Menghadapi sikap merendahkan prajurit itu, Lu Xuehan hanya tersenyum manis. Jika ini Murong Shanshan, mungkin sudah terjadi ledakan.
Aku melangkah maju bertanya pada pendeta tua: "Guru, sebenarnya apa yang terjadi di sini? Di jalan luar kota kami melihat mayat manusia tertancap di tunggul pohon, bagaimana ini bisa terjadi?"
Pendeta tua itu membeku, berduka: "Della juga tak luput dari takdir terbunuh. Sudah kuperingatkan anak itu - makhluk undead tak punya perikemanusiaan! Lari atau menyerah takkan membawa konsekuensi baik!"
Prajurit paruh baya itu meludah: "Della lari dari medan perang, kematiannya tak perlu dikasihani! Guru, apa langkah kita selanjutnya? Dua petualang yang Anda percaya sudah di sini. Haruskah kita buka pintu kota dan bawa penduduk desa kembali ke Kota Bulan Perak minta bantuan?"
Pendeta tua menggelengkan kepala: "Pasukan formal Kota Bulan Perak sudah berada di benteng untuk melawan invasi arwah-arwah gelisah. Untuk kelompok kecil arwah di sini, mereka tidak bisa membantu. Hanya bisa mengandalkan tentara bayaran dan petualang untuk membasmi. Jadi meskipun kita mengirim surat ke Kota Bulan Perak, mereka hanya akan menggantung tugas ini di papan hadiah murah. Tidak ada gunanya bagi kita. Yang kuinginkan sekarang hanyalah mengantar warga kota ini ke tempat yang teraman!"
Lu Xuehan tersenyum padaku: "Markas kita adalah tempat yang sangat aman. Arwah manapun tidak berani mendekat. Jika ada arwah muncul di markas, pasti akan langsung dibunuh seketika oleh begitu banyak pemain!"
Aku tertawa terbahak, tapi pendeta tua di samping tiba-tiba matanya berbinar: "Kalian benar-benar bisa menyediakan tempat berlindung bagi warga kota ini?"
Lu Xuehan mengangguk: "Tentu saja bisa, tapi..."
Pendeta tua itu gembira dan buru-buru berkata: "Tidak masalah! Setiap warga kota ini menguasai skill tertentu. Percaya di markas kalian mereka akan berkontribusi sesuai kemampuan masing-masing!"
"Ding～!"
Notifikasi misi yang sudah lama dinanti akhirnya datang!
Sistem mengingatkan: Apakah menerima permintaan pendeta tua?
Setelah "Ding" lagi, konten misi muncul: Lindungi warga Kota Malam Abadi sampai selamat ke markas guildmu. Setiap 1 warga yang MATI akan mengurangi hadiah tugas 5%. Jika warga yang MATI melebihi setengah total, misi gagal dan mengurangi 5000 poin Reputasi! Batas waktu 300 menit!
Lu Xuehan memandangku terkejut: "Kalau gagal harus mengurangi 5000 poin reputasi! Misi seperti ini belum pernah kulihat sebelumnya!"
Aku tersenyum dan berkata: "Tentu saja, kau sudah membunuh begitu banyak anggota mereka, reputasimu tidak berkurang sampai habis saja sudah untung!"
Saat itu pendeta tua itu mendesak: "Maukah kita berangkat sekarang? Gerombolan Ghoul kotor di luar kota ini tidak akan bisa menghalangi Jalan kita."
Aku melirik para penduduk kota, lebih baik memeriksa barang dulu. Nama-nama mereka menampilkan profesi masing-masing: "Hans sang Pandai Besi Tingkat Tinggi", "Difu sang Apoteker Tingkat Tinggi", "Sharu sang Penjahit Menengah", "Kaelin sang Pembuat Zirah Tingkat Tinggi", dan sebagainya. Hampir semuanya adalah NPC pembantu yang bagus dengan level skill bantu yang cukup tinggi.
Aku langsung bersukacita dan berkata pada MM kecil di samping: "Xue Han, guild kita bakal kaya raya! Jika semua NPC ini bisa sampai ke markas guild dengan selamat, kita bisa menghemat banyak uang! Membeli seorang Apoteker Tingkat Tinggi saja dari Sistem membutuhkan beberapa juta, di sini setidaknya ada lima Apoteker Tingkat Tinggi!"
Lu Xuehan tertawa kecil: "Kalau begitu, tugas ini harus kita selesaikan!"
Aku melihat level tugas - Legendaris. Hati tiba-tiba ragu. Secara teori, reward sebesar itu memang pantas untuk Tingkat Legenda. Tapi sepanjang perjalanan, rintangan hanya gerombolan Ghoul di luar kota. Terus terang, Kekuatan mereka sama sekali tidak selevel Legenda!
Jangan-jangan di perjalanan akan muncul kekuatan penghalang lain?
Sudahlah, jalan terus dulu!
Aku membuka pintu kecil dan berkata: "Aku yang akan membersihkan Ghoul-Ghoul ini. Tunggu sampai semuanya MATI baru kalian keluar!"
Prajurit paruh baya itu langsung terkejut: "Kau seorang manusia bisa melawan Ghoul-Ghoul dengan cakar dan gigi tajam ini?"
"Haha～～" Aku tertawa kering dua kali tanpa menjawab.
Kehadiranku bagi Ghoul-Ghoul di luar bagaikan daging segar tambahan. Mereka pun menyerbu dengan cakar dan gigi tajam yang langsung mencabik-cabik. Zirah oranye-ku yang baru diperbaiki dengan daya tahan penuh tak perlu dikhawatirkan. Meski serangan Ghoul-Ghoul ini mencapai 2500, sebenarnya tak bisa menembus pertahananku. Kerusakan maksimal hanya sekitar 100 poin.
Lu Xuehan di belakangku mulai melepaskan sihir grup elemen api. Meski tak sekuat serangan Xu Lin, api itu tetap menyiksa Ghoul-Ghoul hingga berkeliaran di lautan Api. Ghoul yang bertahan lebih dari dua menit pasti tewas.
Seranganku cukup kuat untuk menghabisi Ghoul level 100 ini dalam 3-5 pukulan. Skill Pedang Es Misterius yang sering teraktivasi bagai pencucian perang mampu menumpas gerombolan Ghoul berdarah separuh. Kemungkinan aktivasi skill level 10 ini meningkat signifikan - data permukaan 27%, dengan bonus karakter bisa mencapai sekitar 10. Basically setiap 10 serangan bisa memicu satu kali skill, mempercepat kecepatan membunuh monster kami.
Hampir dua jam berlalu, prajurit paruh baya di belakang langsung membulatkan mulutnya seperti huruf O. Dia mungkin tak pernah menyangka ada manusia yang bisa menahan serangan gila gerombolan Ghoul tanpa menggunakan perisai. Jelas terlihat, petualang muda di depan ini kebal terhadap serangan fisik Ghoul, dan caranya membunuh makhluk itu pun luar biasa bersih dan efisien.
Saat Pedang Lagu Perang menebas habis Ghoul terakhir dari atas ke bawah, aku menoleh dan berkata, "Baik, semua orang bisa berangkat sekarang!"
Waktu tugas hanya 300 menit. Jika dalam lima jam ini kita tidak bisa mengantar warga kota ke markas Firdaus yang Hilang, kita tetap akan gagal. Perjalanan dari sini ke sana memakan waktu sekitar satu jam. Kita sudah menghabiskan dua jam tadi, artinya jika bertemu musuh di jalan lagi, kita hanya punya waktu dua jam untuk mengulur!
Prajurit paruh baya itu hati-hati mengintip ke luar melalui celah pintu gerbang kota yang usang. Setelah memastikan situasi aman, dia membuka pintu gerbang sepenuhnya lalu berpaling ke kerumunan warga, "Prajurit dari Kota Bulan Perak telah membuka terowongan menuju Sumber kehidupan! Segera kumpulkan barang bawaan ringan, kita harus segera pergi!"
Keriuhan langsung terjadi di belakang. Hampir setiap warga berlari masuk ke rumah reot mereka, lalu keluar sambil membawa berbagai barang. Melihat situasi ini, aku buru-buru mendekat dan menggenggam tangan pandai besi, "Paman, tungku peleburan sebesar ini sanggup kau bawa? Tinggalkan saja! Nanti di markas akan kusuruh orang buatkan yang baru!"
Pandai besi segera membelalakkan mata: "Tungku ini adalah harta turun-temurun leluhurku, juga simbol keluarga besi kami. Bagaimana bisa dibuang sembarangan?"
Bangsat, masih disebut pusaka keluarga?
Aku segera memverifikasi dan menemukan tungku ini benar-benar meningkatkan 25% hasil pembuatan perlengkapan dan tingkat keberhasilan. Sudahlah, simpan saja. Benda langka seperti ini sulit dicari, mungkin nanti bisnis pembuatan perlengkapan di markas Firdaus yang Hilang akan terkenal karenanya!
Di samping ada seorang tua yang menyeret tumpukan papan kayu, dan seorang pemuda yang sedang membantu. Aku buru-buru bertanya: "Paman, untuk apa papan kayu ini?"
Si tua menjawab perlahan: "Pemuda, kau tak mengerti. Orang tua sepertiku sudah terbiasa tidur di ranjang papan kayu pir. Jika diganti, pasti tidak bisa tidur nyenyak."
Kepalaku langsung pusing tujuh keliling. Mungkin inilah alasan mengapa tugas ini berlevel legenda. Dengan keadaan rombongan yang membawa seluruh keluarga seperti ini, bukan cuma dua jam, bahkan empat jam pun mungkin tidak cukup untuk sampai ke markas Firdaus yang Hilang.
Melihatku yang hampir membentur tembok, Lu Xuehan tersenyum manis: "Bagaimana kalau kita bernegosiasi untuk meninggalkan beberapa barang?"
Aku mengangguk dan mendatangi pendeta tua: "Guru, dalam kondisi sekarang kita tidak bisa bergerak cepat. Jika sampai dikejar Ghoul, kita semua celaka. Tolong bantu yakinkan warga. Aku janji di markas nanti akan menyediakan lingkungan hidup baru dan perlengkapan sesuai jatah tetap mereka!"
Pendeta tua dengan setengah percaya berkata: "Kalian, benar-benar bisa menyediakan segala kebutuhan pekerjaan untuk mereka?"
Aku menjawab: "Tentu bisa, bagaimana caranya agar Bapak percaya?"
Setelah berpikir sejenak, pendeta tua itu berkata: "Begini saja, kalian bisa membagikan sedikit koin emas dulu ke mereka. Dengan begitu mereka akan tenang dan tidak membawa barang-barang berlebih."
"Bangsat, ini biaya pemukiman ya?"
Lu Xuehan tersenyum manis: "Wah, bahkan minta biaya penggusuran. Di zaman sekarang NPC pun mau jadi 'rumah taji' ya?"
Aku agak canggung: "Xue Han... akhir-akhir ini aku sedang kere, tidak punya koin emas. Kamu punya cadangan?"
Lu Xuehan mengedipkan matanya sambil bertanya: "Butuh berapa?"
Aku menghitung jumlah NPC - total sekitar 100 orang. "Bagikan 100 keping emas per orang. Total butuh 10.000 keping. Kamu punya?"
Lu Xuehan tertawa: "Awalnya tidak, tapi waktu latihan leveling bareng Kakak Lin dan Xin Yu, semua koin emas mereka berikan padaku. Sekarang aku punya 30.000 lebih. Aku kasih 20.000 ya!"
Aku buru-buru menolak: "Jangan, 15.000 saja. Kamu juga perlu beli ramuan biru. Lagipula kalau tugas ini selesai pasti dapat reward koin emas juga. Nanti aku bisa balikin~"
Tanpa banyak bicara, Lu Xuehan langsung mentransfer 15.000 koin emas. Aku menghadap pendeta tua: "100 keping per orang, boleh?"
Pendeta tua itu terkejut: "Sebanyak itu? Cukup, cukup~~"
Baru aku ingat - dalam setting dunia ini, rakyat biasa umumnya menggunakan koin tembaga atau perak. Koin emas termasuk barang premium. 100 keping emas cukup untuk menghidupi keluarga biasa selama N tahun!
Namun karena kata-kata sudah terucap, sulit untuk ditarik kembali. Maka lebih dari 10.000 koin emas dalam bungkusan saya langsung dipotong oleh Sistem. Para warga kota yang menerima uang hanya membawa barang-barang sederhana yang bisa dibawa. Tapi si pandai besi berlaku seperti BANGSAT - meski sudah dibayar, dia tetap menolak meletakkan tungku penempaannya. Akhirnya prajurit paruh baya itu yang harus memikul tungku. Untungnya dia masih kuat, berjalan cukup cepat meski membawa barang besar itu.
Maka rombongan pun berjalan keluar dari gerbang kota. Dua pemain, empat NPC tempur, dan lebih dari 100 NPC rakyat jelata membentuk barisan yang cukup megah. Di luar kota, mayat Ghoul bertumpuk berlapis-lapis, daging hancur berdarah. Beberapa anggota tubuh yang terputus masih sesekali bergetar, membuat anak-anak warga menjerit ketakutan.
Saat melewati pagar pelindung batu, pakaian robek dan zirah perak yang terbelah dua berhamburan di tanah. Itulah peninggalan prajurit yang tewas demi melindungi kami. Semua berhenti. Pendeta tua mengangkat zirah itu dengan tangan gemetar, air mata mengalir. Setelah berdoa selama beberapa menit, dia memerintahkan rombongan untuk melanjutkan perjalanan.
Tak lama kemudian, di pinggir jalan terhampar arena terbuka. Di sana masih tegak tiang-tiang mengerikan dengan mayat yang sudah mulai mengeluarkan bau busuk. Pendeta tua mengerutkan kening, "Dra tak termaafkan, tapi kita tak boleh membiarkan mayatnya terpapar sinar matahari yang suci ini."
Prajurit paruh baya mengangguk: "Guru, antarkan Dra kembali ke tanah!"
Pendeta tua mengangguk tanpa bicara. Sekitar setengah menit kemudian, bola api membara mulai terkumpul di tangannya. Semakin membesar, akhirnya memaksa warga yang mendekat untuk mundur. Saat bola api telah terbentuk sempurna, sang pendeta tua bergumam lalu melemparkannya. BRAAK! Bola api menghantam puncak tunggul pohon dan menyala dahsyat seperti bom napalm, mengeluarkan suara "Prak-prak~".
Seketika, separuh tunggul beserta mayat berubah menjadi debu. Tertiup angin, semuanya beterbangan sebagai serbuk dan menghujam ke tanah lapang. Debu kembali ke debu, tanah kembali ke tanah.
Pendeta tua itu kembali berdoa dalam hati, baru kemudian memerintahkan rombongan untuk melanjutkan perjalanan. Aku semakin gelisah. Jika terus tertunda seperti ini, markas mungkin sudah hancur ketika kami tiba.
Seolah membaca kekhawatiranku, pendeta tua tersenyum dan berseru: "Semua percepat kecepatan maju! Arwah-arwah sialan itu tidak tahu kapan akan datang! Mereka bukan cuma Ghoul belaka!"
Prajurit paruh baya terkejut: "Guru, selain Ghoul, makhluk apa lagi yang ada di antara arwah-arwah gelisah itu?"
Pendeta tua mengangguk, wajahnya penuh wibawa berkata: "Ghoul dan prajurit tengkorak hanyalah jenis pasukan terendah dalam pasukan arwah-arwah gelisah. Daya kikis Kehendak Arwah jauh lebih dari ini. Makhluk bawah tanah yang bersembunyi di bawah tanah, penyihir arwah yang jahat, serta wanita iblis arwah berpostur ramping dengan suara merdu - mereka dulunya elf cantik yang jatuh menjadi pelayan arwah. Setelah itu, wanita-wanita iblis ini memiliki kemampuan memesona yang jauh lebih kuat. Prajurit manusia yang sekali terhanyut dalam kelembutan wanita iblis akan direbut, kehilangan segalanya termasuk tubuh dan jiwa!"
Prajurit paruh baya tak kuasa menjulurkan lidah: "Apa wanita iblis sehebat itu? Pernah kudengar, Ksatria Cahaya Suci dari Kota Bulan Perak pernah seorang diri membunuh 4 wanita iblis tingkat tinggi..."
Pendeta tua tak bisa menahan tawa: "Ksatria Cahaya Suci mendapat penyertaan sihir cahaya suci dari mentor, tentu tak takut pesona wanita iblis. Kita berbeda. Mereka yang kemampuan melawan godaan hatinya kurang, mungkin langsung kehilangan akal begitu melihat wanita iblis."
Kuperhatikan diam-diam dari samping. Tampaknya wanita iblis setingkat dengan Murong Shanshan dan Lu Xuehan - sama-sama tipe yang membuat orang tak bisa bergerak hanya dengan sekali pandang. Bedanya, Murong Shanshan dan Lu Xuehan mengandalkan penampilan cantik dan menawan, sementara wanita iblis pastinya hanya mengaktifkan skill memesona dengan kecantikan mencolok melalui dada montok dan bokong.
Pendeta tua itu kembali merenung: "Kekuatan arwah-arwah gelisah yang tersembunyi dalam kegelapan, tak seorang pun tahu seberapa besar kemampuan mereka yang belum dikeluarkan. Tujuan mereka adalah menghancurkan segalanya, benar-benar mengerikan!"
Baru saja dia selesai bicara, seorang prajurit pengintai dari depan datang berlari sambil merangkak tergesa-gesa, wajahnya dipenuhi ketakutan. Dia menunjuk ke hutan di sebelah kanan sambil terengah-engah: "Guru, di sana muncul pasukan arwah-arwah gelisah dalam jumlah besar!"
Pendeta tua itu terkejut: "Apakah Ghoul?"
Prajurit menggelengkan kepala: "Bukan Ghoul, tapi makhluk yang merayap lambat di tanah seperti laba-laba raksasa. Selain itu, di udara ada banyak bayangan hitam. Penglihatanku tak bisa mengenali mereka, tapi kecepatan gerak mereka sangat tinggi. Beberapa menit lagi akan sampai di sini!"
Seluruh tubuh pendeta tua itu bergetar. Dia menoleh melihat warga kota di belakangnya yang kini terjepit dalam situasi sulit. Maju berarti berpotensi bertabrakan langsung dengan pasukan arwah-arwah gelisah. Mundur mungkin lebih buruk - tak ada yang tahu apa sebenarnya makhluk terbang di langit itu. Tapi pasti sangat cepat, warga tak bersenjata ini pasti akan mengalami kehancuran total.
Melihat sang pemimpin ragu-ragu, aku tak bisa menahan amarah. Bagaimanapun juga, jika tidak segera mengambil keputusan sekarang, kita hanya akan duduk menunggu kematian.
Aku segera menghunus Pedang Lagu Perang, maju ke depan dan berkata: "Aku yang akan mengalihkan perhatian pasukan arwah-arwah gelisah. Kalian bisa memutar melalui hutan. Tapi hati-hati dengan hutan ini - di dalamnya hidup sekawanan besar Landak Raksasa berduri besi!"
Pendeta tua melirik hutan lebat di sampingnya, akhirnya mengangguk dan berkata: "Kau harus hati-hati! Kami akan menyeberangi hutan dan menunggumu di markas!"
Selesai berbicara, pendeta tua segera mengorganisir anggota untuk menebas duri di pinggir jalan dengan cepat, langsung menyusuri hutan untuk menembus ke sana.
Aku memandang ke depan, berkata pada Lu Xuehan: "Xue Han, kau ikuti warga kota pergi, lindungi keselamatan mereka sepanjang jalan. Pastikan tidak ada satu pun NPC yang tewas!"
Lu Xuehan menggelengkan kepala: "Jangan, aku ingin ikut denganmu. Kalau tidak, kau akan MATI digigit Ghoul!"
Aku terdiam sejenak namun juga merasa lega, segera memanggil Hong Ye yang sudah lama tidak digunakan. Dengan jubah pendeta hijau, begitu muncul dia langsung tersenyum manis: "Kakak, akhirnya kau mau mengeluarkan Hong Ye untuk menghirup udara segar!"
Aku tidak punya waktu untuk menggoda dia, langsung memberi perintah: "Hong Ye, kau ikut rombongan warga kota mundur, pastikan keamanan di Level Empat terjamin!"
Hong Ye melihat situasi, seketika mengangguk, lalu dengan cepat mengikuti pendeta tua pergi.
Memandang bayangan Hong Ye, aku tak tahan berkata dengan nada menggoda: "Xue Han, si Hong Ye jauh lebih penurut dibandingkan kamu!"
Lu Xuehan tersenyum tipis, berkata: "Hong Ye adalah Hong Ye, aku adalah aku... Aaaaa!"
Tiba-tiba, Lu Xuehan memandang ke belakangku dengan tatapan membeku.
