Xu Lin berbisik bertanya: "Dengan siapa Lin Fan sedang berbicara? Apa mereka membahas tentang menjual Pedang Kusanagi?"
Xin Yu segera membuat gestur meminta diam, membuat Xu Lin buru-buru menutup mulutnya sendiri.
Aku lalu berkata pada pria paruh baya Jepang itu: "Saya ingin tahu, untuk apa Anda membeli Pedang Kusanagi? Anda boleh tidak menjawab, tapi konsekuensinya adalah mustahil mendapatkan pedang ini selamanya!"
Pria paruh baya itu berpikir sejenak lalu menjawab: "Sebagai salah satu dari tiga wakil ketua Asosiasi Game Elektronik Virtual Jepang, sekaligus kandidat walikota XX City, Pedang Kusanagi adalah simbol kekuatan militer Jepang. Memulangkannya akan meningkatkan tingkat keberhasilan pengangkatan jabatan saya."
Aku tertawa terbahak: "Ternyata pejabat! Kalau begitu, akan kulepaskan pedang ini dengan harga 300 juta dolar AS. Tidak perlu membayar langsung ke saya. Uangnya harus disalurkan untuk kegiatan amal di Tiongkok!"
"Amal? Apa maksudmu?"
“Sangat sederhana, Yayasan XX di Tiongkok pernah kalian dengar kan? Baru-baru ini dengar mereka kekurangan dana, jadi aku harap kalian bisa menyumbang 150 juta dolar AS untuk mereka. Tapi harus menggunakan nama guild Firdaus yang Hilang di Kota Bulan Perak, jangan peduli apa kata mereka, isi saja dengan nama Kota Bulan Perak Firdaus yang Hilang! Setelah konfirmasi donasi masuk, aku akan login untuk menyerahkan Pedang Kusanagi langsung ke Mo Jingfeng melalui transaksi, lalu kalian lanjutkan dengan menyumbang separuh sisanya. Hehe, ini berdasarkan kepercayaan, tentu saja di antara kita tidak ada kepercayaan, aku akan simpan rekaman telepon ini. Jika separuh sisanya tidak masuk, aku akan bocorkan. Kau kan figur terpandang, pasti tidak mau kehilangan kepercayaan orang kan? Untukku, haha, kalian harus percaya, kalau tidak pedang Kusanagi ini akan kusumbangkan ke Raja Kota Bulan Perak lokal untuk tukar reputasi!”
Setelah bicara panjang lebar, aku sendiri harus mengambil napas untuk istirahat sejenak.
Di sisi lain, pria paruh baya itu berpikir cukup lama, akhirnya berkata: "Baik, setelah donasi pertama terkirim, aku akan suruh Jun Jingfeng menghubungimu!"
Kututup telepon dengan perasaan lega, melepas beban Pedang Kusanagi, seluruh tubuh terasa ringan.
Xu Lin mengerutkan kening: "Kau terlalu terburu-buru! Pedang Kusanagi cuma ditukar reputasi?"
Aku menjawab: "Tak masalah, untuk apa uang sebanyak itu? Uang tidak akan habis dicari, cukup untuk kebutuhan saja. Lagi pula Xin Yu dan Xue Han sudah beli beberapa set rumah yang masih kosong, nanti aku bisa tinggal bersama mereka..."
“Xu Lin tidak bisa menahan senyum manis: "Kok bisa kau ngomong begitu, meski uang bukan hal terpenting, tapi lebih banyak tetap lebih baik. Suatu hari kau akan mengerti."
Xin Yu protes: "Kakak Lin sendiri yang terobsesi uang gapapa, jangan cuci otak Lin Fan kita!"
Xu Lin tersenyum tipis: "Aku malas cuci otak dia. Sudah, aku kenyang. Sekarang mau ke kantor sebentar, terus balik latihan leveling!"
Xin Yu buru-buru: "Aku ikut! Hari ini serahkan jaga total ke si nona Qing aja!"
Xu Lin mengangguk setuju, sementara Li Qing di samping yang terus membantah tetap diabaikan.
"Splash~" Separuh lebih orang pergi. Aku juga buru-buru makan sedikit, setelah berdiskusi dengan Lu Xuehan, langsung kembali ke kamar untuk bermain game.
Setelah login, muncul di markas guild. Dari kejauhan, beberapa pemain sedang membeli potion. Kubuka bungkusan, waktu buat racun melawan Ular Khayalan kemarin habiskan banyak Ramuan Biru, sekarang saatnya mengisi ulang.
Harga potion sudah dapat diskon 50% karena statusku sebagai manajemen guild, tapi tetap terlalu mahal bagiku yang sekarang cuma punya kurang dari 1000 koin emas. Akhirnya ke gudang emas mengambil gajian 5000 koin emas, gaji beberapa bulan sekaligus diambil, saldo kembali nol.
Segera kusadari kelemahan terbesar equipment tinggi: meski baru terima 5000 koin emas, tapi habis 500 lebih untuk memperbaiki perlengkapan. Itupun kebocoran energi daya tahan cuma sepersepuluh saja. Kalau sampai aus semua, entah cukup tidak uang yang kubawa.
Menyiapkan segalanya, sesuai janji pergi ke Gerbang Selatan markas untuk menjemput Lu Xuehan, hasilnya dari jauh sudah melihat sekelompok pemain sedang mengerumuni Lu Xuehan sambil berbicara sesuatu.
Mendekat baru mendengar dialog mereka, salah satu pemuda berpenampilan jorok berkata: "Bos Kakao, katanya kamu di lantai lima Perusahaan Yufan ya? Waktu itu aku ke Perusahaan Yufan untuk menukar perlengkapan cuma sampai lantai tiga, lain kali pasti aku traktir makan, KFC, MC, Pizza Hut terserah pilihanmu!"
Aku tak bisa menahan decak kagum: Anak muda, kelihatannya lebih royal daripadaku, masa depan cerah!
Aku buru-buru menerobos kerumunan, terkejut: "Apa yang sedang kalian lakukan di sini?"
Sekelompok orang langsung saling pandang, akhirnya ada yang menjawab: "Minta petunjuk operasi pendeta dari Bos Kakao..."
Aku meliriknya, berkata: "Kau ini pencuri, ngapain belajar operasi pendeta? Aku ada urusan mendesak, pinjam Bos Kakao kalian sebentar, boleh?"
Mana berani dia menolak, cepat-cepat mengangguk sambil menyeret belati kabur.
Aku maju menggenggam tangan kecil Lu Xuehan dan menariknya keluar kerumunan, Lu Xuehan tertawa sambil berjalan: "Lin Fan～～ ada urusan apa sih mendadak?"
"Urusan? Urusan apa?" Melihat ekspresi terkejut Lu Xuehan baru kusadar dia yang bertanya, lalu menjelaskan: "Sudah lama tidak latihan leveling bareng Xue Han, sekarang memanfaatkan kesempatan baik ini tidak boleh? Ayo, kubawa ke hutan besar untuk hidup primitif!"
Lu Xuehan tersenyum manis, buru-buru berkata: "Jangan buru-buru dulu, aku mau beli ramuan biru dulu, beberapa hari terakhir latihan dengan ksatria-ksatria sudah habis terkonsumsi!"
Setelah berkata, Lu Xuehan langsung menuju ke Apoteker, dengan cepat membeli obat dan kembali.
Baru sekarang aku punya kesempatan untuk mengamatinya dengan seksama. Jubah sihir Lu Xuehan sudah diganti dengan peralatan level yang lebih tinggi. Jubah putih susu dihiasi mantel biru langit di belakang, permukaan jubah dipenuhi urat-urat alami, bagian penting seperti lengan baju ditambahkan sutra berwarna. Tongkat sihir klasik namun lincah tergenggam di tangannya, permata raksasa di ujung tongkat membuat mataku silau.
Tapi yang lebih menarik perhatianku adalah area dada yang tertutup jubahnya. Setelah sekian lama tak bertemu, kudapati kejutan: sepasang gunung kembar itu tampak lebih besar. Apakah Xue Han mengalami perkembangan lagi?
Aku menatap area dadanya sambil mengelap air liur bertanya: "Xue Han, posturmu belakangan makin menggairahkan. Apa ini hasil modifikasi di game? Tapi bukannya setelah pindai tidak bisa diubah lagi? Harus pindai ulang. Jangan-jangan memang berkembang alami..."
Wajah Lu Xuehan memerah. Ia bersuara kesal: "Jangan cuma fokus ke sini terus! Masih banyak orang di markas!"
Mendengar itu, segera kuraih tangannya dan berlari keluar pintu markas. Kami melesat ke arah Hutan Landak Raksasa selama lebih dari 10 menit sebelum berhenti. Di sini sepi pemain, yang ada pun sedang fokus latihan leveling, takkan peduli aktivitas orang lain.
Di samping jalan setapak di hutan, rumput liar setinggi pinggang manusia tumbuh subur. Aku berpikir dalam hati, jika melakukan "urusan" di tempat tersembunyi seperti ini, mungkin tidak akan ketahuan orang ya?
Melirik mantel lebar Lu Xuehan, hehe, kabarnya wanita Jepang membawa tas kecil di punggung untuk memudahkan alas darurat. Sekarang, mantel Lu Xuehan juga sepertinya berbahan bagus, cuma agak pendek.
Akibat tatapanku, wajah Lu Xuehan memerah. Dengan suara manja dia bertanya, "Lin Fan, kamu sedang memikirkan apa?"
Aku tersenyum kecut sambil melihat ke sekeliling, "Xue Han, di sini sepi. Ayo kita ciuman?"
Lu Xuehan tertegun, pipinya langsung merah padam. Dia tidak mengiyakan tapi juga tidak menolak. Sepertinya ini yang disebut persetujuan diam-diam!
Jantungku berdebar kencang. Tangan mengitar pinggangnya yang ramping. Dia tidak menolak, tubuh lembutnya bersandar di pelukanku. Sepasang mata besar nan indah menatapku tanpa berkedip.
Dada tertekan dua gumpalan lembut sampai susah bernapas. Aku grogi, meski ini cuma di game, tapi ini kontak intim pertama kami. Lu Xuehan diam saja, wajahnya merah membara. Mataku bertemu tatapannya sesaat sebelum dia menunduk malu.
Celaka! Nona-nona ini sama sekali tidak bisa kerja sama. Harusnya dia mengangkat wajah dan menutup mata! Sial, kayaknya harus aku suruh nonton drama cinta bubble biar belajar!
Dengan perasaan kecewa, aku terpaksa mengosongkan satu tangan untuk meraba dari bahu Lu Xuehan hingga ke wajahnya. Aku merasakan dengan jelas tubuhnya bergetar halus – pasti seperti diriku, tegang hingga mati namun dipenuhi kerinduan.
Akhirnya, tanganku menopang dagu Lu Xuehan. Dengan patuh dia menutup mata, bibir mungilnya yang kemerahan bergetar menggoda.
Sensasi hangat dan lembap menyergap saat bibirku menyentuh bibirnya. Seluruh diriku seperti mabuk kepayang. Andai tubuhnya tidak selentur sutera, rasanya ingin segera merebahkan diri di pelukannya.
Katanya, saat mencium MM harus menutup mata. Membuka mata berarti tak cukup mencintainya. Meski ingin melihat kecantikannya, aku berusaha mati-matian menahan diri untuk tidak membuka mata.
Entah ilusi atau tidak, bibirnya manis sekali. Dengan kikuk lidah mungilnya membelai, pertahanan terakhirku runtuh. Satu tangan menguatkan pelukan, tangan lain merayap naik menyusuri pinggangnya yang ramping – lembut... kemudian menemukan tonjolan... dan akhirnya kelembutan kenyal yang tak terlukiskan.
Tak ada kata yang mampu menggambarkan. Hanya bisa bersyukur pada Langit!
Saat itu, Lu Xuehan mendesah pelan, meronta sedikit lalu melepaskan diri dari pelukanku. Ia merapikan pakaiannya yang kusut di dada, pipinya memerah sambil berkata: "Di game tidak baik, bisa dilihat orang…"
Jangan-jangan, maksudnya di dunia nyata? Mataku langsung berkaca-kaca. Sial, 20 tahun lebih tidak menyentuh wanita, sekarang akhirnya akan mendapatkan MM cantik dan polos!
Maka kukatakan: "Nanti malam, kamu datang ke asramaku ya?"
Lu Xuehan menunduk malu, berbisik: "Jangan, Xin Yu akan marah. Lagian, bukannya kau suruh Xin Yu datang ke kamarmu malam ini untuk mencoba kemeja?"
Aku dalam hati mengeluh, kenapa nasib sial begini. Andai saja tidak bercanda dengan Xin Yu, sekarang ini jadi alasan Xuehan. Tampaknya perlu kesabaran ekstra untuk benar-benar 'memakannya'. Sudahlah, hal baik butuh proses!
Tapi tetap kukatakan: "Apa kata Xin Yu harus dituruti? Abaikan dia, ini urusan kita berdua."
Lu Xuehan menatapku, matanya yang indah terlihat sangat memikat: "Tapi, aku dan Xin Yu sudah berjanji sejak dulu."
"Apa benar harus satu ranjang besar tidur bertiga?" Aku tak tahu harus tertawa atau menangis: "Xuehan, omongan Xin Yu jangan dianggap serius. Dua perempuan dalam satu malam, takut tidak kuat aku～"
Meski berkata begitu, dalam hati suara lain bersorak: Double fly! Double fly!
Lu Xuehan mendengar perkataanku, tak bisa menahan senyum manis: "Xin Yu sama sekali tidak bermaksud begitu, aku hanya bilang, ke depannya apapun yang terjadi, kau tidak boleh meninggalkan salah satu dari kami. Atau... tinggalkan semuanya..."
Aku bertanya: "Ini keinginan Xin Yu?"
Lu Xuehan menggelengkan kepala, matanya yang indah memancarkan ketegasan: "Bukan, ini keinginanku. Kadang aku berharap kita bisa terus seperti ini, bersama selamanya. Bukankah itu indah? Tapi..."
"Tapi kita semua semakin dewasa dan matang, butuh keluarga sendiri, ya?"
Lu Xuehan mengangguk: "Ibu sudah lama meninggal, Papa dan Kakak juga seperti itu. Aku sih tidak masalah. Tapi keluarga Xin Yu sudah beberapa kali mendesaknya. Karena kejadian Cheng Cai waktu itu, dia mengaku ke keluarganya punya pacar di luar. Keluarga Xin Yu memberinya tekanan, memintanya membawamu pulang. Bagaimana?"
"Aku tidak mau ketemu mereka! Buat apa!?"
Baru saja keluar, aku sudah menyesal. Konsekuensinya, Lu Xuehan langsung menanggapi: "Kau masih memendam masa lalu Xin Yu, ya? Kalau aku dan Shanshan yang bilang begitu, pasti kau tidak akan menolak?"
Aku membeku. Meski secara lahiriah berusaha tidak memikirkannya, dalam hati tetap ada penolakan. Mau bagaimana lagi? Manusia memang egois.
Aku merasa lelah: "Bicara itu nanti saja. Kalau harus ke rumah Xin Yu, aku akan bawa kau juga. Langsung terang-terangan bilang, kau adalah istri mudaku."
Lu Xuehan tersenyum tipis: "Istri muda? Secara hukum, itu melanggar aturan loh~"
Aku langsung tersadar: "Benar, kita semua warga baik yang taat hukum, tidak boleh poligami. Kalau begitu begini saja, Xin Yu jadi istri, Xue Han jadi kekasihku, setuju?"
Lu Xuehan mendengus protes: "Aku tidak mau jadi kekasih gelap, aku juga mau jadi istri utama!"
Melihat wujudnya yang manja dan memikat, hatiku berdebar tak tertahan. Tanganku merangkul pinggang berlekuknya sambil tertawa: "Bangsat, ambisimu gede juga, berani-berani mau jadi istri pertama?"
Lu Xuehan tersenyum kecut sambil bersandar di pelukanku, menghela napas manja dan berkata lirih: "Bagaimanapun juga, kau tidak boleh menyakiti Xin Yu. Dia sudah berkorban terlalu banyak. Jika sampai kehilanganmu lagi, entah masih adakah keberaniannya untuk hidup..."
Baru mau bicara, tiba-tiba terdengar suara mengejek dari belakang——
"Wah, sepasang kekasih mesra, berani-berainya pacaran terang-terangan di siang bolong!"
Kulihat ke belakang, ternyata si kemerahan datang bersama beberapa pemain high-level. Dia tertawa jujur: "Maaf ya, kami cuma lewat. Mengganggu asmara kalian, benar-benar tidak sopan!"
Lu Xuehan memeluk lenganku dan bersembunyi di belakangku. Aku tersenyum pada si kemerahan: "Jangan banyak basa-basi minta maaf. Kalau benar-benar merasa bersalah, berikan saja puluhan ribu koin emas untuk saudaramu yang sedang kesusahan ini!"
Si kemerahan tak tahan tertawa: "Lucu, Lin Fan yang termasyhur juga bisa kehabisan koin emas?"
Sial, sebenarnya tidak akan kekurangan kalau tidak semuanya diberikan ke Murong Shanshan tadi!
Aku berkata: “Nggak ada cara, boros banget kalau urusan duit, urusan sosial juga banyak, berapa pun uangnya pasti habis kalau terus-terusan dipake!”
Xue Hong tertawa terbahak-bahak, berkata: “Jangan ngemis-ngemis miskin di depan gue, jangan kira gue nggak tau, bulan lalu kamu pergi ke Kota Jifeng, Jepang sama Murong Shanshan, kan dapet senjata dewata Pedang Kusanagi? Atribut pedang itu udah gue liat, meski nggak bisa dijual 1 miliar, minimal bisa laku 500 juta RMB, paling nggak juga bisa terjual 300 juta lebih. Apalagi itu artefak nasionalnya Jepang kecil, kalau mereka mau beli pake duit, uang pelicinya pasti lebih banyak!”
Aku tersenyum: “Nggak bohong, mereka beneran ngirim orang nawarin ke gue, gue potong harganya sampe jual Pedang Kusanagi ini seharga 300 juta dolar AS yang selangit!”
Xue Hong terkejut sampai terdiam: “Wah, potongan lo ini beneran bikin kerusakan parah, hasil produksi perusahaan menengah beberapa tahun langsung lenyap dalam sekejap! Orang bodoh yang beli itu perusahaan apa sih? Gue pengen kenalan, biar bisnis sama orang kayak gitu bisa untung gede!”
Aku menjawab: “Ngarep aja! Itu orang main politik, di belakangnya pasti ada konglomerat besar yang dukung. Detailnya gue nggak tau, yang pasti dia mau nyalonin jadi walikota. Sial! Ngapain jadi walikota Jepang? Jangan-jangan walikota punya hak istimewa AUDIENSI sama semua artis cantik?”
Xue Hong bengong sebentar, lalu tertawa: “Artis-artis itu apaan? Lu Xuehan di belakang lo lebih cantik seratus kali lipat dari mereka! Tapi abis jual Pedang Kusanagi, lo sekarang jadi orang tajir melintir, haha~”
Aku segera memotong tawanya yang seperti kejang: "Bangsat orang kampung kaya! Uang dari penjualan pedang ini, satu keping pun tak bisa kudapat!"
Hong Merah terkejut: "Kenapa tidak bisa? Apa mereka curang dalam transaksi?"
Aku menggelengkan kepala: "Untuk mencegah kecurangan, kusuruh mereka langsung menyumbang ke Yayasan Amal XX atas nama Firdaus yang Hilang. Setelah membayar separuh, baru kuserahkan Pedang Kusanagi. Lalu mereka menyumbang separuh sisanya."
"Bangsat! Ke yayasan amal? Kau benar-benar..."
Aku tersenyum tipis, dalam hati berkata: Menganggap uang seperti sampah? Omong kosong. Saat ini uang itu cuma data digital, jadi tak terlalu kuhiraukan. Tapi kalau ada peti uang merah di depanku, sialan, jangan harap ada yang merebutnya! Godaan uang nyata jauh lebih kuat daripada data virtual.
