Saya melihat pengumuman sistem, memang ada pemeliharaan sistem malam ini. Konten pemeliharaannya juga sudah keluar, sepertinya hanya untuk memperbaiki beberapa bug dan mempersiapkan transmisi antarnegara yang akan segera dibuka. Membayangkan transmisi antarnegara membuat saya bersemangat, katanya perempuan Prancis sangat romantis dan termasuk jenis yang bisa xx di jalanan. Meski tidak bisa ke ibukota Prancis, setidaknya bisa memuaskan mata.
Murong Shanshan bertanya khawatir: "Bug yang diperbaiki itu, jangan-jangan mengacu pada bug latihan leveling gila kita sekarang?"
"Seharusnya tidak. Kita baru mulai membangun menara latihan ini hari ini, tapi tanggal pengumuman itu kemarin. Pasti bukan, jangan khawatir berlebihan."
Murong Shanshan tersenyum, tapi beberapa detik kemudian kembali khawatir: "Tapi kalau sistem diupdate, unit utama di-respawn, apakah menara panah yang susah payah kubangun ini juga akan hilang?"
Saya langsung cemas: "Lalu kecepatan leveling kita tidak bisa melaju kencang lagi?"
"Bukan begitu." Murong Shanshan tersenyum: "Aku hanya sayang bahan bangunan berharga ini. Butuh beberapa pemain mengumpulkan selama berhari-hari. Untungnya dua hari ini mereka pasti sudah punya banyak bahan lagi. Besok akan kuminta lagi untuk membangun pertahanan semacam ini."
“Kalau begitu, suruh mereka berhenti melakukan apapun sekarang juga, langsung pergi mengumpulkan bahan. Dalam seminggu ini usahakan dapatkan sebanyak mungkin bahan bangunan. Untuk minggu ini, bayar mereka masing-masing 10.000 rmb sebagai gajian, biar tidak merasa dirugikan.”
“Kenapa butuh bahan sebanyak itu?” Murong Shanshan memandangku dengan heran, lalu berkata: “Sepengetahuanku, bahan bangunan tidak bisa dibangun di area liar peta biasa. Jangan-jangan kamu ingin aku membangun markas dengan tangan kosong sendiri?”
Aku tersenyum: “Aku memang berharap begitu, tapi sayangnya markas buatanmu tidak akan diakui Sistem. Begitu Sistem melakukan pemeliharaan, pasti akan dihilangkan. Alasan sebelumnya menyuruhmu mengumpulkan banyak bahan, terutama karena bahan-bahan ini bisa digunakan untuk membangun di dalam markas. Bahkan, kita bisa memakainya saat menyerang kota musuh!”
“Dipakai saat menyerang kota?” Murong Shanshan membuka mulutnya lebar-lebar, saran ini tampaknya terlalu mengejutkan baginya.
Aku mengangguk serius: “Jika kita bisa membangun menara panah ini di dalam benteng Kekuasaan Sang Playboy dengan perlindungan sekelompok orang, mungkin kita bisa mengubah wilayah lawan menjadi domain kita. Saat ini di seluruh Yueheng hanya ada kamu satu-satunya Arsitek Level Empat. Kalau tidak dimanfaatkan dengan baik, sungguh disayangkan.”
Murong Shanshan mulai bersemangat, berkata dengan girang: “Luar biasa! Akan segera kusuruh mereka melakukannya. Dalam seminggu bukan cuma 10.000 gajian, kalau bisa merebut markas Kekuasaan Sang Playboy, bahkan 1.000.000 per orang pun akan kubayar!”
Melihat wajah cewek cantik yang memerah, aku hanya terkekik-kekik kaku. Proposal ini terlalu banyak celahnya. Bayangkan saja repotnya mengeluarkan semua bahan dari bungkusan. Bisa-bisa sebelum Murong Shanshan sempat mengeluarkan bahan-bahan, si Playboy Kaya dan kroni-kroninya sudah menghujani dia dengan sihir Braak hingga terpaksa pakai skill teleportasi ke kota.
Agar tidak mengganggu mood baiknya, aku terus bekerja keras membunuh monster. Pengalaman yang melonjak drastis hampir membuatku tak bisa menutup mulut. Semuanya berjalan lancar di luar perkiraan. Jam 9 malam aku sudah naik ke Level 54. Lalu jam 11:30, Murong Shanshan tiba-tiba nyaris terbang mencapai Level 55, akhirnya bisa meninggalkan Hong jauh di belakang dalam hal level.
Karena ada maintenance jam 1 pagi, kami terus grinding sampai jam 12:30 malam baru janjian log off bareng. Melihat menara panah yang membuat pengalaman kami melonjak, rasanya berat untuk meninggalkannya.
Setelah log off, kucari air untuk cuci kaki. Saat mencari handuk kaki, teringat ucapan Xu Lin tentang Xin Yu. Sekarang jam segini pasti Xin Yu sudah tidur nyenyak.
Setelah ragu-ragu lama, akhirnya kuputuskan untuk membangunkan Xin Yu. Prinsip "urusan hari ini diselesaikan hari ini" memang benar adanya.
……
Perlahan mendorong pintu kamar Xin Yu, ternyata tidak dikunci. Dengan perasaan penuh tanda tanya, aku masuk ke dalam. Dalam kegelapan, suara napas halus Xu Lin terdengar. Selimut merah muda milik Xin Yu menutupi tubuhnya. Sinar bulan dingin dari jendela menyinari wajahnya yang putih bak salju, seolah dilapisi cahaya keemasan.
Aku berjongkok di dekat kepala ranjang Xin Yu, memanggil pelan: "Xin Yu, sudah tidur?"
Tidak ada respon. Kucoba memanggil lagi, tetap tidak ada jawaban.
Tapi malah membangunkan Xu Lin. Dia mengangkat kepala: "Nona ini tidur nyenyak. Bawa saja dia ke aula untuk kau perlakukan semaumu, aku masih ingin tidur!"
"Apa maksudmu ini? Kan kau yang menyuruhku mencarinya!" Ucapan tidak bertanggung jawab Xu Lin membuatku kesal.
"Ah, iya aku yang memanggilmu, hampir lupa..." Xu Lin menjulurkan lidah, memandang Xin Yu: "Dia mungkin belum tidur lelap, goyang-goyang saja sampai bangun."
Aku diam saja, mengangkat selimut AC. Awalnya ingin menggoyang lengan Xin Yu untuk membangunkannya, tapi siapa sangka malah menyentuh sesuatu yang lembut dan kenyal!
Bahaya! Dalam 0.1 detik aku tersadar satu hal - Orang ini Xin Yu ternyata tidur telanjang bulat!
Cepat-cepat kutarik tanganku. Jantungku berdegup kencang seolah mau copot. Seluruh darah leluhur di tubuhku terasa memancarkan panas membara. Untuk pertama kalinya, menyentuh dada montok perempuan... tanpa sehelai benang pun penghalang!
“Hmm……”Xin Yu yang sedang tidur mendengus pelan, perlahan membuka matanya yang indah: “Lin Fan, kenapa kamu ada di sini?”
Aku terbata-bata malu: “Aku…cuma mampir untuk mengecek apakah kamu sudah tidur...”
Xu Lin di samping melihat jelas, dari sikapku dia sudah bisa menebak apa yang terjadi, lalu berkata sambil tertawa: “Xin Yu, Lin Fan mungkin cuma ingin memastikan selimutmu rapi!”
Aku segera menatap Xu Lin dengan tajam. Xin Yu menunduk dan melihat sudut selimut di bahunya terlipat, sedangkan tanganku masih tergeletak tak karuan di tepi ranjang.
Xin Yu tersipu manis, berbisik menggoda: “Gimana sensasi sentuhannya, lumayan enak kan?”
“Cukup lah!” Sadar tak bisa mengelak, aku menjawab datar.
Xin Yu tak marah, bertanya dengan senyum: “Cari aku tengah malam begini, pasti ada urusan ya?”
“Iya.” Aku mengangguk, “Pakai baju dulu, aku tunggu di aula...”
Xu Lang di samping langsung usul: “Mending sekalian gendong dia pakai selimut, biar praktis!”
Aku paham maksud ‘kerepotan’ yang Xu Lin sebut, pura-pura tuli sambil keluar dan menutup pintu.
Aku menyeduh dua cangkir teh di meja samping sofa, menaikkan panas AC sedikit.
Tak lama, Xin Yu keluar hanya mengenakan piyama tipis, masih memeluk erat selimutnya.
Melihat aku sedang duduk di sofa, Xin Yu segera melepas sandal dan naik ke sofa sambil membentangkan selimut di tubuhnya. Tubuh lembut nan hangatnya bersandar ke pelukanku, terpaksa kuulurkan tangan kanan untuk memeluknya agar dia tidak terbentur sudut sofa.
Xin Yu tersenyum: "Katakanlah, ada urusan apa? Biasanya kan kamu tidak pernah inisiatif mencariku~"
"Sebenarnya tidak ada." Aku menatap pipi putih salju tanpa cela Xin Yu: "Hanya ingin tahu situasi keluargamu..."
"Kenapa?" Xin Yu terlihat terkejut.
Kugaruk hidung dengan tangan kiri, berkata santai: "Kalau tidak menginvestigasi latar belakangmu, bagaimana berani menikahimu jadi istri nanti?"
Xin Yu tampak bergejolak, bersemangat: "Oh gitu? Oke, bagian apa yang ingin kamu tanyakan?"
"Misalnya anggota keluarga, job change, dan bagaimana perlakukan mereka padamu..."
"Begitu..." Xin Yu berpikir sejenak: "Ada ayah ibu, keduanya mengajar di sekolah. Ada juga adik laki-laki baru masuk SMA. Orang tua baik padaku, adik juga sopan."
"Cuma segitu?" Aku terkejut: "Kenapa Kakak Lin bilang pagi tadi telepon orang tuamu tidak diangkat sepanjang pagi? Jangan-jangan dia bohong?"
Xin Yu membelalakkan mata indahnya, setelah lama baru tertawa: "Memang tidak kuangkat, tapi itu bukan telepon orang tua, melainkan adikku!"
“Adik laki-lakimu？Mestinya kamu tidak boleh tidak menerima telepon.”
Xin Yu mencubit lenganku, bersuara kesal: “Aku punya alasan sendiri untuk tidak menerima!”
Aku tertegun sejenak, bertanya dengan perasaan tidak puas: “Ada urusan apa adikmu mencarimu, boleh kasih tahu?”
“Pinjam uang!”
“Berapa jumlahnya?”
“2000！”
“Lalu kenapa tidak kamu pinjami, cuma 2000 saja!”
Xin Yu tampak marah, menatapku: “Anak ini baru berapa umur? 16 tahun sudah membuat perut teman perempuannya bengkak. Haruskah aku mudah-mudah meminjamkan uang untuk operasi aborsi? Tanpa memberikan pelajaran, dia akan mengira operasi bisa menyelesaikan segalanya. Mana mungkin semudah itu? Jika orang tua perempuan itu melapor ke sekolah, bisa-bisa dia dikeluarkan, tidak, pasti akan dikeluarkan!”
Aku langsung terpaku, rasa kagum pada adik laki-lakinya bagai air sungai yang mengalir tak henti.
Ingat waktu SMA dulu, menyentuh tangan perempuan saja sudah memerah muka. Pemuda sekarang malah sudah mulai ber-xxoo sejak SMA?
Xin Yu berkata dengan geram: “Menurutmu haruskah aku memberikan hukuman agar dia kapok? Lagipula, aku sudah lama tidak kontak dengan keluarga, tidak mau diganggu orang tua karena masalah ini!”
“Sudahlah, anggap saja malam ini aku tidak memanggilmu.” Tiba-tiba aku merasa diri ini tidak diperlukan.
Xin Yu langsung melempar pandangan genit: “Sekarang sudah membangunkanku dari mimpi indah, bagaimana kamu mau menggantinya?”
"Kompenisasi?" Aku melirik gadis cantik dalam pelukan, tersenyum berkata: "Baiklah, untuk menebus kerugian Xin Yu, sekarang juga aku akan ke dapur membuat hidangan spesial untukmu!"
"Kamu bisa masak juga?" Xin Yu terlihat sangat bersemangat, menggenggam tanganku: "Aku sangat ingin makan yuxiangrousi sekarang!!"
Dengan tenang aku menatap ke arah dapur, berkata kata demi kata: "Maaf, aku hanya bisa masak satu hidangan - mi instan rebus!"
