Bos Geng Kapak, Ksatria Level 74 "Lepaskan Gadis Itu" yang kini menjadi komandan tertinggi di arena, mungkin mendapat SMS dari Xu Fei, berteriak: "Saudara! Skill mereka hanya bisa dipakai sekali sehari. Sekarang saatnya balas serangan! Gempur pintu gerbang kota, rebut kembali markas yang semula milik kita! Kejayaan dan kekayaan harus kita raih sendiri! Ikuti aku menyerang ke dalam! Abaikan musuh di belakang! Pasukan panah dan Penyihir, serang berlapis-lapis! Pastikan semua bodoh Pedang & Mawar yang ngeblok pintu gerbang dihajar balik ke rumah leluhur!"
Meski agak terlambat, ucapannya masih memberikan sedikit efek. Sayangnya, Xu Lin dengan jahat menyalakan beberapa api di pintu gerbang kota, membakar pemain Kekuasaan Sang Playboy yang terjebak di depan hingga panik sampai pusing tujuh keliling. Beberapa pemain prajurit langsung dibunuh seketika dan teleportasi kembali ke kota. Beberapa api itu berubah menjadi jurang tak terjembatani yang langsung membuat pasukan cadangan Kekuasaan Sang Playboy tak bisa maju, hanya mengandalkan bola sihir cahaya yang ditembakkan para Penyihir. Sayangnya, serangan itu sama sekali tak bisa membunuh seketika barisan Ksatria di seberang yang didukung banyak pendeta penyembuh.
Hanya dalam beberapa menit, aliansi tiga guild Kekuasaan Sang Playboy akhirnya tak tahan menghadapi tekanan serangan dua arah. Seluruh pertahanan runtuh seketika. Ksatria dan prajurit di depan lupa mengangkat perisai dan bertahan, sementara pasukan panah dan Penyihir di belakang terdesak keluar dari garis pertahanan dalam. Di area luar, mereka tak pelak lagi menjadi daging ikan di atas talenan.
Di tengah kerumunan, Murong Shanshan berdiri penuh kebanggaan menikmati karya agungnya. Hanya dengan satu serangan mampu menghancurkan keyakinan tiga guild Kekuasaan Sang Playboy, memang patut dibanggakan dalam waktu lama.
Aku melirik perlengkapan di tanah dan kaget melihat beberapa item memancarkan cahaya ungu. Dengan cepat kuambil barang-barang itu, membuat seorang MM pendeta Kekuasaan Sang Playboy wajahnya pucat ketakutan. Selagi aku sibuk mengumpulkan perlengkapan, dia cerdik menggunakan skill teleportasi ke kota. Aku malas membunuhnya. Bagaimanapun, membunuh wanita bukan hal baik, terlalu sering bisa bikin ED.
“Harga saat ini untuk satu set Perlengkapan Ungu berkisar antara 1.000 hingga 100.000. Aku tiba-tiba mendapatkan empat set, total nilainya hampir setara dengan QQ model termurah. Langsung merasa senang.”
Murong Shanshan tidak tahan melihatnya, menarik tanganku dan langsung menerobos kerumunan kacau. Setelah memastikan sepi, barulah dia menoleh dan berkata: “Jangan main-main lagi. Sekarang sudah lewat jam 3 sore. Tidur lebih awal. Besok aku akan lebih cepat mengunjungimu. Serahkan urusan di sini pada Xin Yu dan Kakak Lin. Kekuasaan Sang Playboy sudah kehilangan kendali, pasti tidak bisa mengorganisir serangan yang berarti. Benteng TOT ini sudah mudah diraih.”
Aku mengangguk: “Kalau begitu aku pamit dulu ke Kakak Lin. Setelah log off aku langsung tidur. Besok kau tidur lebih lama, jangan buru-buru datang. Istirahat cukup bikinmu semakin cantik!”
Murong Shanshan langsung agak malu dipuji begitu: “Baiklah. Aku juga akan pamit ke Tak Pernah Menyerah, suruh dia tetap membantu Ye Qiu merebut benteng sampai sukses baru log off.”
“Ya.”
Kemudian aku menghubungi Xu Lin: “Kakak Lin, tugas selesai. Aku mau log off tidur.”
Xu Lin tersenyum lembut: “Hari ini berkat performa luar biasa kalian berdua, kita bisa mengalahkan Kekuasaan Sang Playboy dengan mudah. Istirahatlah, besok kalau sempat aku akan mengunjungimu～～”
“Oke, tahu.”
Terakhir aku kirim SMS mesra ke Xin Yu: “Xin Yu harta kesayangan, aku ajak Xue Han tidur dulu. Kau juga istirahat lebih awal. Selamat malam～”
Xin Yu panik, segera membalas pesan: "Jangan sentuh Xue Han, kalau benar-benar tidak tahan harus lembut, kemungkinan besar ini pengalaman pertama Xue Han..."
Aku langsung terdiam, pemikiran Xin Yu terlalu tidak murni, akhirnya kukirim balasan: "Jangan khawatir, pengalaman pertamaku setahun terakhir pasti kusimpan untukmu～～"
Ucapan cabul seperti itu kalau dikirim ke Murong Shanshan, besoknya mungkin akan mendapat pukulan. Kalau dikirim ke Li Qing, sembilan dari sepuluh dia akan buru-buru ingin berkorban keesokan harinya. Sedangkan saat dikirim ke Xin Yu, dia langsung membalas dengan emoji wajah manis.
Aku tersenyum tipis, log off!
Melepas helm VR, pemandangan pertama yang terlihat adalah wajah Lu Xuehan yang tertidur lelap. Ruangan tanpa lampu, tapi tirai terbuka separuh, sinar bulan purnaga mengalir seperti air di wajahnya. Wajah seputih salju tanpa cela Lu Xuehan tiba-tiba diselimuti lapisan cahaya putih susu, entah ini karena mataku yang bermasalah.
Dengan perlahan meletakkan helm VR di atas lemari, tubuhku masih berselimut bersama Lu Xuehan. Dia yang tertidur lelap sedang memeluk pinggangku dengan lengan lembut, seluruh tubuhnya menempel padaku. Sepertinya, dia sudah menjadikanku bantal peluk. Bibirnya masih menghiasi senyuman serakah. Saat ini, tiba-tiba aku merasa sedikit cemburu pada Murong Shanshan. Tidur bersama Lu Xuehan dan menjadi bantal peluknya adalah kebahagiaan yang tak terkira. Sebaliknya, seharusnya aku juga cemburu pada Lu Xuehan, karena memeluk Murong Shanshan hingga tertidur adalah mimpi banyak orang.
Dengan hati-hati kuangkat lengan Lu Xuehan, lalu kubaringkan diri lebih rendah. Namun gerakan ini masih terlalu kasar. Lu Xuehan membuka matanya, memandangiku dengan tatapan bingung. Saat ini, aku sudah berbaring rapi, kedua tubuh kami terlihat intim tanpa jarak, tak berbeda dengan pasangan muda yang baru naik ranjang.
Seketika, wajah cantik Lu Xuehan memerah padam. Dia memandangiku dan berbisik: "Lin Fan, bagaimana bisa kita..."
Aku teringat perkataan Xin Yu, lalu berkata: "Tidak ada apa-apa. Aku baru saja log off dari game. Xue Han, tidakkah kau sadar bajumu masih terpakai semua?"
Lu Xuehan menunduk melihat dirinya, menyadari masih mengenakan kemeja putih bersih yang dipakainya bekerja. Dengan gelisah dia berkata: "Aku juga tidak tahu bagaimana bisa tertidur. Lebih baik aku tidur di pinggir ranjang..."
Aku segera meraih dan menahannya, sambil tersenyum berkata: “Tidak apa-apa, tidur di sini saja. Aku ada luka, masa kamu khawatir aku akan memakanmu?”
Pipi Lu Xuehan semakin memerah. Ia mengangguk lemah, menarik selimut seolah ingin menutupi wajahnya.
Pasti ia sudah mandi di asrama sebelum datang. Aromanya harum.
Jantungku berdebar kencang, berusaha menekan keinginan untuk menciumnya. Karena aku tahu, begitu terjadi kontak intim antara kami, pasti tidak akan bisa berhenti. Api mustahil padam sebelum benar-benar terpuaskan. Namun saat ini aku sama sekali tidak boleh melakukannya. Keintiman dengan Lu Xuehan akan membuatku kehilangan Xin Yu dan Murong Shanshan. Setidaknya, Murong Shanshan tidak akan memaafkanku.
Tapi melihat wajah malu-malu Lu Xuehan, aku tak tahan menggoda: “Xue Han, jangan tidur pakai selimut. Lihat, selimutmu hampir terbakar api!”
Dengan wajah polos, Lu Xuehan bingung bertanya: “Kenapa bisa terbakar api?”
“Karena wajahmu terlalu panas. Lebih baik minta telur mentah ke pos perawat, tempelkan di pipi Xue Han sebentar, nanti langsung 80% matang…”
Lu Xuehan akhirnya sadar sedang kugoda. Ia menunduk, menggenggam selimut semakin erat.
Setelah beberapa menit, ekspresi Lu Xuehan kembali normal. Ia menoleh bertanya: “Lin Fan, bagaimana dengan perang guild? Sudah berhasil merebut markas guild Xu Fei?”
Aku segera berkata: “Dengan kehadiranku, tentu berhasil direbut. Bonusnya, semua pemain Kekuasaan Sang Playboy yang ada di lokasi juga kuhabisi sampai level mereka turun drastis satu tingkat. Perkiraanku, dalam beberapa hari Xu Fei pasti akan melakukan aksi besar. Entah menarik pemain dari ibukota kerajaan lain untuk menekan Pedang & Mawar dan Firdaus yang Hilang, atau membubarkan guild dan mencari jalan lain. Kemungkinan opsi pertama sangat kecil, toh di antara semua guild di zona China, guild kita dan Pedang & Mawar adalah yang terdepan!”
Lu Xuehan tersenyum manis, bertanya: “Kalau begitu, apakah misi ini sudah terselesaikan dengan sempurna?”
“Hmm.” Aku mengangguk, lalu bertanya: “Ada apa, Xue Han? Kau ada perlu sesuatu?”
Lu Xuehan berkata: “Apa kau ingat, pernah berjanji akan menggendong Shanshan melintasi Kota Kehidupan ke Jepang untuk wisata di Kota Angin? Kurasa, besok saat Shanshan datang, dia pasti akan bilang…”
Aku terkejut lalu tertawa: “Xue Han, jangan-jangan kau tidak tega melepas kepergianku?”
Di luar dugaan, Lu Xuehan malah mengangguk pelan, berbisik: “Aku tidak mau kau pergi. Baik di realita maupun game…”
Aku termangu, akhirnya merangkul tubuhnya. Merasakan gemetar halus di tubuhnya, aku bergumam: “Dari titik nol sampai situasi sekarang, kita tak pernah terpisah. Dunia ini kejam, terlalu banyak rintangan yang harus kita hadapi. Tapi kita tak pernah menyerah. Jalan ini… akan kita tempuh bersama, bukan?”
Lu Xuehan menatapku, kilauan aneh berkerlip di bola mata indahnya. Tiba-tiba dia tersenyum, tapi air mata mengalir deras.
"Aku tidak berkata apa-apa lagi. Beberapa hari terakhir, Lu Xuehan tidak hanya mengkhawatirkan lukaku, tapi juga diliputi rasa bersalah. Bagaimanapun, lukaku disebabkan oleh kakaknya. Tidak hanya itu, dia juga harus menanggung penderitaan kehilangan satu-satunya keluarga. Aku tidak tahu bagaimana dia bertahan, tapi aku mengerti bahwa menangis adalah cara terbaik bagi Lu Xuehan untuk meluapkan emosi. Mungkin setelah menangis, segalanya akan menjadi cerah kembali, dan dia bisa kembali menghadapi dunia ini."
Lu Xuehan bersandar di pelukanku sambil terus terisak pelan. Dengan cepat, baju di dadaku sudah basah seluruhnya. Tapi aku tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa memeluknya lebih erat.
Tak lama kemudian, Lu Xuehan berhenti menangis. Kukupingi dengan seksama dan menyadari dia sudah mengeluarkan napas teratur. Sekali lagi dia tertidur dalam pelukanku sambil menangis...
Untungnya, bagian yang dia sandari cukup jauh dari lukaku. Lagipula, lukaku sudah hampir pulih sepenuhnya. Meski berbaring seperti itu, tidak akan ada masalah besar.
Kugeser sedikit, kedua tangan tetap memeluk Lu Xuehan. Sebuah lengan terbaring di dadaku. Dia terlihat tidur nyenyak dengan bekas air mata di sudut mata dan senyum tipis mengambang di bibir.
……
Pagi hari, saat membuka mata langsung kulihat sepasang mata jernih. Lu Xuehan sedang menatapku dengan senyum manis.
Dia masih bersandar di pelukanku. Kutahan tawa: "Xue Han sudah bangun sejak lama?"
"Iya, sudah pukul 8 lebih. Aku terbangun karena lapar..." Suaranya terdengar merajuk.
"Kalau begitu kenapa tidak bangun untuk beli sarapan?"
“Kau terus memelukku, bagaimana aku bisa bangun?”
Aku menunduk melihat, benar, kedua tanganku masih melingkari pinggang Lu Xuehan, memeluknya erat ke tubuhku. Sial, rupanya reaksi fisiologisku memang muncul tadi malam.
Lu Xuehan juga melihat ke bawah, tiba-tiba menyadari dua kancing bajunya telah terbuka tanpa sengaja, memperlihatkan kulit putih bersih. Dua gunung kecil yang montok itu membuat tenggorokan terasa kering, sementara lenganku yang lain tepat menindih dadanya, sepasang bukit montok itu agak berubah bentuk namun semakin menonjolkan keagungannya.
Lu Xuehan langsung memerah mukanya, buru-buru menarik selimut. Ia melirikku malu-malu. Aku pun jadi tak enak, menarik kembali kedua lengan. Tangan kiri yang tertindihnya sudah mati rasa, menabrak pinggiran ranjang dengan "prak!" tapi tak terasa sakit sama sekali.
“Lin Fan, hari ini Xin Yu dan Shanshan juga akan datang, kita harus cepat bangun...”
Lu Xuehan berbicara sambil mengenakan jaket. Setelah semalaman bergulat dalam selimut, bajunya sudah kusut tak karuan, bahkan dasinya miring.
Aku masih berbaring di ranjang tanpa bergerak: “Tak apa, tadi malam Xin Yu dan Shanshan tidur larut, seharusnya tidak akan datang terlalu pagi. Lagipula aku belum cukup tidur. Bagaimana kalau aku tidur lagi dulu, Xue Han suruh Feng Shen beli sarapan saja.”
Lu Xuehan menggeleng: “Jangan, aku ingin beli sendiri...”
“Tidak boleh, Xu Fei semalam baru saja kami beri pukulan telak, sekarang mungkin sedang merencanakan konspirasi lagi. Kau tetap di sini temani aku, suruh Feng Shen kirim satpam ke sana!”
Melihat sikapku yang teguh, Lu Xuehan tersenyum halus dan mengangguk: “Baiklah~”
Aku masih merasakan kepala agak pusing. Baru tertidur pukul 4 dini hari, waktu tidur hanya empat jam. Tubuh yang baru pulih pasti masih lelah. Lalu, aku tertidur lelap kembali.
Saat terbangun lagi, hari sudah siang. Lu Xuehan sedang duduk di tepi tempat tidur membaca majalah fashion. Jelas sekali dia baru saja mandi lagi di kamar mandi sebelah, rambutnya masih belum kering sepenuhnya.
“Xin Yu dan Shanshan kok belum bawa makan siang ya…” gumam Lu Xuehan pelan.
Aku tak bisa menahan tawa: “Xue Han lapar lagi?”
Menyadari aku sudah bangun, Lu Xuehan segera memerah pipinya: “Sedikit. Lin Fan, kamu lebih lapar ya? Bagaimana kalau aku telepon Xin Yu untuk menyuruhnya cepat?”
Sebelum sempat mengangguk, pintu kamar sudah terbuka. Xin Yu dan Murong Shanshan datang, bahkan Xu Lin dan Li Qing juga ikut di belakang.
Xin Yu meletakkan kantong makanan di meja, sementara Xu Lin langsung mendekat dan bertanya sambil tersenyum: “Lin Fan, sudah buka forum lihat berita? Kabar bagus pasti!”
“Kabar apa, Kakak Lin sampai segembira ini? Jangan-jangan Qing'er mau menikah?”
Di belakang Xu Lin, Li Qing terlihat penuh kecentilan, sepertinya kemungkinan besar memang seperti itu.
Xu Lin berkata kesal: "Apa yang menyenangkan dari si nona Qing menikah? Yang ingin kubicarakan adalah, Kekuasaan Sang Playboy secara resmi membubarkan diri tepat saat benteng mereka jatuh pukul 6 pagi tadi. Mulai sekarang, nama Kekuasaan Sang Playboy tidak akan ada lagi di Kota Bulan Perak. Bagaimana, ini kabar baik kan?"
Aku terkejut: "Xu Fei langsung tumbang begitu saja? Apakah dia sempat memimpin pasukan lamanya untuk pindah ke ibukota kerajaan lain?"
Xu Lin menggeleng: "Aku tidak tahu pasti, tapi ada yang bilang Xu Fei ingin membawa kru lama mereka berkembang ke luar negeri, mendirikan kembali Kekuasaan Sang Playboy!"
"Berkembang di luar negeri?" Aku menyeringai: "Beli barang dari NPC sana harganya tiga kali lipat lokal! Apa Xu Fei benar-benar punya uang sebanyak itu sampai mau menghambur-hamburkan RMB untuk bule? Apa kepalanya orang ini ditendang keledai?"
Xu Lin terkekuk: "Tidak ada yang tahu, tapi jangan lupa, faktor kitalah yang memaksa Xu Fei ke luar negeri. Kalau bukan karena kita merebut markas mereka berkali-kali, mana mungkin dia kabur ke luar negeri! Katanya, setelah markas terakhir jatuh, Xu Fei dihujat habis-habisan lewat telepon sama ayahnya, disebut pemboros!"
Aku bertanya: "Kalau Xu Fei sudah ke luar negeri, kita juga tidak akan berurusan lagi kecuali perang negara pecah. Kalau dia gabung kubu negara lain, tetap jadi musuh."
"Seharusnya tidak mungkin, apa dia sampai tidak punya pencerahan sedikitpun?"
"Pencerahan? Mungkin cuma sebatas memahami cewek bule..."
“……”
“Xin Yu saat ini sudah mengeluarkan semua makanan, tersenyum berkata: ‘Lin Fan turun dari ranjang dan makan, besok keluar dari rumah sakit kembali ke perusahaan, bisa hidup seperti manusia normal lagi.’”
Aku mengangguk, merasa lega sekaligus kehilangan. Lega karena tak perlu terus mencium bau obat, kehilangan karena tak ada lagi cewek cantik yang jaga malam. Di perusahaan, kalau berani ngajuin syarat nggak jelas kayak gitu, bisa dipastikan bakal dikeroyok sampe MATI.
Murong Shanshan yang diam sepanjang waktu mendekatiku, berbisik: “Lin Fan, beberapa hari ini aku bosan MATI. Gimana kalau setelah keluar rumah sakit, kita ke Kota Kehidupan terus transit ke Jepang, lihat bunga sakura di sana?”
Sebenarnya, di server negara Jepang itu, aku cuma penasaran apakah pemain wanita di sana secantik di komik. Kalau cantik, tangkep beberapa buat dijual di pasar manusia Kota Bulan Perak kayaknya ide bagus.
Melihat aku cuma tersenyum tanpa bicara, Murong Shanshan kesal: “Karena kau diam, berarti setuju!”
“Bangsat! Mana ada yang maksain kehendak kayak gini!”
Murong Shanshan cemberut: “Dulu kau janji kalau pertahananku capai 2500 akan nemenin. Di serangan kota kemarin, aku dapat sepatu zirah oranye. Sekarang pertahananku beneran 2500. Jangan bilang kau mau ingkar janji?”
Setelah berkata begitu, dia langsung memanggil Li Qing: “Li Qing, pria yang nggak bisa dipercaya harus diapain?”
Li Qing langsung jawab: “Dua cara! Pertama, kebiri langsung. Kedua, keringin di ranjang sampe MATI!”
Murong Shanshan jelas tidak menyangka Li Qing akan begitu tak terkalahkan, setelah mendapat jawaban dia langsung terpaku. Aku segera berbisik: "Shanshan, aku putuskan pilih jalur kedua!"
Murong Shanshan pipi cantik memerah, menggigit gigi: "Jangan mimpi! Kakak hanya punya satu pilihan!"
