata: "Baiklah, sebaiknya kita log off, sudah hampir jam tiga. Besok tidak tahu akan tidur sampai kapan..."
"Oke, skill teleportasi ke kota! Nasi dengan lauk 8 RMB semangkuk!"
……
Setelah memakai baju, aku mengetuk pintu kamar Lu Xuehan. Setelah lama, pintu belakang baru terbuka. Lu Xuehan keluar mengenakan jaket hitam berbulu. Aku tak bisa menahan decak kagum: "Xue Han, lama sekali hanya untuk memakai baju ninja?"
Wajah Lu Xuehan memerah, bersuara kesal: "Ini bukan baju ninja! Katanya mau makan tengah malam, pakaian hitam tidak mudah kotor."
Aku tersenyum dan mengajak Lu Xuehan keluar.
Di luar angin malam menggigit, tapi di pinggir jalan masih ada warung tenda yang melayani para pekerja malam yang ingin menghangatkan diri. Warung malam ini penuh dengan orang-orang campuran - mahasiswa yang habis main game hingga preman yang baru selesai berkelahi.
Jelas, hari ini keberuntungan kami cukup baik. Di dalam warung hanya ada beberapa orang berpenampilan mahasiswa.
"Mau pesan apa, Dik?" Si bos bicara kepada kami berdua, tapi matanya terus menatap Lu Xuehan.
Beberapa mahasiswa di sisi lain juga menoleh ke sini. Seperti dugaan, mereka melototi gadis cantik di sampingku hampir sampai meneteskan air liur. Pantas saja, Lu Xuehan jarang keluar. Hari ini baru kusadari pesonanya sudah setara dengan Murong Shanshan.
“Bos, dua buah nasi tim dengan daging sapi merah, tambah porsi dagingnya dikit, jangan pelit-pelit.”
Bos menghela nafas kesal: “Mau kubuatkan setengah kilogram daging sapi, gimana?”
“Wah, bagus tuh! Tambah satu mangkok sup jeroan bebek, terus ayam piring kecil!”
Lu Xuehan tiba-tiba menarik helai bajuku, berbisik: “Katanya cuma pesan dua nasi tim 8 ribuan? Sekarang sudah kelebihan...”
“Gak apa-apa, aku yang traktir. Ini mah receh.” Aku tertawa lalu menurunkan suara: “Sertifikat pembentukan guild yang kita farming sejam tadi, minimal bisa dijual 2 juta RMB. Dibagi dua, masing-masing dapet hampir sejuta. Masak 50 ribuan ini mau dihitung?”
Lu Xuehan membuka mulut kecilnya lebar: “Sepotong kertas itu harganya segitu?!”
“Bisa lebih! Perisai ungu yang kita dapat tadi juga, kalo prediksiku benar, minimal laku ratusan ribu!”
Lu Xuehan cekikikan: “Aku sudah ambil Tongkat itu, jadi perisai sepenuhnya milikmu. Kalo aku berebut lagi, nanti kakak Xin Yu bilang aku tidak bermoral.”
“Dia? Kalo tahu aku jalan-jalan makan sama kamu, bisa-bisa dia malah bilang kamu yang tidak bermoral!”
Lu Xuehan tersenyum kecut tak menjawab. Tiga mahasiswa di samping yang tadinya memandangi cewek cantik itu, kini malu-malu mengalihkan pandangan dan mulai obrolan sendiri:
"Cowok jorok bertanya: 'Hei, monyet, bukannya hari ini kamu ikut Murong Shanshan cari Token Pembentukan Guild? Gimana hasilnya? BOSS level 60 yang diumumin resmi itu lumayan kan?'"
"Seorang mahasiswa kurus menjawab: 'Jangan ditanya! Kami kerahkan lebih dari 200 orang. Meski berhasil mengalahkan BOSS Ogre Berkepala Dua itu, kerugian kami parah-bahkan level turun tiga level secara kolektif! Sialan, magic area BOSS itu terlalu dashyat. Penyihir dan pendeta dengan equipment jelek langsung mati berantakan seketika, pemandangannya kayak kiamat!'"
"'Trus Murong Shanshan gimana? Kan dia sudah level 38. Apa dia pernah mati?'"
"'Jujur, Murong Shanshan benar-benar monster. Semua job close combat yang tank bareng dia di depan pada tewas, tapi darahnya cuma berkurang kurang dari 1/3! Sampai BOSS mati, cuma dia yang masih berdiri. Pemandangan puluhan pendeta menyembuhkannya sekaligus bikin merinding! Bayangin, cuma dia sendiri yang tank BOSS emas level 60. Benar-benar mesum!'" Si kurus mengelap air liur sambil meneguk sake.
"Cowok jorok itu mulai kesal, menghentakkan sumpit di piring: 'Jangan bertele-tele! Akhirnya dapet Token Pembentukan Guild atau nggak?'"
“Tidak, hanya dapat 2 perlengkapan ungu. Satu helm VR untuk prajurit, satu belati untuk pencuri. Helm prajurit tentu jadi milik Murong Shanshan. Tapi belati itu malah diambil si Tou Tianzhe pencuri di sebelahnya. Sial! Entah apa hubungan mereka. Atribut belati itu gila - serangan maksimum 300, plus properti tambahan: rasio serangan mematikan +15%! Mesum banget kan?”
Si jorok menjilat bibir: "Aku heran, ratusan orang kalian mati berkali-kali, hasil jarahan dibagi-bagi orang lain. Ga ada protes?"
Si kurus cekikikan: "Jujur, dari ratusan orang ini hampir semua pengagum Murong Shanshan. Dia memang pasukan utama pembasmi BOSS, wajar dapat perlengkapan prajurit. Tapi Tou Tianzhe dapat belati ungu bikin kesel! Dasar tai, cuma punya uang banyak di keluarga. Setiap hari nempel di Murong Shanshan, beberapa teman udah pengen hajar dia!"
"Bacot! Sampai sekarang dia masih hidup enak. Ngomong-ngomong, beberapa hari lalu kan ada kabar hubungan Murong Shanshan sama ahli nomor satu Keluarga Sayur ambigu. Kok bisa dekat sama Tou Tianzhe?"
“Saya tidak tahu pasti, saya baru bergabung dengan geng Murong Shanshan dua hari ini. Tentang hubungannya dengan Qingcai Baiyu Tang saya tidak banyak bertanya, tapi hubungan antara Murong Shanshan dengan Tou Tianzhe saya sangat paham, haha! Tepat sebelum ujian bahasa Inggris kemarin pagi, pencuri itu dimarahi Murong Shanshan sampai keluar kelas. Hehe, banyak yang mengejar bunga kampus, tapi baru pertama kali saya lihat yang sebegitu tebal muka.”
Lu Xuehan akhirnya tak tahan melototi saya, lalu berkata pada bos: "Kenapa makanannya belum selesai? Kami ingin cepat makan dan istirahat!"
"Huu~!"
Bos menuangkan tumisan ke piring sambil berbalik: "Sebentar lagi, hampir selesai!"
Saya tersenyum: "Xuehan, marah?"
"Marah karena kamu? Tidak sampai segitunya..." Lu Xuehan memandangku dengan pandangan merendahkan, sayangnya senyum kecil di bibirnya telah mengkhianatinya.
