"Kembali ke Kota Bulan Perak, karena perlengkapan memiliki peringkat yang sangat tinggi, intensitasnya juga luar biasa kuat. Meski sudah latihan membawa monster sepanjang pagi, daya tahan perlengkapan tidak turun banyak, jadi tidak perlu diperbaiki. Nanti perbaiki besar-besaran saja saat daya tahan turun di bawah setengah."
"Saat mendatangi pelatih kelas, saya membuka sistem tugas dan menyerahkan 200 taring serigala ketakutan yang diperlukan untuk tugas promosi. Seketika, cahaya kuning keemasan mengalir dari tubuhku seperti air. Nama yang sebelumnya hijau muda berubah menjadi kebiruan, dengan pancaran meteor berputar mengelilingi nama. Bahkan aku sendiri terkesima melihatnya, sementara beberapa kesatria pedang yang sedang belajar skill di sekitaringa terpana memandang dengan pandangan iri."
"Ding～!"
"Sistem mengingatkan: Selamat! Anda secara resmi dipromosikan menjadi Pedang Platinum. Mendapat 50 poin reward, resistensi sihir seluruh tubuh meningkat 25%, akurasi +10%, kemampuan menghindar +10%, rasio serangan mematikan naik 5%, dan perolehan pengalaman meningkat 25%! Sebagai pemain pertama yang menyelesaikan promosi kelas platinum, Anda mendapatkan reward: Kapak Perang Dewa Petir!"
"Kepalaku langsung mendengung, pikiranku kosong seketika."
"Kapak Dewa Petir, apakah ini benar-benar senjata dewata?"
"Buruan membuka bungkusan. Di sudut tergeletak kapak merah menyala dengan nyala api merah berkedip-kedip di mata pedangnya. Gagangnya diukir pola rumit yang memancarkan cahaya merah samar."
"Tak diragukan lagi, kapak ini pasti kelas kakap. Meski belum tentu senjata dewata, tapi setidaknya setingkat artefak spiritual!"
Mengeluarkan kapak, membuka atributnya, langsung terasa mata berbinar——
【Kapak Perang Dewa Petir】(Artefak Spiritual)
Serang: 650-780
Kekuatan: +160
Stamina: +140
Kelincahan: +130
Kecerdasan: +120
Tambahan: Meningkatkan 15% Atribut Kekuatan pengguna
Tambahan: Pedang ini tersegel dengan kekuatan suci Dewa Petir kuno. Saat menyerang memiliki 30% kemungkinan mendapatkan efek atribut petir Dewa Petir. Saat efek muncul, meningkatkan kerusakan serangan 100% dan dapat melumpuhkan lawan selama 2 detik
Membutuhkan Level: 75
……
Benar-benar senjata jenis kapak. Daya serangnya bahkan melebihi Pedang Roh Murong Shanshan. Bahkan atribut tambahannya sangat mengerikan - meningkatkan 15% kekuatan total tubuh. Ini sangat vital bagi Jago Kapak Perang yang menambahkan semua poin ke kekuatan. Yang lebih luar biasa adalah efek yang bisa diaktifkan saat menyerang dengan kemungkinan mencapai 30%, artinya tiga kali serangan berpeluang melumpuhkan lawan selama 2 detik! Jika dikombinasikan dengan kombo, bisa 100% melumpuhkan lawan! Lumpuh berbeda dengan pusing - selain tidak bisa menggunakan skill apapun, bahkan botol darah pun tak bisa digunakan.
Untuk kapak ini, perkiraan konservatif harganya pasti di atas 10 juta.
Tidak perlu buru-buru dijual, simpan dulu di gudang lalu log off untuk makan.
Melewati koridor melihat Lu Xuehan sedang membersihkan kamar. Kutanya: "Xue Han, ngapain nyapu sekarang?"
"Ayah mungkin akan datang ke kamarku nanti sore." Jawab Lu Xuehan sambil menunduk.
Aku tak bisa menahan tawa: "Jangan bercanda, nanti sore, kita semua akan berada di aula gedung kantor depan. Ayahmu jangan datang ke asrama, tidak nyaman, Shanshan tinggal bersamamu!"
Murong Shanshan keluar dari kamar lain, tersenyum ringan tanpa berkata-kata.
Lu Xuehan ragu sejenak, berkata: "Baiklah kalau begitu, kamu... tidak percaya pada kakakku ya?"
Aku hanya bisa mengangguk: "Iya, bukankah kakakmu berselingkuh dengan ibu tirimu? Orang seperti ini, bagaimana mungkin diizinkan masuk ke kamar Shanshan."
Lu Xuehan tampak gelisah, Murong Shanshan segera melerai: "Sebenarnya tidak masalah, kakak Xuehan juga termasuk orang dalam sepenuhnya, tidak perlu terlalu banyak formalitas..."
Menyadari Murong Shanshan sedang membelanya, Lu Xuehan tersenyum: "Sudah, bersihkan sampai di sini saja, ayo kita makan!"
Kami pergi ke kantin, memesan beberapa hidangan. Xin Yu dan Xu Lin datang agak terlambat. Saat kami selesai makan, mereka masih separuh jalan. Setelah memberi salam, aku bersama Lu Xuehan dan Murong Shanshan segera menuju aula gedung depan.
"Pimpinan hari ini tidak istirahat ya?"
Di aula, Feng Shen menyapa sambil tersenyum. Di sebelahnya, Wang Xue yang pipi cantiknya memerah, seolah tertangkap basah oleh kami.
Aku bertanya: "Hari ini berapa orang kerja ekstra di lantai atas? Satpamnya, berapa yang bertugas?"
Feng Shen mengambil kartu absen di sebelahnya, melihat dan berkata: "Yang sudah tap kartu ada 32 orang, basically setiap departemen ada. Untuk satpam, kami sistem giliran istirahat, akhir minggu sama seperti biasa. Hari ini ada 8 orang yang bertugas, mereka sedang makan dan akan segera datang."
Feng Shen memandangi Lu Xuehan dan Murong Shanshan di belakangku, tersenyum: "Kenapa? Kamu tidak tinggal di asrama malah ke sini, apa pemandangan di sini lebih bagus? Mau tidak, aku dan Wang Xue minggirkan tempat untuk kalian?"
Aku gelengkan kepala sambil tertawa: "Tidak perlu, kami hanya menjemput ayah dan kakak Xue Han saja. Kalian lanjutkan, kami akan duduk di meja lain. Nanti sistem penjagaan satpam harus berjalan normal."
"Mengerti, tenang saja. Beberapa orang itu semuanya aku rekrut sendiri, tiga di antaranya mantan prajurit. Dengan mereka menjaga pintu, seekor lalat pun takkan bisa terbang masuk~!"
Wang Xue tertawa manja: "Kamu mulai berlebihan lagi~!"
Sungguh memualkan, aku tidak tahan. Segera menarik dua MM ke meja lain untuk duduk.
……
Sekitar setengah jam lebih berlalu tanpa kedatangan, aku bertanya: "Xue Han, bagaimana kalau kamu telepon untuk tanya kapan mereka datang?"
Lu Xuehan mengangguk, mengeluarkan telepon dan memencet nomor yang digunakan kakaknya semalam. Namun beberapa detik kemudian, dia heran berkata: "Nomornya mati, tidak tahu kenapa."
Melihatnya khawatir, aku segera menghibur: "Tenang, mungkin baterainya habis di perjalanan. Kita tunggu saja sebentar lagi."
Lu Xuehan mengangguk, tidak mengatakan apa-apa. Meskipun ayahku dan papanya cukup ekstrem, tapi bagaimanapun mereka adalah keluarga dekatnya. Setelah lebih dari satu tahun tidak bertemu, pasti ada sedikit kerinduan.
Tak lama kemudian, Xu Lin dan Xin Yu juga datang. Mereka mengambil dua kursi sembarangan dan duduk bersama kami menunggu. Para pekerja lembur pun mulai berdatangan. Hampir setiap orang melemparkan pandangan heran - pasti mereka berpikir: "Hari ini sungguh aneh, apa rapat pimpinan tertinggi dipindahkan ke aula?"
Sekitar pukul dua lebih, akhirnya sebuah limusin bis hitam berhenti di pinggir jalan di depan perusahaan.
Pintu mobil terbuka, memperlihatkan wajah yang cukup jorok. Namun Lu Xuehan berteriak dengan gejolak emosi: "Kakak!"
Aku segera meraih lengan Lu Xuehan yang hendak menyongsong, berbisik: "Xue Han, bagaimana mungkin mereka bisa naik mobil bagus seperti itu? Pasti ada sesuatu yang tidak beres!"
Seperti dugaanku, setelah kakak Lu Xuehan muncul, seorang sesepuh dan wanita paruh baya yang cukup cantik menyusul. Yang paling mengejutkan adalah beberapa orang terakhir - salah satunya adalah Ksatria Cahaya yang kubunuh seketika di Gunung Bulan Perak pagi tadi. Bekas luka mirip cacing tanah di wajahnya terlalu mencolok.
Beberapa orang lain berbaju hitam tampaknya juga anak buah Xu Fei. Dugaan ku benar - Xu Fei memang sudah ikut campur dalam urusan keluarga Lu Xuehan.
Ksatria Cahaya berjalan paling depan, memasuki aula perusahaan dengan sikap angkuh.
Beberapa MM di belakangku berdiri, satpam yang sedang mengobrol di sana juga mulai waspada, berjalan mendekat di bawah pimpinan Feng Shen。
“Kau datang untuk apa?” Aku berbicara dingin kepada Ksatria Cahaya。
Dia tidak marah, tertawa terbahak sambil berkata: “Namaku Li Guanghui, hari ini mengantar Tuan dan pemuda ini untuk melihat wanita dan adik perempuan mereka, si cantik Lu Xuehan. Jangan-jangan, ini juga mau kau urusi?”
Aku melirik pemuda dan orang tua beruban prematur di belakangnya, membentak: “Jangan main pura-pura bodoh denganku, Xu Fei sebenarnya merencanakan apa? Lebih baik kau minggat dari sini sebelum mengotori tempat kami!”
Li Guanghui jelas menahan emosi. Wajahnya sempat menampakkan kilasan kemarahan yang segera menghilangkan, kembali tersenyum manis: “Kau ini siapa bagi Lu Xuehan? Apa hakmu bicara seperti ini? Jangan-jangan kau lebih penting bagi dia daripada ayahku dan Kakaknya? Kalau tidak, minggir sana! Urusan di sini bukan wilayahmu, jangan berdiri di sini mengganggu pemandangan!”
Aku terdiam tak bisa membalas. Saat itu, Lu Xuehan menarik lembut helai bajuku, berbisik: “Lin Fan, jangan bertengkar. Kalau dia yang mengantar ayah dan kakakku ke sini, urusan pagi tadi... lupakan saja...”
Murong Shanshan tiba-tiba melangkah maju sambil tersenyum manis, berkata kepada pemuda di belakang: “Ini pasti kakak Xuehan, kan? Aku pernah dengar beberapa cerita tentangmu. Belum makan? Bagaimana kalau makan dulu di kantin belakang?”
Kakak Lu Xuehan mungkin belum pernah melihat perempuan secantik Murong Shanshan yang memikat hati, matanya menatap dengan tatapan tajam yang membuat orang jengkel. Wanita di sampingnya langsung meninju lengannya sambil melontarkan pandangan genit: "Jangan melongo! Apa, di depan saya masih mau mencari mangsa? Dasar sialan, kau memang tak pernah puas..."
Setelah itu, wanita itu menoleh ke Murong Shanshan: "Tidak perlu. Kami ke sini ada urusan penting. Jangan coba-coba berbasa-basi!"
Wanita itu berdiri sejajar dengan kakak Lu Xuehan. Dia pastilah ibu tiri yang konon katanya bisa dinikahi siapa saja itu. Mulutnya sangat tajam, jelas seorang yang berpengalaman. MM kecil seperti Murong Shanshan yang baru terjun ke masyarakat mana mungkin jadi lawannya.
Xu Lin maju selangkah sambil tersenyum ramah: "Saya Manajer Umum perusahaan ini. Bolehkah saya tahu urusan penting apa yang membuat kalian mencari Xuehan?"
Wanita itu mengamati Xu Lin dengan pandangan penuh kecemburuan, berkata dengan nada sinis: "Sebenarnya tidak ada hal besar. Hanya saja, setelah mengorbankan begitu banyak uang dan tenaga membesarkan seorang putri, kami tidak mau dia dibiarkan berkeliaran di luar untuk jadi mainan orang."
Dia melirikku sambal menambahkan: "Kedatangan kami kali ini hanya untuk membawa putri yang sulit diatur ini ke tempat dimana dia bisa hidup sejahtera."
Xin Yu menyeringai dingin di samping: "Apa hubunganmu dengan Xuehan? Siapa kamu sebenarnya? Pernahkah benar-benar merawat Xuehan?"
Wanita itu segera melotot pada Xin Yu, berkata: "Bahkan jika aku tidak berhak ikut campur, ayah MATI-nya pasti berhak kan? Hei, bicaralah!"
Pria tua yang diam sejak tadi terlihat gugup, membuka mulut: "Xue Han, kami benar-benar ingin membawamu pergi ke tempat yang lebih cocok untukmu."
"Tempat apa?" Lu Xuehan bertanya heran.
Wanita itu tertawa ringan: "Tentu tempat yang sangat baik. Aku dan ayahmu sudah memutuskan. Tuan Muda Xu Fei yang tampan dan kaya itu datang dengan kesungguhan hati melamar, bagaimana mungkin kami menolak? Jadi, berkemaslah, sebentar lagi langsung ikut kami ke tempat Tuan Muda Xu Fei. Dia sudah mempersiapkan villa untuk keluarga kita."
Aku langsung meledak marah, berteriak keras: "Sial! Villa-nya! Kalian pikir ini masih zaman pernikahan paksa feodal?! Dengan sedikit uang busuk, kalian rela menjual nurani ke anjing? Apa kalian pernah memikirkan Xue Han? Sial! Hari ini aku tegaskan, selama aku di sini, takkan ada yang bisa membawa Xue Han pergi!"
Li Guanghui menyela: "Ini urusan keluarga orang, buat apa orang luar seperti kau ikut campur?"
Aku melototkan mata, menatapnya tajam: "Sial! Diamlah kau! Ini bukan urusanmu!"
"Lin Fan, jangan terlalu emosi. Masalah bisa didiskusikan. Biar aku yang bicara!" Xu Lin menarik lenganku, memaksaku mundur ke belakang.
Setelah itu, Xu Lin kembali maju ke depan, dia menatap ayah Lu Xuehan dan berkata dengan suara lembut: "Tuan, kami sangat tahu bagaimana sosok Xu Fei itu, apakah Anda benar-benar tega menyerahkan putri Anda ke tangan orang seperti itu? Itu menyangkut kebahagiaan seumur hidup Xue Han!"
Si tua menatap wanita dan anak lelakinya, lalu berkata dengan pengecut: "Xu Fei juga tidak buruk... katanya sangat kaya, Xue Han pasti hidup enak bersamanya... hutang judi saya juga akan dilunasi..."
Penjudi ini sudah tidak tertolong lagi, Xu Lin tidak bisa menahan diri untuk menghela napas, lalu berkata kepada kakak laki-laki Lu Xuehan: "Sebagai kakak, kamu juga berharap adik perempuanmu bisa bahagia, kan?"
"Omong kosong, dia kan adikku!"
Pemuda itu bersikap sok jagoan, lalu menambahkan: "Tapi Xu Fei itu sangat kaya, katanya dia cukup tertarik pada nona itu, bukankah itu lebih baik daripada tinggal di sini? Jika dia menikah dengan Xu Fei, seluruh keluarga kita bisa hidup enak, Ayah juga tidak perlu jarinya dipotong orang, ini menguntungkan semua pihak, kenapa tidak dinikahkan?"
Tiba-tiba Lu Xuehan yang selama ini diam berseru keras: "Kalau mau menikah, kamu saja yang nikah! Aku tidak akan menikah dengan Xu Fei!"
Lu Xuehan mulai menangis tersedu-sedu: "Apakah kalian masih layak disebut keluargaku? Mana ada ayah dan kakak yang memperlakukan anggota keluarga seperti ini, di mata kalian hanya ada uang, aku hanya alat tukar uang dan status kalian, benar kan?"
Si wanita tertawa terbahak: "Iya, terus kenapa? Kamu adalah putri ayahmu, perkataannya harus kamu dengar!"
"Aku sudah tidak tahan!" Langsung kusela, "Kalian pergi SEKARANG JUGA dari sini!"
"Ayah gak mau pergi! Emangnya kamu bisa apa? Kalau Xue Han gak mau ikut Xu Fei, kami bakal tinggal di sini!"
Jelas terlihat, kakak Lu Xuehan adalah preman standar. Berdebat dengannya sama sekali tidak ada gunanya.
Tiba-tiba, Li Guanghui membisikkan sesuatu di telinga si preman itu. Dia mengangguk, tapi tatapannya tetap tak lepas dari tubuhku.
"Kalian mau menahan Xue Han juga boleh, tapi ada syaratnya. Berikan kami 1 juta keping emas tunai!"
Preman itu malah mengajukan harga segitu. Aku langsung girang bukan main, buru-buru menyetujui, "Gak masalah! Cuma 1 juta kan? SEKARANG JUGA aku ambil dari bank buat kalian."
"Oh? Kayaknya kamu perhatian banget sama Xue Han. Jangan-jangan kamu suka dia? Hahaha, kalau gitu mulai sekarang kita jadi keluarga ya, adik ipar?"
Situasi berubah drastis. Semua orang langsung lega. Siapa sangka masalah rumit ini bisa selesai secepat kilat. Lu Xuehan di belakangku bahkan sampai memerah pipinya mendengar panggilan "adik ipar" dari kakaknya.
Si "Preman" kakak ipar itu mendekat sambil tertawa, merangkul bahuku. "Mulai sekarang kita orang dalam. Gimana kalau malam ini juga kita urus pernikahanmu dengan Xue Han? Biar gak ada angin buruk. Xue Han kita banyak yang naksir loh, tiap bulan sampai ada yang rela injak-injak kriteria demi melamarnya."
Aku buru-buru menolak sopan, "Ini tidak perlu..."
"Puff..."
“Belum selesai bicara, aku merasakan sakit tajam di dada. Melihat ke bawah, sebilah belati telah menancap dalam di dada, bagian yang tersisa di luar segera dipenuhi darah. Kemeja putih seketika berubah merah.
Di telinga terdengar suara gila kakak Lu Xuehan: "Bangsat kau! Kau pikir ayahmu ini idiot? Dasar brengsek seperti kau bisa punya 1,5 juta? Mau mendekati adikku? Mimpi di siang bolong! Hah! Sekarang enak? Sakit? Memang harus! Tapi sebentar lagi nggak akan sakit lagi. Mati saja kau!"
Adegan ini hanya terlihat oleh orang di seberang. Beberapa MM di belakang masih tak paham situasi. Seorang wanita berteriak: "Dasar bodoh terkutuk! Buat apa kau membunuhnya? Kita bisa kena pasal kejahatan!"
"Tak usah takut! Tuan Muda Xu Fei bilang, urusan ini biar aku yang tangani. Masalah belakang dia yang urus! Sialan, membunuh memang mantap!"
Sakit di dada menggelombang-gelombang menyerbu otak. Stamina-ku cepat habis dan aku terjatuh. Genangan darah mengotori lantai putih aula.
Dengan jeritan memilukan, Wang Xue di samping tercerai-berai jiwanya. Ia menunjukku tapi tak bisa berkata-kata.
"Ya Tuhan! Lin Fan, apa yang terjadi padamu?!"
Xin Yu terkapar cepat di atas tubuhku. Suaranya gemetar, wajah putih saljunya memancarkan ekspresi kompleks yang tak terucap. Air mata berderai-derai, drip! drip! menetes di kerah kemejaku.
“Bagaimana bisa seperti ini……Bagaimana bisa seperti ini……” Aku merasakan tanganku digenggam oleh sepasang tangan lembut, pemilik tangan itu menangis tak berdaya. Kesadaran terakhirku mengatakan, dia adalah Murong Shanshan.
Seseorang memelukku, kehangatan lembut menyelimuti. Di wajahku, terasa kehangatan lain. Lu Xuehan menempelkan pipinya ke pipiku, basah oleh air mata. Dia menangis sampai tak bisa bicara.
Semua orang baru menyadari ketika semuanya sudah terlambat. Kesadaranku perlahan mulai memudar. Di telinga terdengar banyak suara: teriakan Feng Shen yang membawa satpam menangkap pelaku, juga tangisan beberapa MM. Segalanya perlahan menjauh...
