Setelah pergi belanja sayur dengan Xu Lin, saat kembali kutanya, ternyata Murong Shanshan masih belum bangun. Aku pun pergi ke kamar tamu untuk melihatnya.
Di kamar tercium wangi parfum khas yang biasa dipakai Xu Lin. Murong Shanshan terbaring di ranjang empuk, wajah tidurnya terlihat tenang. Bulu matanya yang panjang sesekali berkedip, seolah sedang bermimpi.
Aku tak tega membangunkannya. Duduk di tepi ranjang, semakin kulihat semakin tak nyaman. Dewa Pencipta benar-benar pilih kasih, menciptakan Murong Shanshan yang sempurna ini. Bahkan senyum kecil di bibirnya saat tidur pun terlihat memikat.
Sebuah tangan kecil putih bersih menjulur keluar dari selimut. Kutersenyum, orang ini tetap tak bisa tidur dengan patuh. Kuraih tangannya dan masukkan kembali ke dalam selimut. Sentuhan kulitnya yang halus membuatku enggan melepaskannya. Kupegang lembut sambil berbisik: "Dasar gadis bodoh, kenapa harus menyiksa diri diam-diam..."
"Hmm~"
Murong Shanshan tiba-tiba mengerang pelan. Aku kaget, ternyata dia hanya berguling. Tangan kiriku sudah digendongnya erat, punggung tangan digenggam kencang di samping pipinya. Sepertinya tanganku dianggap boneka beruang yang biasa digendongnya saat tidur.
Aku dilanda konflik hebat. Pergelangan tangan terjepit erat dua gumpalan lembut, sensasi nikmat yang tak terucapkan. Tapi di sisi lain, harus khawatir jika ada yang masuk. Xin Yu dan Xu Lin mungkin hanya akan bilang aku memanfaatkan situasi saat dia tidur. Tapi jika orang tua melihat, pasti aku MATI! Situasi ini jelas terlihat seperti aku sedang meraba dada montok Murong Shanshan yang sedang tidur.
Tangan kanan yang sedang menikmati tetap tak kucabut. Malah kugunakan tangan kiri mendorong bahu Murong Shanshan: "Shanshan, bangun! Sudah tidur empat jam, waktunya makan siang! Shanshan... Shanshan?"
Murong Shanshan membuka mata dengan enggan. Langsung melihatku bersandar di atasnya. Setelah terkejut sebentar, senyum tipis mengembang. Bibirnya kemudian cemberut: "Hm? Lin Fan, kau berisik sekali!"
Aku manfaatkan kesempatan menarik kembali tangan yang hampir kram itu. Dengan wajah serius: "Meskipun semalam kurang tidur, empat jam sudah cukup. Sekarang cepat bangun! Kalau masih ngantuk setelah makan siang, tidur lagi. Kalau tidak, malam nanti mau tidur atau tidak?"
“Tentu saja harus tidur!” Murong Shanshan menjawab cepat, namun tidak segera bangun. Setelah melihat sekeliling, dia bertanya sambil terkekuk: “Lin Fan, apakah ini kamarmu?”
“Tentu saja bukan, kamarku memiliki gaya yang jauh lebih elegan!” Aku tertawa sambil berkata, lupa sepenuhnya bahwa di kepala ranjangku masih menempel poster Qilongzhu.
Murong Shanshan tersenyum tipis: “Mengapa aku merasa keakraban yang aneh di sini? Tahukah kau, saat aku dan Ibu menginap di Hotel Mutiara Shanghai, tidur di ranjang itu, hatiku selalu gelisah. Tapi di sini, aku sama sekali tidak khawatir...”
Aku berpikir sejenak: “Wajar saja. Di sini ada aku, Xin Yu, dan Kakak Lin. Tentu tidak ada yang bisa berbuat apa-apa padamu.”
“Bukan itu.” Murong Shanshan menggelengkan kepala sambil tersenyum: “Aku terbiasa di sini karena ada aroma kau di tempat ini!”
“Ada aromaku?”
Aku menunjuk hidung sendiri dengan penasaran. Aroma apa yang kutinggalkan? Tiba-tiba aku teringat sesuatu, lalu menunjuk area tempat Murong Shanshan tidur: “Saat masih di TK kecil, aku sering ngompol di ranjang ini!”
Murong Shanshan langsung duduk terkejut. Beberapa detik kemudian dia seolah menyadari sesuatu: “Masa TK-mu? Itu sudah belasan tahun lalu, seharusnya tidak ada aroma tersisa...”
Aku tertawa dan bertanya: “Ngomong-ngomong, kenapa kemarin malam tidak berani mengetuk pintu? Tidakkah kau bisa mengirim SMS saja padaku?”
“Apa bedanya mengirim SMS dengan mengetuk pintu?” Murong Shanshan melirikku, wajahnya berubah muram, lalu berkata: “Sebenarnya, sejak tiba di sini kemarin malam aku sudah menyesal, tapi hati ini masih tak rela. Awalnya, aku berencana bangun pagi, mengumpulkan tenaga lalu menyetir pulang. Tak kusangka kalian bisa menemukanku begitu cepat...”
“Tentu saja, mobil mewah level tinggi seperti itu pasti jadi perhatian di pelosok terpencil ini! Tapi kamu, diam-diam datang sendirian ke sini. Kalau tante tahu, pasti khawatir MATI!”
Murong Shanshan membelalakkan matanya, mendengus protes: “Kau masih berani bicara? Awalnya janji bawa aku ikut, tapi cuma dikirim SMS terus mau kabur begitu saja?”
“Lalu kau mau bagaimana?” tanyaku kemudian.
Murong Shanshan tiba-tiba menatapku langsung, berkata kata demi kata: “Aku tak mau menyerah, juga tak mau lari. Kau mengerti?”
Aku menarik napas panjang, mengangguk: “Aku tahu... Tentu aku tahu. Tak ada yang mau menyerah, tapi...”
“Tidak ada ‘tapi’!” Murong Shanshan menghentikanku. Dia merapikan kerah bajunya, berbisik: “Meski jalan ini terjal, kita akan tetap melangkah, bukan? Selain itu, sebenarnya yang ingin kukatakan—masih banyak hal harus kita lakukan. Untuk apa terlalu banyak berpikir? Kota Kehidupan dan Kota Jifeng akan berperang dalam tiga hari. Perkiraanku, masa tenang Kota Bulan Perak juga akan berakhir. Ibukota kerajaan Prancis dan India sudah lama mengincar kita. Kabarnya banyak pemain dari dua kota ini yang berinteraksi. Entah apakah mereka akan menggunakan taktik aliansi terhadap kita.”
Aku berkata: "Ini, kita bicarakan lagi setelah kembali ke Suzhou. Sekarang ini kesempatan langka kita bisa santai, kamu juga harus rileks sejenak. Jangan terus-menerus membuat diri tegang. Dengan Nian Shao Qing Kuang dan Ri Bu Luo di Pedang & Mawar, pasti tidak akan ada masalah besar. Tenang saja, dua hari ini makan dan minum yang cukup, kembalikan semua energi yang hilang tadi malam!"
Murong Shanshan mengangguk sambil tersenyum manis: "En."
Tiba-tiba, Xin Yu berteriak dari luar: "Lin Fan, bawa Shanshan turun untuk makan. Suruh dia pakai baju lebih tebal, di lemari ada jaket baru yang baru dibeli."
Aku mencari di lemari dan menemukan mantel baru warna hijau kebiruan. Kuberikan pada Murong Shanshan. Dia tersenyum: "Terima kasih~ Xin Yu baik sekali. Aku kira... dia pasti akan marah~"
Aku tersenyum pasrah: "Bahkan jika dia marah, takkan diperlihatkan. Kau pikir semua orang sepertimu yang semua perasaan terpampang di wajah?"
"Terpampang di wajah? Hmph! Kalau kau benar-benar hebat, tebak apa yang sedang kupikirkan sekarang?"
Murong Shanshan menatapku tajam. Aku gugup melihatnya: "Kamu... jangan-jangan mau menipu untuk mendapatkan jaket ini?"
"Hehe, yang kutipu bukan hanya ini. Tapi karena sudah kupakai, jaket ini jadi milikku~ Ayo, aku belum melihat seperti apa penampakan Paman!"
Murong Shanshan melompat turun dari ranjang, menarik tanganku turun tangga. Dia mencari sikat gigi baru di kamar mandi. Ketika kembali ke aula, semua orang sudah duduk menunggunya.
Papanya membuka dua botol baijiu, satu botol ditaruh di depanku. Karena duduknya dekat dengan Xu Lin, Xu Lin dengan sopan membantu menuangkan minuman. Hal ini membuat papanya merasa tidak enak, buru-buru berdiri untuk menghentikan Xu Lin. Saat itu aku berkata: "Pap, biarkan Kakak Lin yang menuangkan. Lagipula di perusahaan dia juga tidak melakukan pekerjaan fisik. Kalau hal kecil seperti ini tidak dilakukan, dia akan semakin malas~"
Xu Lin tersenyum membantah: "Masa sih aku malas? Di perusahaan, bukan aku yang pertama bangun setiap hari?"
Xin Yu berkata: "Tentu saja, kan kamu harus mengawasi kehadiran staf bawahannya."
Setelah Xu Lin mengisi penuh gelas papanya dengan baijiu, dia juga menuangkan setengah gelas untuk Lu Xuehan. Xin Yu tidak terkecuali. Lu Xuehan gelisah berkata: "Aku... aku tidak bisa minum baijiu..."
Xin Yu segera menimpali: "Tidak bisa juga boleh cicip sedikit. Anggap saja temani papanya minum. Tak perlu takut, hari ini tidak perlu pulang. Kalau mabuk, langsung naik ke atas bisa tidur~"
Semua orang agak terkejut. Nada bicara Xin Yu seolah menyuruh Lu Xuehan memanggil "papanya". Orang tua tersenyum memandang Lu Xuehan. Alhasil, Lu Xuehan hanya diam dengan wajah merah padam.
Aku juga mengisi gelasku sendiri. Murong Shanshan duduk di sampingku. Melihat tatapannya, aku pun menuangkan satu gelas untuknya. Dengan anggun dia tersenyum berterima kasih. Sifat lembut dan bijaksananya yang seperti ini jarang terlihat sebelumnya.
Ibu tersenyum bertanya: "Shanshan tahun ini berapa umur?"
“21～”
"Jelas-jelas 20 tahun, ngapain bilang diri sendiri tua?" Aku heran bertanya.
Murong Shanshan melototi aku, lalu tersenyum pada Ibu: "Setelah liburan musim panas masuk tahun ketiga, umurku hampir 21 tahun~"
Sial! Memang bicaranya menyesuaikan lawan bicara. Aku jarang melihatnya bersikap manis seperti ini.
Ibu tersenyum, tiba-tiba berkomentar dengan nada haru: "Tahun ketiga... Artinya sekarang tahun kedua. Lin Fan juga baru berhenti kuliah saat tahun kedua..."
"Bu, ngapain bicara soal itu..." Aku spontan menyela.
Ibu merasa salah bicara, lalu berkata: "Baiklah, tidak dibahas lagi. Temani papamu minum beberapa gelas lagi. Besok sudah harus pergi, tidak mau menginap beberapa hari. Tidak tahu kapan bisa pulang lagi."
Murong Shanshan berkata: "Suruh dia pulang tiap bulan saja. Jaraknya tidak jauh, cuma beberapa jam perjalanan."
Aku melotot padanya: "Beberapa jam itu naik mobil! Pulang tiap bulan, apa kau yang antar?"
Murong Shanshan tertawa: "Boleh saja, tidak masalah! Lagipula akhir pekan aku free, tiap minggu bisa mengantarmu pulang!"
"Aku tidak mau diantar. SIM B pun belum punya... Tidak aman. SIM Kakak Lin saja sudah naik level!"
Murong Shanshan kesal: "Kau kira aku tidak mau ujian SIM B? Cuma hukum mensyaratkan usia 21 tahun! Hmph, skillku sekarang level AAA pun bisa!"
Aku kaget: "Ada level AAA? Ngapain tidak bilang SSS? BOSS tingkat SSS, Raja Naga Emas! Haha, level ini benar-benar legendaris!"
“Apa-apaan ini, ayo minum～” Xu Lin mengangkat gelas, tersenyum pada orang tua: “Semoga Paman dan Bibi sehat selalu, sukses selalu! Mari kita habiskan gelas pertama bersama!”
Sial, ini baijiu! Gelas sebesar mangkuk kecil! Xu Lin memang punya keberanian, kalau sudah nekat tak bisa dihentikan!
Papanya juga gembira, wajah kemerahan berkata: “Baik, kalau Manajer Xu Lin sudah bilang begitu, mari kita minum gelas ini!”
Papanya menengadah, segelas besar baijiu langsung habis. Xu Lin dan Xin Yu juga minum santai seperti air putih. Lu Xuehan mencicipi sedikit, wajahnya langsung merah padam karena kepedasan. Ibu yang melihat langsung memintanya mengurangi minum.
Aku merasa posisiku akan terancam. Ibu jelas-jelas lebih memilih menantu cantik daripada anaknya sendiri. Dengan menengadah, segelas baijiu pedas itu gulung-gulung masuk ke perut.
Melirik Murong Shanshan, dia ragu sebentar lalu meneguk setengah gelas. Kepedasan membuatnya terengah-engah. Kuambilkan tahu untuknya, menyaksikannya menghabiskan sisa minuman.
Papanya menyeka sisa alkohol di bibir, bertanya sambil tertawa: “Ngomong-ngomong, aku baru ingat. Lin Fan sudah merantau dua tahun. Di bidang apa kalian bekerja selama ini?”
Xin Yu tertegun. Xu Lin buru-buru menjawab: “Transaksi realitas virtual di game elektronik. Perusahaan kami utamanya melalui platform jaringan. Selain itu, kami juga mengerjakan situs web dan outsourcing software.”
Papanya takjub: "Hebat, Xu Lin kamu baru 24 tahun tapi sudah punya usaha seperti ini, jauh lebih sukses dibanding Lin Fan keluarga kami!"
Aku segera melotot ke Xu Lin. Dengan sigap dia berkata: "Paman jangan bilang begitu. Tanpa bantuan Lin Fan, Xin Yu, dan Xue Han, mana mungkin aku bisa mengelola usaha sebesar ini sendirian. Sebenarnya, Lin Fan adalah pahlawan utama pendiri perusahaan~"
Ibu girang: "Kalau begitu, Lin Fan kita termasuk anggota pendiri tingkat tinggi di perusahaan. Gajiannya pasti besar ya?"
"Gajian?"
Xu Lin tertegun sejenak, lalu tersenyum manis: "Apa maksud Ibu? Lin Fan mana perlu gajian~"
Ibu kaget: "Tidak ada gajian? Lalu bagaimana bisa punya uang beli rumah untuk menikahi Xue Han nanti?"
Xu Lin kembali terkejut. Untungnya dia cepat merespon: "Jangan khawatir. Untuk pernikahan Lin Fan dan Xue Han, aku bisa menyumbangkan dua unit rumah di kawasan perusahaan!"
Xin Yu tertawa: "Sudah bahas pernikahan sekarang?"
Ibu berkata: "Tidak terlalu cepat. Tahun ini Lin Fan sudah 23 tahun, waktunya memikirkan berkeluarga!"
Generasi tua selalu fokus pada hal seperti ini. Aku pun tak bisa berbuat apa-apa. Di bawah meja, Murong Shanshan memerah sampai ke telinga, tangan kecil putih saljunya mencengkeram erat tangan kiriku sampai sakit. Tenaga orang ini benar-benar luar biasa. Di sisi lain, Lu Xuehan pipinya merah padam, ingin sekali bersembunyi di kolong meja.
Saat ini, aku merasakan sakit dan bahagia bercampur. Sial, dari mana datangnya perasaan bahagia ini, bahkan aku sendiri tidak tahu.
Ibu bertanya: "Lin Fan, apa rencanamu, kapan menikah dengan Xue Han? Lalu, apakah rumah akan kamu beli sendiri atau butuh bantuan kami?"
Aku menjawab: "Tidak perlu, Xue Han dan Xin Yu, mereka berdua sudah punya rumah di pusat kota..."
Ibu mengangguk pelan, lalu berkata: "Tak kusangka Xue Han begitu mandiri, di usia muda sudah beli rumah. Rupanya kekhawatiranku berlebihan."
Murong Shanshan diam seribu bahasa, melirikku sebentar lalu makan dengan lesu, sesekali menyesap baijiu perlahan.
Kulihat tapi tak bisa berbuat banyak. Bagaimanapun dia bukan Xin Yu, tidak memiliki ikatan emosional sekuat dengan Lu Xue Han, dan mungkin juga tak ingin mendengar Ibu menyebut pernikahanku dengan Lu Xue Han.
Ibu tetap menyadarinya, dia bertanya: "Ada apa dengan Shanshan? Tidak enak badan?"
"Tidak kok, lanjutkan saja pembicaraan kalian, aku akan terus makan~" Murong Shanshan memaksakan senyum tipis.
Ibu dan Ayah saling pandang tanpa bicara. Akhirnya semua melanjutkan makan. Ayah kembali menanyakan urusan perusahaan, Xu Lin dengan sabar menjelaskan satu per satu, bahkan sampai detail rahasia seperti jumlah petugas kebersihan di perusahaan berhasil dioreh Ayah.
Saat menyebut latar belakang keluarga Lu Xue Han, Xu Lin hanya membahas sekilas. Bagaimanapun, kisah keluarga Lu Xue Han tidaklah mulia, dan sekarang dia juga sangat tidak ingin mendengar orang menyebut mereka.
“Setelah beberapa saat, ketika aku menjepitkan sayuran untuk Murong Shanshan, Ibu akhirnya tidak tahan bertanya: "Lin Fan di perusahaan, hubunganmu dengan Shanshan cukup baik ya?"”
“Seketika keringat dinginku mengucur. Meski sudah banyak menjepitkan makanan untuk Lu Xuehan, di mata orang tua itu wajar. Tapi menjepitkan sayur untuk Murong Shanshan? Ini masalah besar! Hal gossip seperti ini pasti menarik perhatian semua orang.”
“Aku diam. Murong Shanshan menjawab menggantikanku: "Ya, Lin Fan memang supel. Di perusahaan, dialah yang paling perhatian ke kami para magang~"”
“Ibu tersenyum kaku, tak berkata-kata. Tapi dia berbisik pada Ayah. Ayah yang sudah banyak minum baijiu pura-pura tidak dengar. Setelah beberapa kali "Hah?", Ibu akhirnya menyerah.”
“Setelah makan, Xin Yu mengajak Lu Xuehan browsing. Murong Shanshan bilang masih ingin tidur, kembali ke kamar tamu. Kurasakan ada yang tidak beres, kikuti dia. Benar saja, begitu duduk di ranjang dia menatapku tanpa ekspresi.”
“Hatiku gelisah. Kucoba bertanya: "Shanshan, kau tidak senang?"”
“Murong Shanshan berjalan menutup pintu: "Tentu tidak senang! Jika ibuku membahas pernikahanku dengan pria lain di hadapanmu, apa kau akan senang?"”
“"Aku senang. Jika kau bisa menikah, tentu aku senang..."”
“Baru saja selesai bicara, tinju kecilnya sudah menghantam dadaku. Dia mendengus: "Aku serius! Jika masih bercanda, kau MATI!"”
Aku pura-pura kesakitan. Murong Shanshan segera mendekat dengan gugup, tangannya yang kecil mengusap-usap dadaku. Namun dia menghela napas: "Kita... sebenarnya harus bagaimana..."
Kujawab: "Bisa apa? Menunggu penghakiman Langit. Mungkin suatu hari nanti, kita semua akan naik ke langit memasuki alam semesta Surga, melupakan cinta duniawi?"
Murong Shanshan melotot padaku: "Kalau mau naik langit, kau saja yang pergi! Xue Han dan Xin Yu masih harus menikah!"
Kutanya: "Lalu bagaimana denganmu?"
"Aku? Tentu juga sama!" Wajah kecil Murong Shanshan memerah padam.
Kukomentar sambil tertawa: "Shanshan akhirnya memasuki masa puber~"
“……”
Murong Shanshan memandangiku, anehnya tidak melanjutkan pertengkaran. Dia duduk di tepi ranjang menopang pipi dengan kedua tangan, entah sedang memikirkan apa.
