Ksatria itu buru-buru merogoh pinggangnya. Sebuah gulungan sihir putih muncul. Aku pernah melihat ini, sepertinya item peringatan yang digunakan resimen. Kecuali situasi darurat, pembawanya takkan menggunakannya meski nyawa taruhan. Gulungan ini juga diberi sihir - begitu tanda vital pembawa hilang, daya magisnya langsung lenyap. Ini mencegah penyalahgunaan oleh pihak lain.
Saat kavaleri hampir menghancurkan gulungan sihir, aku buru-buru berlari maju. Pedang terayun dan Ksatria setengah darah itu langsung membeku akibat efek Ice Blade Slash. Tak ingin membuang waktu, kusodok pedang panjangku dengan kuat. Skill Pukulan Berat level 10 langsung menembus lapisan es dan menusuk dada montok sang Ksatria. Matanya membelalak tak percaya melihat pedang yang menancap di dadanya, lalu jatuh terdebam dari kuda. Gulungan sihir itu berguling jatuh ke semak.
Kuda perang meringkik lalu turun dari lereng bukit, masuk ke hutan di sebelah. Aku bahkan tak sempat menarik tali kekang. Seandainya pun berhasil, tetap percuma karena tak punya skill penjinakan untuk menaklukkan binatang jenis ini.
Xin Yu menarik lenganku kasar, "Jangan kejar! Koma dan rombongannya sudah sampai di depan Resimen Kavaleri Macan. Cepat lihat, mereka lancang sekali!"
Aku segera kembali ke puncak bukit. Dari kejauhan, panji-panji biru Golden Dawn mencolok di antara barisan merah menyala kubu Angin Puyuh. Meski hanya 500 kavaleri ringan, Koma dan anak buahnya dengan angkuh mulai melepaskan anak panah secara sporadis dari jarak kurang dari 200 langkah. Serangan sekelas ini bagi Resimen Kavaleri Macan yang bersenjatakan perisai hanyalah seperti gigitan nyamuk. Tapi kelakuan sombong mereka membuatku geram - akting mereka cukup meyakinkan.
Koma "Swoosh~" mengeluarkan Pedang Feiyu. Bilah pedang itu memancarkan kilau berbentuk bulu, terlihat sangat indah di padang rumput hijau kebiruan dan sangat mencolok.
"Astaga, itu Pedang Feiyu Komandan! Bagaimana bisa ada di tangannya?" Para prajurit Resimen Kavaleri Harimau terkejut bukan main, saling pandang penuh kebingungan. Ombak ketakutan dengan cepat menyapu mereka.
Koma mengayunkan Pedang Feiyu sambil tertawa keras: "Telin si bodoh itu sudah kehilangan nyawa, bahkan senjatapun kami rampas! Kalian para pengecut dari Resimen Kavaleri Harimau yang takut berperang, bukannya kalian mengaku sebagai pasukan kebajikan? Bukannya kalian selalu membanggakan kekuatan luar biasa Komandan Telin sebagai kejayaan? Lah, komandan kalian sudah MATI tercabik-cabik, tak ada reaksi sama sekali? Ha ha, wajah suci kebajikan itu! Tak perlu kusebutkan bagaimana Telin memperlakukan kalian, tapi kalian malah jadi kura-kura pengecut! Apa jadinya perasaan Telin jika tahu Resimen Kavaleri Harimau-nya ternyata sebangsat ini?"
Seorang pria paruh baya melangkah keluar dari barisan Resimen Kavaleri Harimau. Ia menggigit gigi: "Kau ini mencari MATI!"
Koma tertawa terbahak-bahak: "Apakah Resimen Kavaleri Harimau hanya tinggal kemampuan mulut? Jika kalian masih punya secercah kejayaan ksatria dan keagungan, rebutlah barang pusaka komandan kalian! Jika tidak, minggir pulang ke Kota Angin Puyuh dan nikmati pujian gadis-gadis bangsawan! Pelana kuda bukan tempat untuk tuan-tuan muda lemas seperti kalian!"
Xin Yu tersenyum mendengar: "Kakak, ucapanmu terlalu pedas! Jika aku yang digituin, pasti langsung nekat bertarung mati-matian!"
Aku tersenyum tipis: "Tunggu saja, komandan sementara Resimen Kavaleri Harimau dan pasukan kavalerinya masih punya nyali~"
Baru saja aku bicara, beberapa prajurit depan resimen tak tahan menahan amarah. Mereka menggerakkan kuda perang sambil mencengkeram tombak, berlari maju.
Meski hanya sekelompok kecil, gerakan ini ibarat menarik satu helai rambut menggerakkan seluruh tubuh. Mereka menjadi pemicu. Segera, api balas dendam membakar setiap prajurit Resimen Harimau. Mereka tak lagi terikat perintah Raja. Semua aturan terlupakan. Kini mereka hanya ingin merebut kembali Pedang Bulu Terbang dan membunuh tentara bayaran yang menghina resimen kavaleri terbaik kerajaan ini. (Koma berasal dari latar belakang tentara bayaran, di mata pasukan resmi dia tak lebih dari preman kampung kasar.)
"Datang!"
Aku berkata dengan penuh gejolak dalam hati, sementara Lu Xuehan menggenggam erat tangan kananku. Sepasang mata besar yang indahnya menatap tegang ke arah drama yang sedang terjadi di kejauhan.
"Saudara-saudara, mundur!" Koma langsung berteriak setelah misi selesai, memutar kudanya sambil terus mengacungkan Pedang Feiyu bagai lentera penunjuk jalan.
Menyaksikan hampir seluruh pasukannya bergerak, komandan sementara Resimen Kavaleri Harimau tak bisa menahan diri lagi. Taji kuda menghunjam bokong kuda perang berbulu hitamnya yang meringkik kesakitan sebelum melesat bagai kilat, menyusul ketat di belakang Koma dan kawan-kawan.
Melihat Resimen Kavaleri Harimau dari sayap kanan kubu bergerak membanjiri selatan, Raja Tua murka. Perintah darurat dikeluarkan untuk memanggil mereka kembali, namun siapa yang mau mendengarkan? Mata para kavaleri kini telah dikabutkan oleh amarah balas dendam, hanya bisa melihat kilau Pedang Feiyu di tangan Koma.
Raja Tua kebingungan, segera bertanya pada komandan Resimen Kavaleri Terbang di sampingnya: "Pemimpin pasukan Fang Ge, menurutmu haruskah kita bergerak bersama Harimau? Dark yang licik pasti sudah menyergap tentara di depan. Jika tidak bertindak, Resimen Harimau akan binasa!"
Fang Ge merenung sejenak, pandangannya tertuju pada pegunungan di kejauhan. Di sana terlihat bendera-bendera berkibar seolah hendak bergerak. Dark berdiri di atas kuda perang sambil memegang Pedang Suci Cahaya, memandangi seluruh medan perang. Di belakangnya, ribuan panji-panji berkibar, tak terhitung jumlah pasukan berkuda yang bersiap.
"Yang Mulia, menurut hamba tidak pasti ada penyergapan di depan. Lihatlah, Dark sendiri ada di sana! Benar, titik cahaya di tangannya adalah Pedang Suci Cahaya. Cahaya semacam itu hanya dimiliki oleh pedang suci! Keberadaan Dark di sana membuktikan pasukan utama mereka pasti berada di Utara kita. Meskipun Resimen Kavaleri Terbang kita tidak takut pada musuh mana pun, hamba khawatir jika kita menyerang, Dark akan memimpin pasukan utamanya menyergap perkemahan kita. Bagaimana jika 20.000 pasukan pengawal yang menyertai Yang Mulia tidak mampu menahan 30.000 kavaleri baja dari Resimen Kavaleri Emas?"
Ada unsur ancaman yang sulit terdeteksi dalam perkataan Fang Ge. Raja tua tertegun sejenak sebelum akhirnya menggeleng, "Andai kau tidak terlalu banyak keraguan, kita tidak akan kehilangan momentum perang."
Fang Ge membalas tegas: "Bawahan hamba hanya berlaku hati-hati dalam strategi militer. Semoga Yang Mulia dapat melihat niat tulus ini!"
Raja tua tidak melanjutkan pembicaraan. Dengan gerakan lambat, ia kembali duduk di singgasana bawah payung kebesaran. Seluruh diri ini terlihat seperti berada di tepi kelayuan.
Menyaksikan perselisihan antara raja tua dan Fang Ge, aku akhirnya memahami situasi: "Sudah hampir. Rencanaku telah 70% berhasil. Sekarang tinggal melihat seberapa besar Koma dan yang lain bisa memperluas hasil pertempuran!"
Lu Xuehan tertawa: "Lin Fan, ini, apakah yang disebut merencanakan strategi dari balik layar?"
Aku tertegun sejenak, berkata: "Ini seharusnya tidak dihitung, hanya NPC saja. Kalau orang sungguhan, taktik provokasi kelas rendahan seperti ini sembilan dari sepuluh tidak akan berhasil. Lagipula, berkat akting transenden Koma dan Dark. Sungguh sayang kedua orang ini tidak melanjutkan studi ke Hollywood."
Xin Yu melihat ke bawah: "Lihat, setelah pertempuran kemarin, Resimen Kavaleri Macan mengalami kerugian besar. Dari semula 70.000 pasukan, sekarang paling banyak tersisa 40.000. Sekarang mereka menyerbu bersama-sama, dalam beberapa menit akan memasuki radius efektif hutan birch. Lin Fan, apakah di sana kau sudah menyiapkan pasukan penyergap besar?"
Aku mengangguk: "Ya, Dark hanya membawa 2.000 pengawal bangsawan sendiri. Seluruh pasukan utama Golden Dawn berada di sekitar hutan birch. Keberhasilan melahap Resimen Kavaleri Macan bergantung pada langkah ini!"
Koma dan yang lain berlari kencang. Di belakang, beberapa kavaleri yang tertinggal dikejar kavaleri Resimen Macan, pedang diayunkan hingga jatuh dari kuda perang. Kuda-kuda perang masih berlari sambil menyeret mayat kavaleri yang tewas.
Aku menghitung dalam hati jumlah pasukan kavaleri yang belum memasuki hutan birch. Prajurit Resimen Harimau benar-benar gila, tak satu pun kavaleri Golden Dawn yang mengejar mereka selamat, dan setiap kematiannya sangat mengerikan. Koma terus berlari sambil menoleh ke belakang. Saat seluruh musuh masuk ke cekungan, Koma menghancurkan gulungan sihir yang sudah dipersiapkan. Segera, pola sihir hijau kebiruan muncul di atas hutan birch, tidak terlalu tinggi sehingga tak terlihat oleh Pasukan Gabungan Angin Puyuh di dataran, namun prajurit Golden Dawn yang bersembunyi di dekatnya menerima sinyal SERANG.
Dentuman genderang perang yang mencekam menggema. Ribuan prajurit berbaju zirah emas membanjir dari tanah lapang di balik bukit. Dalam sekejap, mereka sepenuhnya menghadang jalan mundur Resimen Harimau. Komandan sementara Resimen Harimau menoleh dan terkejut. Saat hendak memerintahkan pasukan mundur, teriakan bergemuruh dari depan. Pasukan darat Golden Dawn yang rapat seperti gelombang menyapu datang, bendera perang berkibar di setiap penjuru bukit.
Koma menarik kudanya dan mengayunkan Pedang Bulu Terbang, berteriak lantang: "SERANG!"
Kejadian tak terduga datang terlalu cepat. Resimen Kavaleri Harimau terpenggal menjadi beberapa bagian sebelum sempat bereaksi. Para ksatria di atas kuda panik memandang musuh yang mengalir dari segala arah, pedang di tangan mereka goyah tak tahu harus menebas ke mana.
“Koma berjalan paling depan tiba, mengayunkan pedang Feiyu di udara, beberapa pedang kavaleri musuh bersama setengah lengan terbang ke udara, darah berceceran di tanah. Para kavaleri itu jatuh ke tanah tanpa sempat berteriak, tubuh mereka kejang-kejang. Beberapa bahkan langsung mati diinjak-injak kaki kuda yang kacau.
Wakil Komandan Legiun Harimau menggigit gigi: "Dark yang licik! Mereka memancing kita ke tempat mematikan ini! Saudara, ikut aku bunuh keluar!"
Serangan balik kecil-kecilan segera terkumpul. Wakil komandan memasukkan pedang ke sarung, lalu mencabut tombak panjang gaya Ksatria dari punggungnya. Serangannya secepat kilat, ujung tombak menembus zirah dada infantri Golden Dawn. Dengan ayunan kuat, infantri itu terlempar ke udara dan jatuh ke tanah dengan braak, sudah tewas.
“Hentikan dia!”
Komandan regu dari batalion infantri Golden Dawn berteriak sambil mengangkat perisai maju. Perisai keemasan itu memantulkan cahaya menyilaukan di bawah sinar matahari.
Wakil Komandan Harimau tersenyum dingin, menerjang maju. Gerakan tombaknya yang cepat membuat komandan regu itu membeku. Perisai bundar emasnya meledak membentuk lubang besar, memperlihatkan daging berdarah di dalamnya. Zirah dadanya telah tertembus, darah merah segar mengalir deras dari celah baju besi emas.
“Drip～！”
“Cairan kemerahan menyiprat dari ujung tombak ke daun rumput. Komandan Sementara duduk gagah di atas kuda, mengacungkan tombaknya ke langit sambil berseru: "Harimau Tak Terkalahkan!"”
“Prajurit Resimen Kavaleri Harimau di sekitarnya langsung bersemangat seperti habis menyuntik steroid, meneriakkan dengan kompak: "HARIMAU TAK TERKALAHKAN!"”
“Pergilah kau dengan tak terkalahkanmu! Bangsat!”
“Kusemburkan kata-kata itu dari sela gigi. Xin Yu terkikik: "Gimana, kau mau menghabisi dia?"”
“Keinginan itu memang ada, tapi akal sehat memperingatkan untuk jangan coba-coba. Barusan kuperiksa, meski wajah Komandan Sementara itu biasa-biasa saja, kekuatannya luar biasa: BOSS level 110 dengan Serangan mencapai 3500, tak kalah dari komandan sebelumnya Telin. Nggak mau aku nyentuh pantat harimaunya! Lagipula senjataku sekarang jelek, mustahil bisa bikin kerusakan signifikan. Urusan begini serahkan saja pada Koma yang sudah punya Pedang Bulu Terbang!”
“Beberapa infantri Golden Dawn nekat menyerbu lagi. Tapi tak satu pun selamat. Ada yang dadanya ditusuk tombak hingga tembus, ada yang kepalanya terpenggal pedang. Tengkorak berbaju zirah itu menggelinding jauh di rumput, meninggalkan jejak berdarah.”
“Melihat pemandangan itu, Lu Xuehan bergumam: "Lin Fan, apakah di kubu Golden Dawn sudah tidak ada yang bisa menghadang jenderal berhidung besar itu?"”
“Kuperhatikan Komandan Sementara ini. Xuehan memang jeli. Hidung orang ini benar-benar gede.”
Aku berkata: "Si Hidung Besar ini level 110, BOSS Legenda yang ditingkatkan. Kalian lihat kan, senjatanya bisa langsung menghancurkan equipment ungu, minimal artefak spiritual. Lagipula serangannya lumayan tinggi, serangan maksimal 3500, nilai pertahanannya bahkan mencapai 2800. Prajurit Golden Dawn di area sini level tertinggi cuma 105, serangan maksimal belum sampai 3000, sama sekali tidak bisa menghancurkan pertahanannya..."
Xin Yu tak tahan bertanya: "Lalu buat apa mereka berlari maju untuk MATI? Lebih baik langsung menampar diri sendiri sampai mati saja..."
"......" Aku terdiam.
"Kenapa kau menatapku?"
"Aku menemukanmu sangat imut..."
"......" Pipi Xin Yu memerah, tiba-tiba berkata: "Tolong, kita semua sudah dewasa. Jangan gunakan kata 'imut' untuk menghina kecerdasanku, oke?"
Aku tertawa terkekeh: "Kalimat ini kenapa terdengar sangat familiar? Sepertinya... dulu aku juga pernah mengatakannya..."
Saat aku dan Xin Yu masih saling menggoda, tiba-tiba Lu Xuehan menarik lenganku: "Cepat lihat, Kapten Koma akan menyerang. Hehe, konfrontasi antara panglima utama kedua pasukan~"
Melihat ke bawah, benar saja Koma perlahan menggerakkan kuda perangnya keluar dari kerumunan. Di sekelilingnya, prajurit Golden Dawn sedang melakukan Pengepungan Pembunuhan terhadap Resimen Macan. Tapi bagi Koma dan komandan sementara Resimen Macan, semua ini bagai tidak ada. Ahli sejati tidak akan terpengaruh oleh jeritan keputusasaan.
"Splash~!"
Koma dengan lancar mengayunkan pedangnya, meretak jadi dua seorang prajurit Harimau tepat di pinggang. Organ Dalam yang berdarah-darah berserakan di tanah. Meski orang-orang di sekitarnya sudah terbiasa melihat anggota tubuh terputus, mereka tetap mengerutkan kening menyaksikan adegan berdarah ini.
Ini adalah bentuk penindasan mental terhadap lawan. Target Koma sangat jelas: menghancurkan kehendak mereka secara mutlak. Seandainya Koma tidak terlalu bersih, efeknya akan lebih dahsyat jika dia menjilat darah di pedang Feiyu yang didekatkan ke mulutnya. Sayangnya menurut pengetahuanku, Koma sangat higienis - kuda perangnya bahkan dimandikan tiga kali sehari, lebih rajin dari manusia.
Komandan Harimau yang baru menatap dengan mata penuh hasrat ke pedang di tangan Koma: "Aku akan merebut kembali Pedang Feiyu Komandan Terlin!"
Koma dengan tanpa rasa takut mengibaskan Pedang Feiyu di udara, berkata dengan malas: "Ayo coba!"
Begitu ucapannya meluncur, serangan tiba-tiba datang. Tombak lawan membelah udara bagai kilat. Dentuman "Dang~!" menggema. Kuda perang Koma terpental beberapa langkah akibat guncangan. Koma menyilangkan pedang di dadanya, wajahnya memancarkan ketidakpercayaan - Komandan Sementara itu ternyata kuat sekali, hanya dengan satu gerakan sudah merebut keunggulan mutlak!
Tombak panjang terus-menerus bergetar, di ujung tombak sudah muncul celah yang mencolok. Saat ini, Komandan Harimau tak diragukan lagi semakin panik. Dia sama sekali tak menyangka wakil pemimpin kecil Golden Dawn bisa menahan serangan penuh tenaganya, bahkan masih sempat melamun dengan santai. Hanya kekuatan segitu sudah cukup untuk menempatkannya dalam barisan ahli top Kota Bulan Perak.
Koma terhuyung-huyung menghentikan kuda perangnya, kemudian memacu kudanya kembali menyerang. Pedang Bulu Terbang mengukir busur indah di udara sebelum menghunjam tajam ke bawah.
Menghadapi serangan ganas mereka, Komandan Harimau tak sempat menghindar. Dengan terpaksa ia mengangkat perisai kecil di lengannya untuk menahan pukulan ini. Dengan suara retakan nyaring, perisai kecil berlevel oranye itu remuk berkeping-keping, berhamburan di atas rumput tepi sungai.
Xin Yu membuka mulut kecilnya lebar-lebar dengan terkejut: "Apa-apaan ini? Ini sudah kedua kalinya hari ini aku melihat equipment tinggi hancur. Apakah efek penghancuran senjata dewata memang se-mengerikan ini? Apakah ini masih memberikan kesempatan bagi pemain dengan level perlengkapan rendah untuk bermain?"
Aku berpikir sejenak, lalu menjelaskan: "Tidak sepenuhnya seperti itu. Menurut pemahamanku, untuk menghancurkan perlengkapan lawan secara mutlak harus memenuhi dua syarat. Pertama, peringkat senjata harus dua tingkat lebih tinggi dari tingkat perlengkapan lawan. Kedua, serangan ini harus benar-benar menembus pertahanan mereka, artinya defensif lawan gagal total. Syarat kedua ini sangat sulit dipenuhi. Bahkan jika kedua syarat terpenuhi, kemungkinan menghancurkan perlengkapan hanya sekitar 1%. Untuk senjata dewata mungkin sedikit lebih tinggi, tapi tidak melebihi 5%. Ini membuktikan karakter Saudara Koma hari ini benar-benar meledak!"
"Ledakannya nyata, lihat lagi perkembangan pertempuran!" Xin Yu tertawa ringan.
Mataku menatap ke bawah dan langsung terkejut. Di sana, Koma memegangi dadanya. Separuh tombak rusak lawan ternyata sudah menancap dalam di dadanya, darah terus mengalir keluar. Bar darah Koma juga terus berkurang.
