Setelah keluar kamar, aku berkata ke pelayan: "Antarkan saja. Tenang, cuma bahan penyemangat biasa, pasti aman. Itu temanku, haha... hal-hal itu, kamu pahamlah. Tapi jangan bocorin ya, dia malu-malu. Oh iya, jangan dikunci pintunya saat keluar, cukup ditutup."
Pelayan MM yang merah padam mengangguk masuk ke kamar Xu Fei. Setelah beberapa menit yang membuatku gelisah, akhirnya dia keluar dengan seragam yang berantakan di bagian dada — jelas payudaranya sudah dijamah Xu Fei. Benar-benar playboy sejati, tak ada yang lolos dari incarannya.
Dengan napas tersengal, kutanya: "Dia minum?"
"Sudah... temanmu ini benar-benar tak tahu aturan..." Ucapnya sambil berlalu tanpa menoleh.
Misi selesai! Pertunjukan utama akan segera dimulai!
Menunggu lima menit, aku masuk ke kamar Wu Jia. Saat itu, tubuhnya lemas tak berdaya, wajahnya merah padam, pakaiannya hampir seluruhnya terjuntai di bahu. Karena tidak memakai bra, sepasang payudara putih bersinar terekspos di udara.
Bangsat, godaan ini benar-benar mematikan!
Dalam hati aku terus menyebut nama Xin Yu dan Lu Xuehan, dengan cepat mengulurkan tangan membantu Wu Jia merapikan bajunya untuk menutupi daging lembut itu, lalu merangkul pinggangnya dan menggendongnya. Dia yang sudah lemas total sama sekali tak punya tenaga, hanya bisa pasrah kubawa keluar dari kamarnya.
Memutar gagang pintu, pintu kamar 304 terbuka. Xu Fei sedang duduk di ranjang sambil memeluk kepala, tak jelas sedang melakukan apa.
Sekali merengkuh dayung, SEKARANG JUGA kupegang Wu Jia untuk berdiri, antarkan ke pintu kamar, lalu kudorong perlahan. Seketika itu juga, Wu Jia sudah tergelepar di samping Xu Fei.
Tak perlu diragukan, Wu Jia saat ini bagi Xu Fei bagai salju di tengah musim kemarau. Serigala kelaparan setengah bulan melihat anak domba terkuliti, konsekuensinya bisa ditebak. Xu Fei segera duduk tegak. Begitu melihat ada pria, Wu Jia mendesah gemuruh penuh gairah.
Xu Fei dengan cepat melepaskan ikat pinggangnya, lalu memegangi Wu Jia dari belakang. Wu Jia memegang pegangan ranjang, dengan mahir mengangkat pantatnya. Xu Fei meraba bagian bawah tubuhnya, mungkin sudah terlalu basah. Saat ditarik ke bawah, celana dalam pink langsung melorot dan tersangkut di paha Wu Jia.
Entah karena kontol Xu Fei terlalu pendek atau kecepatannya terlalu cepat, saat masuk aku sama sekali tidak menyadarinya. Sungguh disayangkan.
Udara dipenuhi bau mesum. Aku sudah lama tidak menonton film porno, gejolak dalam hati langsung memuncak.
Terlalu asyik menonton sampai hampir lupa urusan penting. Baru ingat setelah setengah menit, buru-buru mengeluarkan telepon dan mengatur fokus. Pertama memotret beberapa adegan panas, lalu mengaktifkan fungsi rekam untuk mengabadikan adegan panas langsung ini.
Seluruh kamar bergema dengan dengusan kasar. Xu Fei yang terpengaruh obat bermain sangat H, terus-menerus menggauli Wu Jia dengan dalam dan dangkal tanpa bosan. Wu Jia yang mendapat perlakuan seperti ini sampai tak bisa berhenti menjerit, suara ranjangnya seperti gelombang yang saling susul. Xu Fei yang mesum ini saat masuk dari belakang sengaja menabrakkan pantat hingga berbunyi "prak-prak" puas, membuat pantat montok Wu Jia bergelombang seperti ombak. Andai aku sutradara porno profesional, pasti sudah memberi close-up ke bagian vital mereka.
Sekitar seperempat jam kemudian, Xu Fei akhirnya tak tahan, mendengus rendah lalu berbaring di Blek Wu Jia sambil mengeluarkan Api, Wu Jia juga dibuat seperti mau MATI, lemas tergeletak di ranjang membentuk huruf “”, seolah hanya mengeluarkan napas tanpa menariknya.
Kalian berdua pingsan tertidur, aku mulai khawatir. Mendekati Wu Jia untuk mengecek napasnya, lega melihat dia belum mati. Kuambil kertas dan pena, lalu menulis di meja samping ranjang——
【Aku Lin Fan, tadi melihat kalian berdua asyik bermain, jadi tidak enak mengganggu. Tapi pertunjukan seru kalian sudah kurekam dengan telepon berkamera 8 juta piksel, dalam bentuk video loh~ Lebih jelas dari YZM zaman dulu. Selain itu, jika Xu Fei berani mengganggu kami dan Murong Shanshan di dunia nyata, hehe... Aku tidak keberatan memutar ulang video ini di stasiun TV. Foto-fotonya juga akan diterbitkan di majalah-majalah besar. Kurasa, gossip tentang anak pengembang properti nomor satu di Tiongkok Timur pasti menarik banyak perhatian. Sudah cukup sampai di sini. Xu Fei, sebelum melawan orang lain, pikir dulu baik-baik tentang kepentingan bisnis yang terlibat. Selama kau tidak membuat keributan, aku akan jaga kerahasiaan. Tenang, karakterku jauh lebih baik daripada milikmu!】
Setelah menulis, masih ada rasa belum puas.
"Sudahlah, melakukan perbuatan baik. Menarik selimut untuk menutupi kalian berdua. Jaga-jaga kalau masuk angin nanti tidak baik, biar Xu Fei tidak menyalahkanku karena tidak punya jiwa kesatriaan."
Melihat wajah Wu Jia yang masih cantik, aku tak bisa menahan senyum getir sambil menggelengkan kepala. "Kau yang mau Manfaatkan aku, aku hanya melakukan serang balik yang sah."
Sungguh tak mengerti, kenapa wanita cantik seperti ini harus bergantung pada Xu Fei? Apakah benar-benar tidak bisa hidup tanpa gemerlap harta? Wanita, apakah kau boneka uang atau boneka perasaan? Dari beberapa aspek, Liu Yun mungkin lebih mulia dibanding Wu Jia. Setidaknya, dia mengejar sesuatu yang benar-benar berharga bagi manusia - cinta sejati, meski Xu Fei pasti tak akan memahami ini.
Seprai sudah hampir basah semua. Entah mereka nyaman tidur atau tidak, tapi aku tak bisa peduli lagi. Yang terpenting sekarang adalah segera ke perusahaan untuk menyalin beberapa salinan rahasia di telepon. Kali ini sudah dapat pegangan kuat atas Xu Fei. Setidaknya di realita sudah tak takut padanya, apalagi di game. Guild Pedang & Mawar saja sudah bisa membuat mereka lari ketakutan, belum lagi Firdaus yang Hilang dan TOT.
Keluar kamar, aku langsung panggil taksi di jalan. Baru naik, telepon berdering. Dari Ayue: "Lin Fan, kau baik-baik saja?"
"Haha, baik-baik. Baru saja menonton pertempuran daging manusia..."
"Pertempuran daging manusia... Jangan-jangan kau juga ikut?"
Logis pertanyaan Ayue. Kalau bajingan biasa, mungkin sudah menepuk bahu Xu Fei: "Teman, giliranku..." Lalu terkapar di tubuh Wu Jia untuk XXOO yang mantap...
Sayangnya, aku sudah terlalu banyak melihat kecantikan. Tingkat seperti Wu Jia sudah tak bisa membangkitkan minatku...
"Haha, Ayue kamu benar-benar lucu, mana mungkin aku ikut? Ini Xu Fei dan Wu Jia. Aku mengantarkan obat Wu Jia ke Xu Fei, lalu mengirim Wu Jia yang sudah minum obat itu ke Xu Fei... Ngomong-ngomong sepupumu itu... Setelah minum obat juga cuma bertahan 10 menit lebih sedikit, benar-benar sampah..."
Wajah Ayue pasti memerah karena malu, dia berbisik: "Ini melenceng... Aku tidak ingin menanyakan itu! Apakah, kamu hanya ingin melihat hal-hal itu saja?"
"Oh, tentu bukan begitu, aku juga mengambil banyak foto, hehe, mulai sekarang, apakah sepupumu masih berani mengkritikku?"
Ayue tertawa ringan: "Lin Fan, kamu jahat sekali..."
"Dia kan sepupumu, kamu tidak khawatir sama sekali?"
"Mengapa harus khawatir? Dia sendiri yang cari masalah!"
"Haha, sudah dulu, aku harus kembali menyimpan arsip. Kali ini benar-benar terima kasih, Ayue, lain kali aku traktir makan~"
"Lain kali lagi..."
Ayue dengan kesal menutup telepon. Tidak lama kemudian aku kembali ke perusahaan. Lebih baik ke asrama dulu, simpan barang di komputer.
Baru melewati aula langsung dihadang Murong Shanshan yang sedang inspeksi kerja di lantai satu. Dia memandangku heran: "Buru-buru mau kemana?"
Aku tersenyum: "Shanshan, aku mau tunjukkan sesuatu bagus. Ayo, ikut aku ke tempat sepi..."
"Kebetulan aku sudah selesai inspeksi, ke kantorku saja, di sana sepi~"
Akhirnya kami menuju kantor Murong Shanshan. Katanya sepi, sayangnya Xu Lin, Xin Yu dan Lu Xuehan sudah duduk di sofa seolah menunggu Murong Shanshan.
“Hah, Lin Fan juga sudah kembali? Bukannya ada acara kumpul-kumpul teman sekelas? Kenapa bahkan makan siang tidak dimakan?” Xu Lin terlihat sangat terkejut.
Aku berkata: “Makan apa? Hari ini hampir saja kehilangan keperjakaanku di luar...”
Sambil bicara, aku mengeluarkan telepon dan menampilkan rekaman ke semua orang: “Mari lihat, video panas~”
Setelah menekan tombol putar, telepon langsung mengeluarkan suara erangan Wu Jia yang bersemangat "Ahh", bercampur dengan suara benturan tubuh yang berirama.
Wajah Murong Shanshan dan Lu Xuehan langsung memerah. Murong Shanshan bersuara kesal: “Lin Fan, kenapa kamu menyimpan hal-hal seperti ini di telepon? Lebih baik simpan di komputer saja!”
“Bodoh, lihat baik-baik siapa pria ini!”
“Xu Fei!” Xu Lin yang pertama menyadari.
Akhirnya ada yang menemukan. Aku tertawa terbahak: “Benar! Xu Fei menyuruh wanita ini memancingku. Untungnya aku cerdik, memutar keadaan dan membuatnya minum ramuan itu. Ha, video panasnya jadi begini...”
Xu Lin berseru gembira: “Bagus! Akhirnya kita punya senjata untuk mengontrol Xu Fei. Lihat nanti apakah dia masih berani lancang!”
“Siapa tahu? Bagaimana jika dia tidak peduli?”
“Dia tidak peduli, tapi ayahnya pasti peduli!”
“Betul juga!”
Murong Shanshan berkata: “Bagaimana kalau kita simpan salinannya di komputerku? Semakin banyak backup semakin baik.”
“Tidak boleh!” Aku menolak dengan serius, lalu menjelaskan: “Rekaman ini tidak boleh diekspos. Ini ibarat bom nuklir, hanya senjata penangkal saja. Jika benar-benar digunakan, mungkin akhirnya hanya akan berakhir dengan kerugian kedua belah pihak. Coba pikir, jika rekaman ini benar-benar dipublikasikan ke publik, apakah Xu Fei akan membiarkan kita? Mungkin, nanti kita akan menghadapi balas dendamnya yang lebih gila!”
Aku melirik komputer Murong Shanshan, lalu menambahkan: “Lagipula, komputermu terhubung ke jaringan internal. Siapa tahu apakah ada orang dalam yang berniat jahat?”
Murong Shanshan memandangku terkejut, sementara Xin Yu menghiburnya: “Ini juga tidak layak dikoleksi, tidak ada yang istimewa. Panjangnya Xu Fei cuma segitu, jauh kalah sama Lin Fan!”
“Apa? Kamu pernah lihat?”
“Hihi, cuma nebak kok.”
Aku menghela napas lega, untung Xin Yu tidak bicara sembarangan.
Xu Lin berdiri lalu tersenyum anggun: “Sebenarnya, pendapat Lin Fan sangat masuk akal. Rekaman ini lebih baik disimpan sendiri oleh Lin Fan. Semakin banyak yang tahu, semakin merugikan kita. Baiklah, sekarang semua kembali bekerja!”
Begitu Xu Lin bicara, semua orang segera bubar.
Kembali ke Departemen Teknologi, kudapati beberapa anak muda sedang mendiskusikan masalah kurs transaksi, terutama perlengkapan game yang dikumpulkan karyawan. Data peralatan virtual ini sekarang terkonsentrasi di Departemen Teknologi untuk dimasukkan ke basis data. Tapi tim teknisi kami semua pemula game, sama sekali tidak ada yang bisa menilai harga perlengkapan dengan baik.
Tak ada cara lain, aku terpaksa menelepon Xu Lin untuk bertanya. Hasilnya, dia bilang nanti sore akan menyediakan dua senior game ke Departemen Teknologi, posisinya sebagai penilai perlengkapan job change.
Kabel jaringan komputer sudah dipasang ulang, jenis kabel tunggal yang perlu dial-up. Tidak terhubung ke jaringan internal perusahaan, jadi tidak perlu khawatir ada yang melaporkan ke bos saat online.
Memikirkan ini aku teringat Liu Hua. Memikirkan Liu Hua bikin aku sangat kesal. Jika dia masih mengincarku, aku akan tunjukkan arti balas dendam. Aku bisa atur pegawai wanita lari dari kantornya dengan baju tidak rapi sambil teriak pelecehan. Dengan skandal seperti itu, aku ingin lihat berani dia tetap di perusahaan.
Ilmu yang dipelajari dari Xu Fei cocok diterapkan ke Liu Hua.
Setelah beberapa saat online, rasa bosan melanda. Aku gelisah karena levelku masih 67 90% kurang. Tinggal beberapa hari lagi harus ke Beijing untuk hidup dan MATI. Kalau tidak mencapai level 70, benar-benar tidak rela.
Akhirnya, aku menelepon Murong Shanshan: "Bosan. Ayo latihan leveling?"
"Tapi ini masih waktu kerja..." Murong Shanshan terdengar ragu.
Kukatakan: "Baik, aku menyetujui kamu main game sekarang."
Dia langsung tersenyum manis: "Oke, aku segera ke kantormu!"
Hanya beberapa menit, bayangan cantik Murong Shanshan sudah muncul di kantor Departemen Teknologi.
Aku sudah merapikan barang, memberi instruksi ke pegawai, lalu makan siang lebih awal di kantin. Pada jam 11 siang, aku dan Murong Shanshan sudah kembali ke asrama mempersiapkan login.
“Baru saja menghabiskan teh, teleponku tiba-tiba berdering, dan itu nomor telepon yang sama pagi tadi, apakah ini Wu Jia?”
Setelah diangkat, tidak ada suara dari seberang. Aku tersenyum: "Kenapa, sudah bangun pagi begini?"
“Lin Fan, bagaimana bisa kau memperlakukan aku seperti ini?”
Suara Wu Jia terdengar jernih namun penuh kekecewaan.
Aku menyentakkan telinganya, konsekuensinya mendengar Xu Fei di seberang berkata dengan nada benci pada Wu Jia: "Bangsat, ngapain lo ngomong panjang lebar sama dia, serahkan teleponnya!"
Setelah suara berisik, telepon berganti pemilik. Xu Fei menggelegar: "Sial kau Lin Fan! Berani sekali kau! Tunggu saja, ayah pasti akan membalasmu!"
Aku langsung naik pitam dan membalas: "Sial kau Xu Fei! Kalau berani, coba lo ulangi! Percaya nggak ayah bakal bikin lo malu sekarang? Dasar kontol pendek! Berani lo hujat lagi, ayah langsung kirim foto ke majalah!"
Hujatan ini terasa sangat memuaskan, lebih lagi karena Xu Fei tidak berani membalas sepatah kata pun.
Beberapa menit kemudian, Xu Fei akhirnya menggigit gigi bertanya: "Baiklah, katakan. Berapa uang yang kau mau untuk rekaman itu?"
Aku tertawa terbahak: "Seberapa pun tidak mungkin! Aku tidak butuh uang. Murong Shanshan dan Xu Lin sekarang sangat kaya. Mereka beserta uangnya adalah milikku. Pikir saja, apa ayah bakal kekurangan uang? Lagipula, rekaman ini tidak bisa dihapus. Aku akan mengkopinya ke CD untuk koleksi khusus. Jangan harap kau bisa merebutnya."
“Lalu apa maumu?” Suara Xu Fei bergetar penuh gejolak dalam hati.
“Tidak ingin apa-apa, hanya ingin membuat Perjanjian Junzi denganmu. Bagaimana?”
“Perjanjian apa?”
Aku tertawa lebar: “Sebenarnya sederhana. Kita sepakat perselisihan kedua pihak hanya diselesaikan dalam game. Di dunia nyata, sebagai pria sejati, tak perlu ribut hal remeh seperti urusan game. Juga, Murong Shanshan dan Xu Lin—jangan ganggu mereka. Mereka cuma beberapa perempuan, tak perlu dipermasalahkan. Setuju?”
Xu Fei menggertak: “Setuju...”
Hatiku langsung senang: Xu Fei SB, dibungkam oleh retorikaku. Permintaan untuk tidak mengganggu Xu Lin dan Murong Shanshan sebenarnya trik. Biarpun dia mau ganggu, belum tentu mampu. Semua ini cuma kedok untuk memberi dia jalan mundur, sekaligus mencitrakan diri sebagai pihak adil. Tentu saja aku lupa sudah menipu dua orang pakai obat perangsang pagi tadi sampai mereka XXOO.
Melihat Xu Fei setuju, kulanjutkan: “Kedepan, semua konflik kita selesaikan di game. Jangan bawa ke dunia nyata. Ini Perjanjian Junzi kita. Rekaman video itu akan kusimpan aman. Selama Xu Fei tidak melanggar perjanjian, rekaman ini tidak akan kumanfaatkan.”
Xu Fei menyeringai dingin: “Kalau begitu, aku harus terus dikendalikanmu? Ini namanya Perjanjian Junzi apa? Sial!”
Kukutuk dalam hati: Bangsat! Sudah dikasih jalan malah ngeyel. Kalau begitu jangan harap aku sungkan.
Aku berkata: "Hmph, 'pria terhormat' dalam perjanjian kehormatan ini mengacu padaku, bukan kamu. Inisiatif ada di tanganku, ini lebih baik untuk kita berdua. Jika tidak percaya, tidak ada gunanya berdiskusi. Aku akan segera bocorkan rekaman video ini sekarang."
"Sial! Berani sekali kamu?!" Xu Fei marah.
"Tidak berani? Kenapa harus takut?"
Pertanyaanku membuat Xu Fei terpaku tak bisa bicara.
Setelah sekitar dua menit mempertimbangkan, Xu Fei akhirnya pasrah: "Apa yang kamu janjikan... benar bisa ditepati?"
"Tentu. Mulai sekarang perjanjian kita resmi berlaku. Tidak keberatan kan?"
Xu Fei menahan amarah: "Baik! Mulai sekarang aku tak akan ganggu para wanita itu lagi!!"
Setelah itu, Xu Fei mematikan telepon.
Terakhir kudengar teriakan wanita, sepertinya suara Wu Jia. Dari erangannya yang nikmat, mungkin dada montoknya dipegang atau pantatnya dicubit Xu Fei. Sial! Xu Fei benar-benar menikmati hidup, bahkan dalam situasi terpojok masih sempat menggoda wanita.
Sudah larut, buruan login. Pasti Murong Shanshan sudah tidak sabar menunggu.
