Pagi-pagi buta, segar dan bersemangat.
Karena Xu Lin bilang semua orang harus mampir ke kantor, aku bangun pagi-pagi. Baru turun tangga langsung lihat Feng Shen sedang menentang ember air untuk mencuci mobil Murong Shanshan. Aku merasa ini kurang tepat, lalu mendekat dan berkata, "Saudara Feng, sibuk sekali pagi-pagi. Apa Shanshan yang suruh kamu cuci mobilnya? Dia memang keterlaluan, kan ada banyak satpam. Kenapa sampai mengganggu komandan regu seperti kamu? Haha, pasti dia merasa kamu lebih teliti ya!"
Feng Shen menggelengkan tangan: "Bukan seperti yang bos kira. Wakil Manajer tidak memerintahkanku. Ini inisiatifku sendiri. Lihat, mobilnya berdebu semua. Di kampus pasti dia tidak sempat cuci mobil. Mobil mewah seperti ini dibiarkan berkarat di parkiran sayang sekali."
Aku tertawa: "Gak apa-apa. Shanshan punya uang. Dia bisa bawa mobilnya ke tempat cuci mobil. Tapi karena kamu sudah mengerjakannya, nanti aku bicarakan baik-baik dengannya. Siapa tahu Shanshan mau naikkan gaji kalian para saudara!"
Feng Shen langsung menolak sambil tertawa: "Jangan, jangan. Gaji kami sekarang sudah hampir setara dengan karyawan kantoran di gedung depan. Kalau ditambah lagi, bagaimana perasaan mereka? Lagipula kami juga malu. Kalau gaji dinaikkan lagi, aku sendiri bakal merasa tidak enak, haha!"
Tiba-tiba suara manis terdengar dari belakang: "Kenapa harus malu? Tidak punya uang bagaimana? Wang Xue masih menunggu kamu beli mobil dan rumah untuk melamarnya. Tapi kamu malah tidak mau berusaha, persis seperti Lin Fan!"
Yang berbicara adalah Murong Shanshan, setelah semalaman istirahat wajahnya kembali bersinar dan berbinar!
Feng Shen merenung sambil berkata: "Rumah dan mobil, jarak itu terlalu jauh untuk orang dari lapisan sosialku seperti ini. Buruh migran dari desa seperti kami tidak tahu berapa tahun harus kerja keras untuk memiliki itu! Lebih baik pulang beternak babi dan membangun rumah kecil lebih realistis!"
Murong Shanshan tak bisa menahan senyum manisnya: "Dengar kau ini, dengan hubunganmu dengan Lin Fan, sebenarnya itu hal sepele. Baiklah, kalau kau benar-benar bertekad menikahi Wang Xue sebagai istri, aku akan menyuruh Lin Fan memberimu set rumah, setuju?"
Otot di wajahku berkedut, Sial, harga properti sekarang setinggi langit, satu set rumah kelas menengah-atas minimal 2 juta! Meskipun memberi Feng Shen satu set tidak berlebihan, tapi cara Murong Shanshan menggunakan hartaku untuk berbuat baik ini sungguh tak tertahankan. Dengan asetku yang terbatas, mana cukup nenek kecil ini terus-terusan memberi begini?
Murong Shanshan diam-diam mencubitku dari belakang. Segera kukatakan pada Feng Shen yang berseri-seri: "Benar! Kalau kau memutuskan menjalani hidup manis dengan Wang Xue, akan kuberikan satu set rumah sebagai hadiah. Gimana, cukup solid kan?"
Feng Shen terus mengucapkan terima kasih sampai aku merasa malu sendiri.
Setelah pamit ke Murong Shanshan, dia ikut sarapan bersamaku lalu pergi ke gedung kantor.
Pada beberapa menit terakhir jam kerja, ketika kami muncul di depan pintu Departemen Teknologi, seorang anak muda yang sedang melihat foto AV langsung kaget. Dia buru-buru menutup halaman web dan memandangi kami dengan rasa takut.
Murong Shanshan tersenyum kecut dan berbisik padaku: "Benar-benar pemimpin yang buruk menghasilkan bawahan yang buruk. Jenderal seperti apa akan membawa pasukan seperti apa~"
Aku membela diri dengan tegas: "Masa sih? Aku tidak pernah melihat ini selama jam kerja. Apa menariknya AV yang buka-bukaan vulgar itu? Jauh kalah dibanding Shanshan... Tapi... Sial, Ozawa Madoka memang lumayan..."
Murong Shanshan terdiam, melototiku sejenak lalu masuk ke Departemen Teknologi.
Untungnya tidak ada lagi yang membuka halaman web tidak relevan. Banyak orang yang sudah memegang susu kedelai panas dan siap bekerja, terutama beberapa programmer jagoan yang rambutnya seperti belum dicuci selama satu abad - mirip sarang burung yang meledak. Dari depan terlihat mereka penuh semangat, fokus menatap monitor dengan suara klik mouse dan ketukan keyboard yang terus bergema, APM pasti sudah melebihi 200.
Aku terkekuk: "Sikap kerja mereka cukup baik ya~"
Murong Shanshan juga tersenyum sinis: "Oh begitu? Coba perhatikan lebih baik!"
Setelah mendekat, aku hampir pingsan. Bangsat! Sekumpulan bangsat ini ternyata sedang main CS via jaringan internal! Pantas saja frekuensi klik mouse-nya terlihat aneh, rupanya sedang spray-and-pray pakai shotgun!
Akhirnya aku tidak bisa menahan muka lagi, mengetuk partisi kaca sambil berkata: "Hei, kalian sedang apa di sini?"
Beberapa programmer menengadah, berkeringat dingin: "Bos, kenapa kamu datang?!"
"Sial! Ini kan kantorku, kenapa tidak boleh datang? Malah kalian yang main game di jam kerja? Menurut kalian harus bagaimana?"
Para programmer saling pandang bingung. Saat itu Murong Shanshan mencairkan suasana: "Mereka cuma melepas penat setelah kerja keras. Sudahlah~ Menurutku, potong saja gaji bulanan mereka. Menurut aturan perusahaan, hukuman seberat ini harusnya dikeluarkan..."
Wajah para pemain game langsung pucat. Aku yang cukup akrab dengan mereka merasa kebijakan ini terlalu kejam. Setelah dipotong gaji sebulan, para penghuni "sinar bulan" ini mungkin hanya bisa makan mi instan bulan depan, atau bahkan lebih parah - mengemis di pinggir jalan dengan mangkok kecil.
Akhirnya kukatakan: "Ini terlalu keras. Bagaimana kalau masing-masing dipotong 200 uang saja sebagai hukuman? Kalau mengulangi, naikkan jadi 400. Bagaimana, Shanshan?"
Murong Shanshan langsung menyetujui: "Bagus! Uangnya akan dipotong dari gajimu. Hidup mereka sudah sulit, kehilangan beberapa ratus uang mungkin akan dicurigai menyimpan uang saku oleh istri~"
Murong Shanshan benar-benar terlalu pengertian. Para programmer itu hampir ingin menikahi dirinya karena bersyukur. Aku berbisik padanya: "Hari ini kau benar-benar menguras kantongku. Kalau nanti tidak punya uang, dengan apa aku menghidupimu?"
Murong Shanshan tersenyum tipis: "Tidak perlu, aku yang akan menghidupimu. Kenapa, kau khawatir aku tidak mampu menghidupimu?"
"Aku tidak mau kau hidupi!"
Setelah berkata, aku menengok dan melihat beberapa orang itu tertawa terbahak-bahak di atas meja, tubuh mereka gemetar seperti kesurupan.
Aku memutuskan untuk mengabaikan mereka. Lalu menggenggam tangan kecil Murong Shanshan: "Ayo, mari ke kantorku dulu. Nanti kau pulang dengan mobil, aku akan menunggumu di Kota Bulan Perak untuk melakukan tugas bersama."
Murong Shanshan sedikit memerah wajahnya, tapi tetap membiarkan tanganku menariknya masuk ke kantor.
Kantor manajer terlihat masih dibersihkan, setidaknya tiga hari sekali. Buktinya ada laba-laba rajin yang baru menyelesaikan setengah jaringnya.
Aku memeriksa kursi yang masih bersih, lalu duduk dengan cepat. Membuka laptop. Murong Shanshan melihat sekeliling dengan bosan, akhirnya setengah duduk di sandaran kursi, bersandar di bahuku: "Tempatmu cukup nyaman. Belakangnya ada Jalan Cahaya Terang, sayang di lantai empat. Kalau di lantai dua, duduk sambil melihat si cantik di jalanan juga asyik."
Aku tidak setuju: "Shanshan, di jalan ini mana ada si cantik? Hmph! Kalau pun ada, yang bisa menyamai sepersepuluh ribu kecantikanmu saja sudah hebat!"
Selesai bicara, dalam hati aku memberi tepuk tangan untuk diri sendiri.
“Murong Shanshan memang terlihat senang, dia tersenyum manis: 'Meski ucapanmu tidak tulus, tapi cukup objektif! Hmm, aku di sini juga tak ada urusan, lebih baik pulang. Setengah jam kemudian kau juga login, saat itu aku seharusnya sudah kembali ke kampus. Ingat sering-sering menjengukku, paham?'”
“Ah, sudah mau pergi?”
“Kenapa? Tak rela melepas?” Murong Shanshan melontarkan pandangan menggoda.
Aku langsung mengangguk: “Ya!”
Murong Shanshan menepuk bahuku: “Baiklah~ Nanti kita masih akan sering bertemu. Kalau terus merengek begini, apa aku bisa pergi? Sudah, tak perlu mengantar. Aku pulang sendiri. Minggu ini harus datang menjengukku, kalau tidak...”
Dia mengayunkan kepalan tangan mungilnya, menunjukkan ekspresi demonstrasi. Aku mengangguk terus sambil memandangnya meninggalkan kantor. Beberapa menit kemudian, mobil putih melesat dari bawah gedung menuju jalan raya seperti terbang.
Murong Shanshan pergi, aku pun tidak punya pikiran lain. Lanjut membaca konten online. Setelah pertempuran berhari-hari, perbatasan banyak server telah mulai bentrok. Terutama antara ibukota kerajaan Kota Kehidupan dan Kota Jifeng yang bertetangga, beberapa pertempuran besar telah terjadi. Kedua belah pihak mengalami kemenangan dan kekalahan. Hanya saja pada pertempuran pertama, pemain Jepang melakukan serangan mendadak yang membuat Kota Kehidupan kewalahan. Pertempuran malam itu menghanguskan pos penjaga kecil Kota Kehidupan. Namun pemain Kota Kehidupan merespon cukup cepat, mengumpulkan puluhan ribu pemain dalam satu jam untuk serangan balik, bahkan menembus masuk ke wilayah server Jepang. Dengan taktik kilat, mereka menghancurkan pos penjaga Kota Jifeng. Konon bahkan satu batu bata pun tidak mereka tinggalkan, semuanya dibawa kembali ke Kota Kehidupan.
Dibandingkan situasi Kota Kehidupan, kondisi Kota Bulan Perak sekarang lebih genting. Selain bersandar pada Kota Kehidupan di satu sisi, tiga sisi lainnya berhadapan dengan ibukota kerajaan Prancis, India, dan Vietnam. Terutama ibukota Prancis, dikatakan 32% pemain nasional mereka adalah Ksatria. Jika benar-benar bertempur, kekuatan kavaleri mereka mungkin sangat rumit. Jika India dan Vietnam tidak ikut campur, kekuatan populasi ibukota nomor satu dunia Kota Bulan Perak masih bisa menghadapi ibukota Prancis. Tapi jika mereka bersatu, konsekuensinya tidak terbayangkan. Tidak ada yang ingin berperang melawan tiga ibukota sekaligus.
Berbeda dengan Prancis yang menjaga profil rendah dan mundur, Kota Nino India menunjukkan sikap lebih agresif. Dalam setengah bulan terakhir, mereka sudah melakukan lebih dari 30 kali gangguan kecil terhadap Silver Moon City. Meskipun tidak menyebabkan kerusakan signifikan pada pemain Silver Moon City, sensasinya seperti ada lalat yang terbang bolak-balik di samping tangan, sangat menjengkelkan.
Oleh karena itu, pemain Silver Moon City sepakat: andai harus berperang, pertama-tama stabilkan Kota Lingtong milik Prancis, lalu hadapi Nino City dalam pertempuran satu lawan satu. Adapun ibukota Vietnam sebenarnya tidak terlalu penting, toh itu hanya kota level 2 setara Hurricane City, dengan jumlah pemain yang tak bisa dibandingkan dengan dua ibukota lainnya.
Sebenarnya situasi masih belum pasti, semua pihak masih ragu-ragu. Silver Moon City tak berani memulai perang sepihak, Nino City juga tak bisa terlalu agresif. Bagaimanapun, kuantitas dan kualitas pemain Silver Moon City tak boleh diremehkan. Andai terjebak dalam pusaran Silver Moon City, mungkin kepemilikan Nino City akan berganti.
Kini Silver Moon City hanya menunggu beberapa guild besar mengangkat pedang memberi komando. Ke mana ujung pedang mengarah, di situlah sasaran serangan. Saat seluruh rakyat turun bertempur, pasti akan terjadi pertempuran sengit yang beruntun.
Melihat screenshot perang negara kecil di halaman web, aku tersenyum tipis. Game ini semakin seru, sekarang perang guild hanya bisa dianggap sebagai adegan kecil. Aku penasaran seperti apa nanti saat ratusan ribu pemain berperang memenuhi pegunungan dan dataran. Sungguh ada sedikit harapan. Meskipun di tengah lautan manusia aku hanyalah setitik debu di hamparan luas, tapi seharusnya aku lebih bersinar daripada yang lain. Bagaimanapun, sampai saat ini aku masih tetap selebriti peringkat pertama di level.
Setelah melihat sebentar lagi, kupikir tidak ada hal yang harus dilakukan. Akhirnya kuambil jaket, matikan AC, dan pergi. Sekelompok staf di Departemen Teknologi kali ini benar-benar sedang bekerja, raut wajah mereka semua dingin dan kaku.
Aku juga tidak menggubris mereka, langsung naik ke lantai 5. Secara kebetulan ingin melihat Lu Xuehan, ternyata dia sedang mengumpulkan staf CS untuk rapat. Jadi tidak mengganggu, langsung menuju kantor Xin Yu. Tapi dia malah sedang mendengarkan musik. Begitu melihatku datang, langsung berseri-seri sambil tertawa: "Lin Fan, aku baru beli CD musik bajakan, mau denger bareng? Hasilnya bagus~"
Aku menolak tegas: "Maaf, aku hanya dengar yang orisinil. Hmm... yang orisinil download dari internet..."
Xin Yu tersenyum-senyum: "Kenapa kamu ada waktu ke sini? Hmm, sejak kita pindah ke sini, kamu cuma datang tiga kali ke kantorku~"
Dengan penuh penyesalan kukatakan: "Kedepannya tidak akan lagi. Asal jam kerja, tiap hari aku datang, setuju?"
Xin Yu tersenyum kecut: "Jangan dipaksa, buah yang dipelintir paksa tidak akan manis. Ngomong-ngomong, Shanshan mana?"
"Sudah pulang, dia mahasiswa, perlu masuk kelas!"
“Aku kira kau akan pergi bersamanya, hmph! Kalau bukan karena ada Xue Han di sini, aku benar-benar ragu apakah orang ini akan tetap tinggal!”
Xin Yu berkata dengan nada cemburu. Aku berjalan sambil tersenyum ke belakang kursinya, meletakkan tangan di bahunya: “Xin Yu, jangan berpikir macam-macam. Di hatiku, kau sama pentingnya dengan mereka. Meski tak kukatakan, bukan berarti aku tak memikirkanmu. Nah, bagaimana? Kalimat ini cukup penuh kesungguhan kan?”
Xin Yu tersenyum manis: “Semuanya palsu seperti sampah! Dari mana aku bisa menemukan kesungguhan dalam kata-katamu?”
Aku tertawa ringan, mulai mengusap bahu Xin Yu. Teknik pijatku memang kasar, tapi tetap terasa enak. Xin Yu awalnya menolak, tapi melihat keseriusanku, dia tak enak hati untuk melawan. Matanya terpejam menikmati, kepalanya bersandar pada tubuhku, memperlihatkan leher putihnya yang jenjang, juga tonjolan dua ‘gunung’ di balik kemeja putih bersihnya.
Aku bertarung mati-matian menghisap air liur, takut tiba-tiba menetes.
Setelah beberapa menit, Xin Yu membuka mata, berkata sambil tersenyum: “Basa-basi tanpa alasan, pasti ada maksud jahat. Katakan, apa yang kau mau dariku?”
Kujawab: “Kok jadi kaku begitu? Memijat calon istri sendiri itu hal wajar. Tapi kau malah mencurigai! Bangsat, bukannya kau sudah memberiku segalanya? Apa lagi yang bisa ku minta?”
Xin Yu tampaknya teringat kehangatan malam itu, lalu berdiri dan merangkul leherku dengan lengannya. Rambut panjangnya berkibar-kibar, wajah putih salju yang bersinar mempesona. Pesona luar biasa yang ditunjukkannya seketika itu membuatku terpana.
Melihatku berdiri kaku, Xin Yu tertawa: "Tunggu apa lagi? Apa aku harus selalu mengambil inisiatif?"
Dengan kaku kupegang pinggang ramping Xin Yu, tapi tiba-tiba bayangan kelembutan bersama Murong Shanshan di mobil BMW muncul di pikiranku. Seketika aku merasa seperti sedang berzinah, gerakanku pun menjadi canggung.
Sial! Tak kusangka orang yang punya beberapa istri bisa melakukannya. Aku justru merasa tak bisa membagi perasaan sama rata. Setiap hari hanya memikirkan hal cabul seperti double fly atau triple fly, bermimpi bisa memeluk kiri-kanan di ranjang, idealnya bisa menaklukkan Murong Shanshan, Xin Yu dan Lu Xuehan sekaligus. Tapi saat benar-benar terjadi, aku malah bingung. Mampukah aku mencium MM kesayangan di depan MM lain, bahkan lebih jauh? Apa wajahku tak akan memerah membara? Faktanya, hatiku sangat menolak. Untungnya kusadar MM dalam pelukanku adalah Xin Yu - wanita yang dulu kukagumi tapi tak berani kusentuh. Kini, dengan rela ia menjadi milikku, siap kurengkuh kapan saja.
Aku menggendong Xin Yu, merasakan dua gumpalan lembut di dadanya hampir membuatku sulit bernapas. Namun dia sendiri tersenyum manis menatapku, sepertinya tidak ingin melanjutkan lebih jauh. Mungkin karena ini di kantor, jendela louvers di belakang juga tidak ditutup. Akhirnya kucium bibirnya dengan lembut dan berkata: "Simpan untuk nanti ya. Hmm, kalau tidak salah, ini kan ciuman pertamamu minggu ini?"
Xin Yu terkikik: "Kau semakin jahat. Apa, kau juga ingin menyimpan malam pertama untuk pernikahan nanti?"
Kukatakan: "Hal seperti ini tergantung padamu. Jika kau mau, sekarang juga bisa kuberikan~"
"Benarkah?" Xin Yu melirikku: "Kalau begitu mari kita ke balkon sana!"
Aku terkejut: "Bangsat! Balkon itu menghadap asrama! Sialan, ini mau jadi pertunjukan gratis? Aku tidak mau semua orang nonton film AV tanpa bayar!"
Xin Yu terkekuk: "Sudahlah, tidak usah bahas ini. Bukannya kau harus menyelesaikan tugas di Kota Kehidupan? Waktunya hampir habis, cepatlah pergi. Setelah selesai langsung pulang, jangan berlama-lama di luar, mengerti?"
"Mengerti, istri kecilku!"
Saat mengucapkan itu, kami berdua tertawa. Seluruh kantor dipenuhi cahaya musim semi dan harmoni.
