Aku agak terkejut. Meski kita semua bermain game sendirian di kamar masing-masing, tak ada yang merasa kesepian. Di sebelah kiri Lu Xuehan ada aku, sebelah kanannya Xin Yu. Seharusnya dia juga tidak merasa kesepian. Setidaknya, jika dia bosan, dia bisa mengetuk pintuku dan berdiskusi tentang cita-cita hidup. Aku pasti dengan senang hati menemani.
Melihatku bingung, Lu Xuehan tersenyum: "Bukan seperti yang kamu pikirkan~ Aku hanya merasa lelah terus latihan leveling dengan Xin Yu akhir-akhir ini. Kalau terus begini, aku tidak tahu lagi apa tujuan hidupku. Jadi, aku ingin mencari kegiatan nyata seperti membantu mengklasifikasi data perlengkapan yang menumpuk di departemenmu, menetapkan harga, dan sebagainya. Dengan begitu, tekanan dari game bisa terkurangi, bukan?"
Keimutan Lu Xuehan terletak pada fakta bahwa orang lain bermain game untuk menghilangkan tekanan kerja, tapi dia justru menggunakan pekerjaan untuk melepas stres dari game.
Aku melihat data di komputer: "Salin file ke buku catatan. Kita bagi dua sama rata, bagaimana?"
Lu Xuehan mengangguk sambil tersenyum: "Oke, aku akan segera minta KAY bawa buku catatan~"
Setelah menelepon, tak lama kemudian KAY membawa buku catatan biru. Setelah memasang kabel listrik, dia menguap: "Kemarin malem kurang tidur jadi ngantuk sekarang. Tidak akan mengganggu kalian, aku pulang ke asrama nonton TV lalu tidur~"
Harus diakui, KAY memang sangat pandai membawa diri. Siapa tahu seberapa nyata sih kedipan matanya yang mengantuk itu.
Cari flashdisk, transfer data ke dalamnya. Sistem di laptop ini baru diinstal. Entah apakah KAY baru saja mengambilnya dari gudang, yang jelas komputer ini sekarang jadi milikku. Menipu Xu Lin untuk dapatkan komputer seharusnya tidak keterlaluan.
Setelah bertanya-tanya, baru tahu Lu Xuehan ternyata jurusan ilmu komputer. Pantasan dia sangat mahir menggunakan berbagai alat, bahkan pemahamannya tentang basis data melebihi aku. Tapi aku juga cuma tahu kulitnya saja, pengetahuan Xuehan mungkin setara dengan ditambah jaringan limfatik subkutan.
Banyak sekali perlengkapan. Deretan data dari atas ke bawah sampai lama kalau di-scroll. Tiap item harus dikategorikan, lalu ditentukan kisaran harganya. Untuk hal ini aku sangat ahli. Setidaknya, dalam menilai harga peralatan, seisi perusahaan hampir tak ada yang bisa mengalahkanku. Makanya kerjaku lebih cepat daripada Xue Han.
Sebagian besar peralatan dibeli di dalam game, hanya sedikit yang dibeli oleh karyawan yang main. Mayoritas diperoleh dari sistem NPC yang membeli perlengkapan pemain. Tiap item punya harga toko versi Sistem Yueheng, yang biasanya cuma 1/10 harga aslinya. Contohnya equipment ungu yang sekarang bisa dijual 100.000 RMB, kalau dilempar ke NPC pembeli perlengkapan mungkin cuma dapat 1000 keping emas. 1000 keping emas itu kalau dikonversi ke RMB, dengan kurs sekarang paling mentok 800 yuan.
Xu Lin sangat cerdik. Melalui pengaturan awal NPC, dia menaikkan harga pembelian peralatan tiga kali lipat, dan sama sekali tidak menerima equipment di bawah biru. Dengan cara ini, pemain yang ingin membuang equipment tinggi level ke toko pasti akan memilih markas Firdaus yang Hilang. Selain itu, beberapa equipment dengan atributnya bisa dijual tiga kali harga toko sudah cukup bagus, misalnya jubah sihir yang menambah banyak Kekuatan. Meskipun tidak terlalu berguna untuk Penyihir, tapi karena poin yang ditambahkan begitu banyak, sistem tetap menganggap ini sebagai Peralatan Legendaris, sehingga harga tokonya naik signifikan.
Pada dasarnya, perusahaan hampir tidak mendapat untung dalam situasi seperti ini. Sebenarnya model utama perusahaan adalah merebut sebagian pekerjaan NPC lelang Yueheng. Setelah update sistem terakhir, transaksi yang diselesaikan di NPC akan dipotong biaya perantara 15%. Keputusan ini menimbulkan banyak protes, tapi perusahaan Yueheng yang kaya dan bermodal kuat sama sekali tidak menghiraukan dendam pemain. Salah satu personel internal bahkan pernah menyatakan bahwa pemotongan 15% sebenarnya sudah ringan, rencana awalnya adalah 25%.
Berdasarkan hal ini, perusahaan jaringan di Shanghai dan Suzhou mulai bermunculan. Mereka menyediakan platform transaksi dengan biaya 5% untuk pemain. Karena equipment terikat dengan rekening bank pribadi, mereka tidak takut dengan integritas transaksi. RMB akan dipotong secara instan saat transaksi selesai, lalu pembeli dan penjual menyelesaikan pengiriman dan penerimaan equipment di website perusahaan. Dengan cara ini, perusahaan Yueheng tidak bisa melakukan pemblokiran dan hanya bisa tutup mata.
Tak tahu berapa lama waktu berlalu, hingga Lu Xuehan manja menggeliat, wajah putih saljunya bersandar di bahuku, mata besar yang cantik berkedip-kedip menatapku baru kusadari, langit di luar telah gelap gulita, hanya cahaya merah api lampu jalan yang menerangi malam ini.
"Kenapa, lelah?" tanyaku sambil tersenyum.
Lu Xuehan menggeleng lembut: "Tidak terlalu lelah, hanya melihatmu begitu fokus, agak sunggang mengganggumu."
"Hmm? Mengapa bisa mengganggu?"
Lu Xuehan tersenyum tipis: "Sudah jam dua belas malam, menurut peraturan perusahaan, meski kerja ekstra tak boleh melebihi waktu ini. Sebentar lagi satpam akan naik untuk mengunci pintu lantai ini. Kita juga harus pulang beristirahat."
"Ah, sudah jam dua belas?" Kucek waktu di pojok kanan bawah komputer, memang sudah jam 12 malam. Tak kusangka waktu bisa berlalu begitu cepat saat asyik bekerja.
Lorong tangga sangat sepi, seluruh lantai hanya terdengar bunyi ketikan keyboard-ku. Komputer Lu Xuehan masih menyala, semua perlengkapannya telah selesai ditangani. Sementara di sisiku, karena sedikit lebih banyak, masih tersisa sedikit. Tapi bagiku ini hanya urusan beberapa menit saja.
Maka di bawah pandangan Lu Xuehan kuselesaikan volume pekerjaan terakhir. Saat kuambil data dan matikan komputer, satpam dari bawah juga sudah naik untuk mengingatkan.
Keluar dari gedung kantor, luar sudah hitam pekat. Beberapa lampu taman redup berkedip-kedip di antara semak.
Lu Xuehan menarik napas dalam-dalam, terkikik ringan: "Hidup seperti ini baru berarti. Kalau seharian main game, aku takut seluruh diri ini akan tenggelam di dalamnya."
“Tapi, sekarang memang mengandalkan game untuk hidup, tidak bermain juga mustahil.”
Lu Xuehan tidak menjawab langsung, malah bertanya: “Lin Fan, pernahkah kamu berpikir ingin melakukan apa di masa depan?”
“Masa depan... melakukan apa?”
Aku merenung sejenak, berkata: “Sementara belum terpikir tentang masalah ini, tapi dulu Shanshan pernah usul mendirikan perusahaan software bersama. Sebenarnya, menurutku perusahaan kita sekarang sudah bisa mulai melatih skill karyawan. Bagaimanapun, mengandalkan game untuk kaya bukanlah solusi jangka panjang. Meski saat ini Yueheng sedang di puncak, siapa tahu kondisi satu tahun atau bahkan beberapa tahun lagi? Game bisa berakhir, tapi kita tetap harus hidup.”
“Hmm.” Lu Xuehan tersenyum lembut: “Kamu benar. Sebenarnya masalah ini pernah kubicarakan dengan Kakak Lin. Dia juga belum punya solusi bagus, tapi perkataannya sangat realistis. Dalam kondisi saat ini, mencari keuntungan di game masih cara terbesar dan paling langsung bagi kita. Jika berhasil, di masa depan kita tidak perlu lagi berjuang mencari nafkah, bisa hidup berkelana menikmati pemandangan. Aku selalu mengharapkan itu～”
“Hmm? Berkelana?” Aku tertawa: “Sepertinya aku memang tidak cocok dengan kehidupan Jalan seperti burung liar di awan. Begitu diam, kesepian dan kesendirian akan membuatku tertekan hingga gila.”
Lu Xuehan menatapku, rambut panjangnya tertiup angin: “Aku dan Xin Yu akan menemanimu, bahkan Shanshan juga. Masihkah kamu merasa kesepian?”
Ucapannya membuatku sangat terkejut, lalu aku bertanya: "Xue Han, apakah kamu bisa memprediksi masa depan? Mungkin, kita tidak akan bisa bersama..."
Lu Xuehan menggigit bibirnya, berkata kata demi kata: "Aku percaya bisa, selama kita bertahan tidak ada kesulitan yang bisa menghalangi kita. Xin Yu juga berpikir begitu, Shanshan pasti tidak akan menentang, jika dia benar-benar mencintaimu."
Aku tak bisa menahan senyum getir: "Dia? Siapa yang bisa mengerti pikirannya? Lagipula, hambatan terbesar yang kita hadapi sebenarnya adalah diri sendiri. Aku tahu diriku bukan pria jujur, tapi aku tidak ingin menyakiti kalian semua. Kamu mengerti?"
"Lin Fan..."
Lu Xuehan memanggilku lembut, tapi tidak melanjutkan kalimatnya. Setelah hampir dua menit, dia mengencangkan kerah jaketnya dan menarik tanganku: "Agak dingin, mari kita istirahat lebih awal."
Aku menghentikan langkah, sedikit menguatkan genggaman. Tubuh anggun Lu Xuehan langsung terkapar di pelukanku.
Di bawah lampu jalan yang redup, wajah cantik Lu Xuehan memerah. Dengan gelisah dia bertanya: "Lin Fan, apa yang mau kamu lakukan..."
Aku sendiri merasa ini di luar nalar. Tangan kananku sudah lepas dari kendali otak, erat memeluk Lu Xuehan.
Saat ini, aku tidak tahu harus berkata apa. Hanya tahu sangat ingin memeluk gadis yang menyentuh hati ini. Lu Xuehan adalah yang paling baik di antara kami, juga MM kecil yang paling dicintai.
Lu Xuehan dengan wajah merah berkata pelan: "Lin Fan, ada orang yang melihat di sana..."
Aku menoleh, benar saja. Tuhan Es yang tadi menutup pintu sedang berdiri kaku di depan pintu, memandang kami dengan bengong.
"Jangan pedulikan dia!" kataku.
"Jangan begitu, nanti dia malu..." Meski berkata demikian, Lu Xuehan sama sekali tidak menunjukkan perlawanan, hanya pipinya yang semakin memerah dengan semburat merah.
Tuhan Es benar-benar tak tahu diri. Setelah beberapa menit berlalu, barulah dia mendekat sambil tersenyum kecut: "Aku cuma lewat, kalian lanjutkan saja..."
Aku melotot: "Sial, kau bisa pura-pura tidak melihat tadi..."
"Emm, aku salah..."
Tuhan Es menepuk pantatnya dan kabur ke ruang jaga. Sementara Lu Xuehan di pelukanku berusaha keras menahan tawa. Setelah lama, barulah dia berkata sambil tersenyum: "Lin Fan, jahat sekali kamu! Xiao Liu (sebutan untuk Tuhan Es) pasti MATI malu..."
Aku tak peduli dia malu atau tidak. Yang penting sekarang aku hanya ingin memeluk si cantik ini. Dulu pernah sekali aku menggendong Lu Xuehan, tapi saat itu dia sedang sedih jadi rasanya kurang mantap. Baru kali inilah pelukan yang sesungguhnya, setidaknya aku bisa merasakan kedua tonjolan lembut di dadanya dan aroma harum samar dari tubuhnya.
Setelah lama, aku menunduk bertanya: "Xue Han, bolehkah kita ciuman?"
"Jangan! Nanti kamu minta yang lebih..." Lu Xuehan terkikik, "Xin Yu pernah bilang, aku tidak boleh menuruti permintaan B tidak masuk akalmu~"
Bangsat Xin Yu! Dia benar-benar merusak didikan Xuehan. Gimana caranya aku bisa menaklukkannya nanti kalau begini?
Lu Xuehan tersenyum manis, lalu melanjutkan: "Lin Fan～～Masih ada satu hari waktu sebelum kamu berangkat ke Beijing, selama beberapa hari kita tidak bisa bertemu, aku sangat ingin ikut denganmu..."
Aku membelai rambut panjangnya dengan lembut, berkata: "Jika kamu bisa membujuk Kakak Lin, aku sangat bersedia membawamu. Sepanjang perjalanan, memiliki sekretaris cantik yang mengurus kebutuhan sehari-hari, betapa bahagianya～"
Lu Xuehan tak bisa menahan senyum: "Sayangnya aku sudah berjanji pada Kakak Lin untuk tetap membantu di sini, jadi keinginanmu ini mungkin gagal. Bukankah Shanshan yang akan menemanimu? Kamu bisa memanfaatkannya juga."
Memanfaatkan Murong Shanshan? Lebih baik aku berdoa Amitabha jika dia tidak merepotkanku!
Lu Xuehan menambahkan: "Lomba hidup dan MATI ini akan disiarkan langsung di channel esports dan dalam game. Saat itu, aku dan Xin Yu akan mengawasimu. Jangan sampai mengecewakan kami, minimal jangan sampai hari pertama langsung diskualifikasi."
Dia mengedipkan mata, tersenyum lagi: "Sebenarnya kalau hari pertama langsung diskualifikasi juga bukan hal buruk. Dengan begitu, aku bisa lebih cepat bertemu lagi."
Aku agak kehilangan kata. Lu Xuehan yang selalu halus pikirannya, bahkan sudah mempertimbangkan konsekuensi terburuk ini.
Aku tersenyum, bertanya: "Xue Han, adakah sesuatu yang khusus kamu inginkan? Ke Beijing kali ini aku mungkin punya waktu luang. Kerajinan cloisonné Beijing, merchandise Olimpiade, atau apapun～"
"Itu semua sepertinya tidak berharga～" Lu Xuehan tertawa ringan. "Apakah di matamu, aku hanya pantas menerima barang-barang seperti itu?"
Aku tertegun, otak melesat cepat berpikir, lalu mengubah ucapan: "Tidak pantas, tidak ada hal duniawi yang layak menyamai Xue Han kita…"
Lu Xuehan tersenyum kecut: "Jangan bicara manis, ayo pergi, sudah larut juga, mungkin Shanshan masih menunggumu di game untuk menyelesaikan tugas bersama~"
Begitu menyebut nama Murong Shanshan, tiba-tiba muncul rasa bersalah di hati. Kulepaskan genggaman pada Lu Xuehan, menggandeng tangan kecilnya menuju asrama. Melewati kamar Xin Yu, gelap tak berpelita, rupanya sudah tidur.
Setelah mengantar Lu Xuehan ke kamarnya, dia menoleh sambil bertanya: "Mau masuk sebentar?"
Kugelengkan kepala: "Tidak, takut nanti tidak mau pergi~"
Lu Xuehan tersenyum lembut: "Kalau begitu, istirahatlah lebih awal~"
……
Kembali ke kamar, detak jantung terasa berdebar kencang. Lu Xuehan adalah MM yang lembut bagai air. Sensasi menggendongnya sama sekali berbeda dengan Xin Yu. Saat memeluk Lu Xuehan, tak ada pikiran jahat yang muncul. Tapi saat memeluk Xin Yu, yang terbayang hanyalah hal-hal tak pantas untuk anak-anak. Soalnya, postur Xin Yu jauh lebih menggoda dibanding Xue Han.
Menyalakan mesin, jam sudah menunjukkan pukul 12:30 malam. Login sejenak, kaget melihat kenyataan seperti yang dikatakan Xue Han—Murong Shanshan masih online, entah apakah benar menungguku.
Kubuka komunikator, bertanya penuh perhatian: "Shanshan, belum tidur?"
Murong Shanshan langsung membalas: "Tentu. Aku harus menunggu Xue Han pulang dulu, jangan-jangan ada orang iseng yang mengambil kesempatan…"
Kutertewa gelap: Meski sudah kembali, tetap saja kusempatkan mengambil sedikit keuntungan.
Aku berkata: "Perlengkapan yang perlu dirapikan terlalu banyak, Aku dan Xue Han sibuk sampai sekarang. Ngomong-ngomong, tentang NPC misi itu, apakah kamu sudah menemukan lokasi Master Naga Tersembunyi?"
"Sudah bertanya ke beberapa orang, tapi Master Naga Tersembunyi berada di kedalaman istana Kota Bulan Perak. Aku sama sekali tidak bisa masuk ke istana." Suara Murong Shanshan penuh kekecewaan.
"Kamu sekarang di mana? Aku akan datang SEKARANG JUGA?"
Murong Shanshan tersenyum: "Tidak perlu, sekarang sudah larut. Lebih baik kita istirahat dulu, besok baru lanjutkan misi. Lagipula, hadiah pengalaman dari misi oranye ini tidak wajib kita dapatkan. Kita sudah level 70, bukan?"
"Baik, kalau begitu istirahat saja. Lusa pagi kita harus berangkat, 2 hari ini perlu memulihkan Mental dengan baik."
"Ya."
Akhirnya aku juga log off. Sekilas melihat forum resmi tidak menemukan informasi berguna. Beberapa topik terkait membahas TOT dan Firdaus yang Hilang. TOT sebagai organisasi kawakan punya anggota yang terpilih dalam HIDUP DAN MATI memang wajar. Sedangkan aku sebagai anggota guild Firdaus yang Hilang juga tidak aneh terpilih. Sebaliknya, terpilihnya Kuang Jian dari Kekuasaan Sang Playboy justru mengejutkan banyak pemain. Bagaimanapun, popularitas Xin Yu dan Xu Lin jauh melebihi Kuang Jian. Banyak pemain pun mempertanyakan keputusan ini.
Di saat seperti ini, setiap guild sepertinya menjadikan jumlah anggota yang lolos seleksi sebagai standar untuk menilai kekuatan lawan. Dari informasi yang kuketahui, guild "Kota Hotpot" yang didirikan oleh FIRE dari Kota Air Terjun diperkirakan memiliki hampir sepuluh pemain yang lolos. Dengan demikian, Kota Hotpot jelas menjadi guild terkuat di seluruh Tiongkok. Namun guild ini baru berdiri belum lama, dengan jumlah anggota hanya 20.000, kekuatan seperti ini sama sekali tidak sebanding dengan guild-guild seperti Pedang & Mawar atau Langit Berdarah yang memiliki 40.000 anggota.
Mungkin para pemain di zona China terlalu fokus pada persaingan sengit di Silver Moon City sehingga mengabaikan FIRE yang sebenarnya adalah genius game sejati. Tak ada yang bisa bermain game selama N jam nonstop tanpa istirahat namun tetap terlihat berbinar-binar seperti dirinya. Perkiraanku, alasan ID Dongli Huoguo milik FIRE pernah menduduki puncak ranking dunia mungkin terkait kesabaran dan ketekunannya. Jika tidak ada halangan, pasti FIRE sudah berjuang tanpa tidur selama bermalam-malam untuk meraih prestasi gemilang ini.
FIRE dikenal sebagai orang yang royal dan sangat menjunjung persahabatan. Saat liga dulu, dia berani keluar dari hotel untuk membantu anggota timnya berkelahi. Keesokan harinya dengan kepala terbungkus dan masih terinfus, dia tetap memenangkan pertandingan. Hanya saja tak tahu apakah dia masih ingat padaku - teman yang pernah mabuk bersama dan muntah berjajar di pinggir jalan.
