Aku bahkan belum sempat bersuara sudah ditemukan oleh kumpulan macan tutul. Kecepatan mereka sangat tinggi, hampir secepat kilat berlari maju ke hadapanku. Cakar dan gigi tajam mereka segera menerkam. Defense aktualku hampir tiga ribu, natural tidak terlalu takut dengan monster yang memiliki serangan 2500 ini. Setelah serangan Ding ding dong dong mereka selama sempat, kerusakan darah maksimumku hanya 37 poin saja. Tapi jumlah macan tutul terlalu banyak, bahkan dalam kondisi seperti ini tetap membuat darahku turun drastis hampir seribu poin.
“Swa~!”
Aku mengayunkan pedang menghalau monster yang menghalangi jalan, mundur sedikit untuk menghadang di depan dua pohon besar. Di kedua sisi pohon terdapat penghalang berupa tumbuhan berduri tajam, sistem default menganggap rintangan ini tidak bisa ditembus monster, pemain bisa melewatinya dengan menebang menggunakan senjata.
Lu Xuehan dan Xin Yu sudah menyusul dari belakang. Saat melihat lautan monster di sekeliling, mereka langsung bersemangat. Xin Yu tak ragu, segera melesat ke sampingku dan menarik busur. Cahaya pelangi dari Multi-Shot segera meledak di lautan ornamen macan tutul, barisan darah monster langsung turun drastis. Meski tidak terlalu cepat, kecepatan membunuh monster seperti ini jelas tidak mungkin kulakukan sebagai prajurit.
Saat sihir petir Lu Xuehan menghujam dari langit, barulah para macan tutul merasakan kekuatan alam semesta. Pilar-pilar petir dengan cepat mengkonsumsi kehidupan macan tutul. Kilatan ungu seperti ular berbisa menjalar di kerumunan monster. Banyak macan tutul terlonjak kesetrum, menggapai-gapai cakar di udara. Saat jatuh, hanya tersisa segunduk koin emas. Pengalaman melimpah pun kami hisap tanpa ampun.
Hanya dalam satu menit, lautan macan tutul habis dibersihkan. Cahaya level up menyinari Lu Xuehan. Xin Yu tersenyum: "Kita seperti pioneer datang ke sini. Tak kusangka di selatan markas ada tempat leveling bagus begini. Andai kita datang lebih awal, mungkin sudah level 100 empat kali transformasi!"
Aku berkata: "Tidak semudah itu, sekarang ini karena sihir serangan Xue Han yang begitu dahsyat baru kita bisa membunuh dengan lancar. Kalau di masa lalu, bahkan api hantu Kakak Lin pun belum tentu memiliki daya hancur seperti ini. Lagipula dulu pertahanan kita tidak cukup tinggi, pasti tidak bisa bertahan melawan monster-monster ini. Kau tidak melihat rombongan pemain di luar sana? Meskipun mereka membentuk tim 5 orang, belum tentu aman. Kecuali diorganisir oleh guild, pasti tidak akan bisa mencapai posisi kita yang sekarang ini."
Aku mengobrol dengan Xin Yu, sementara Lu Xuehan membunuh monster dengan senyuman. Setengah jam kemudian, monster di separuh peta kecil sudah dibersihkan. Jumlah pengalaman yang didapat sudah tidak bisa kuhitung, yang jelas Xin Yu dan Lu Xuehan sama-sama naik satu level selama ini. Aku berkeliaran mengumpulkan koin emas dan perlengkapan, koin emas saja mencapai lebih dari 8000 keping yang semuanya kuserahkan ke Lu Xuehan. Untuk perlengkapan apalagi, selain equipment biru bahkan ada satu zirah ungu level 90 yang langsung kulempar ke Xin Yu. Dia bilang akan menyerahkannya ke Guozi setelah pulang. Dalam situasi saat ini, equipment ungu level 90 masih cukup langka, soalnya atribut equipment level tinggi ini jauh melebihi equipment level 70.
Selain satu perlengkapan ungu, kami juga mendapatkan 21 perlengkapan biru dan 14 perlengkapan hijau. Semua perlengkapan ini memiliki level antara 80 hingga 90, tepat sesuai dengan tahap pemain high-level mainstream saat ini. Perlengkapan hijau mungkin hanya barang-barang lapak berantakan transisi, tapi perlengkapan biru sekarang jelas termasuk kelas kakap. Atribut perlengkapan biru level 85 pasti jauh lebih kuat dibanding perlengkapan ungu level 60. Nilai perbandingan ini basically semua orang sudah paham betul.
Aku tersenyum dan berkata: "Lemparkan semua perlengkapan ini ke gudang guild saja. Lagipula kita tidak kekurangan uang segini. Lebih baik kita memberikan kontribusi lebih untuk semua orang, seperti yang dikatakan Kakak Lin, ONEFORALL... Kalimat selanjutnya apa ya? ALLFORME?"
Lu Xuehan tidak bisa menahan tawa: "Bukan, itu ALLFORONE. Bukan hanya untukmu sendiri, Lin Fan. Bahasa Inggrismu benar-benar payah～～"
Aku tertawa terbahak, memang tidak ada yang bisa dilakukan. Bahasa Inggrisku selalu payah seperti ini. Waktu itu ada teman asing berkunjung ke perusahaan kami, Xu Lin menyuruhku dan Murong Shanshan untuk menerima tamu. Alhasil, obrolan bahasa Inggris Murong Shanshan yang lancar membuatku mati-matian cemburu. Aku bahkan tidak mengerti apa yang dia bicarakan, apalagi ikut ngobrol.
Xin Yu juga berkata: "Iya, Lin Fan harus belajar lebih giat. Sebenarnya kita bisa meluangkan waktu setiap hari untuk hal-hal lain. Sekarang progres dalam game mulai berkembang stabil, tidak perlu bertarung mati-matian. Perlengkapan dan skill kita sudah jauh lebih unggul dari pemain biasa, keunggulan alami sudah terbentuk. Tidak perlu terlalu takut dilewati."
Aku segera berkata: "Baik, kau bilang bagaimana ya bagaimana. Mulai besok pagi aku janji tidak akan main game, kalau tidak di ranjang ya di luar. Hmm, ngapain ya? Bagaimana kalau ikut ujian SIM..."
Lu Xuehan langsung menyetujui: "Bagus tuh! Kalau kamu bisa dapat SIM, aku akan belikan mobil hadiah untukmu, setuju?"
Aku menengadah ke langit: "Bukannya biasanya bos yang beli mobil mewah untuk sekretarisnya? Kalau aku terima mobil dari Xuehan, sama saja aku jadi pria tampan yang hidup dari wanita dong?"
Xin Yu langsung menimpali: "Jadi gigolo enak lho! Kerjaan enggak ada, punya mobil dan rumah. Malam hari bisa tidur digendong cewek cantik kayak Xuehan. Pasti banyak yang iri MATI-MATIAN~!"
Lu Xuehan memerah wajahnya, bersuara kesal: "Siapa bilang aku mau ngelih gigolo?!"
Aku dan Xin Yu tertawa. Lu Xuehan mengabaikan kami dan berjalan mendaki bukit kecil yang dipenuhi tumbuhan merambat.
Aku segera menarik lengan Xin Yu untuk menyusul. Sebagai pendeta cantik, Xuehan tidak cocok beraksi sendirian di hutan BERBAHAYA ini.
Saat menyusulnya, Lu Xuehan terlihat terkejut menatap ke depan: "Lin Fan, lihat sana! Sepertinya banyak pemain sedang latihan leveling! Dan... mereka bukan dari Kota Bulan Perak ya?"
"Bukan pemain Silver Moon City? Siapa yang mau latihan leveling sampai ke tempat sejauh ini?"
Aku menengadah, tubuhku langsung gemetar: "Bangsat, orang-orang itu bukan orang India! Sial, pemain dari Kota Ninho India benar-benar sudah menyelinap ke wilayah Silver Moon City! Pemain yang latihan leveling di perbatasan ngapain aja sih?"
"Hah, gimana kamu tahu mereka pemain India?"
"Tentu saja, di seberang perusahaan kita kan ada studio yoga India. Waktu itu aku liat, di dalamnya ada bendera ini. Apa kalian nggak perhatikan? Nama pemain yang keluar dari domain negaranya ada bendera kecil di depan nama! Pasti niat jahat mereka. Pemain kita di perbatasan seharusnya nggak boleh biarin mereka masuk!"
Xin Yu tertawa: "Beres-beres amat sih? Pemain yang latihan di perbatasan juga nggak punya kewajiban jaga. Lagian jumlah pemainnya dikit, masa kamu takut sama mereka?"
Aku menggeleng: "Takut sih nggak, cuma monster di sini banyak banget. Gimana caranya orang-orang ini bisa lewat? Aneh sekali, level tertinggi mereka cuma 88, kok berani melawan monster level 110 ke atas?"
Lu Xuehan tiba-tiba menarik lenganku: "Liat pemain paling depan! Dia kayak pakai skill tertentu biar monster takut dan menghindar!"
Pemain paling depan itu memegang alat dari bambu, mirip alat pengusir ular yang dipakai Ouyang Feng. Monster-monster itu langsung mundur jauh begitu melihat alat itu, tidak berani menyerang.
“Sepertinya, di India memang ada skill khusus pelatih hewan yang bisa membuat ular kobra dan sejenisnya patuh pada perintah. Pemain paling depan itu mungkin memiliki job change spesial～!” Aku berkata sambil merenung. Job change tersembunyi, pemain seperti ini benar-benar langka dan sulit ditemukan.
Xin Yu bertanya: “Apa yang harus kita lakukan sekarang?”
Aku tersenyum: “Mereka menyeberang dari daerah padat monster di Qingfeng Ridge kali ini, sepertinya sengaja datang untuk eksplorasi. Mereka mengira pemain Silver Moon City tidak bisa mencapai area monster padat ini. Hmm? Arah mereka menuju markas guild kita. Sial! Jangan-jangan mereka mengincar markas guild kita?”
Xin Yu menghibur diri: “Seharusnya tidak mungkin. Markas guild kecil kita mana sepadan dengan usaha ekstra ibukota kerajaan level satu mereka? Lagipula, Kota Angin Puyuh dan markas kita sama-sama berbatasan dengan ibukota India. Secara logika, seharusnya mereka memilih Kota Angin Puyuh yang levelnya lebih rendah dulu～”
“Lupakan! Selama sebulan terakhir pihak India terus tampak gelisah. Sepertinya kali ini mereka benar-benar akan bertindak.” Aku termenung penuh ambisi, lalu berkata pada mereka: “Xin Yu, kau dan Xue Han tetap di sini. Tunggu sampai aku mengusir gerombolan pengacau ini kembali ke Kota Nino, baru kita lanjut latihan leveling!”
Lu Xuehan langsung menggelengkan kepala: “Tidak mau! Kenapa kau pergi sendirian? Apa kau takut aku dan Xin Yu akan membebanimu? Kalau ini Shanshan, pasti kau akan membawanya bersama!”
"Ini salah satu momen langka Lu Xuehan bersikap tegas," aku merasa malu lalu berkata, "Baiklah, kita pergi bersama. Tapi aku akan masuk mode Siluman lebih dulu untuk menyergap pemain job change tersembunyi yang memimpin itu. Kalian berdua langsung serang setelah aku berhasil, pakai skill area instant kill!"
Kedua si cantik langsung menyetujui.
Aku segera mengaktifkan mode Siluman, menerobos semak-semak kecil. Kelompok ini berjalan hati-hati, tapi tak menyadari musuh yang mengintai dalam kegelapan.
Pemain paling depan memegang senjata aneh, dengan sombong mengusir monster. Di belakangnya sekitar 50 orang, kebanyakan pasukan panah dan pencuri - tim pengintai tipikal.
Dengan gesit kuhampiri. Pedang Kemerahan menyambar, serpihan salju di bilahnya membekukan seluruh barisan depan termasuk si pemain job change tersembunyi. Matanya membelalak ketakutan melihatku muncul dari kekosongan.
Aku manfaatkan kesempatan ini untuk memverifikasi job-nya——
Pemain: XXX (Penari Roh)
Level: 87
Serang: ???
Pertahanan: ???
……
Data minim, tapi terungkap job-nya. Dari tampilan armor, jelas itu kain - kelemahan mematikan job change tersembunyi: skill khusus kuat tapi fisik lemah.
"Swis! Swis!"
Tak berlama-lama, dua tebasan membuat Penari Roh itu berubah menjadi cahaya putih kembali ke ibukota kerajaannya.
Para pemain India di belakang langsung panik. Bagaimana tidak, pemimpin mereka tewas seketika. Serangan mendadak yang tiba-tiba ini membuat formasi mereka kacau. Saat itu, seorang pemain paruh baya maju ke depan dan mengoceh dengan bahasa yang tidak kumengerti. Tapi jelas, dia sedang mencoba menenangkan pasukan. Pemain India di sekitarnya cepat tenang. Beberapa penyihir mulai menyerangku dengan Bola Api.
Tapi mimpi buruk sebenarnya baru saja dimulai. Tangan pemain inti paruh baya itu belum sempat turun ketika sebatang anak panah bercahaya menancap di dadanya. "Prak!" Darahnya langsung berkurang setengah. Yang lebih parah, sekitar tiba-tiba berubah ungu muda dengan pencahayaan redup. Aku sangat familiar dengan pemandangan ini. Kebetulan, saatnya melihat efektivitas Lei Dong Jiu Tian Lu Xuehan terhadap pemain.
"Cret～！"
Kilat menyambar. Kerumunan langsung berhamburan seperti panci meledak. Beberapa pemain penyihir langsung hancur menjadi cahaya putih oleh kekuatan petir. Sisanya berlarian panik. Xin Yu menggunakan Panah Meledak, menuntaskan satu per satu pelarian bertubuh ringkih. Aku tak menyia-nyiakan kesempatan emas. Dengan efek Kecepatan Pedang menyala, kecepatanku berlipat ganda. Mengejar pemain India yang lari, kuhabisi satu per satu dengan tebasan pedang yang presisi.
Skill "Lei Dong Jiu Tian" Lu Xuehan meski hanya level tiga, daya hancurnya benar-benar luar biasa. Para pemain yang sudah three-job-change ini sama sekali tidak bisa melawan dan hanya bisa kabur. Sayangnya, monster di sekitar terlalu banyak. Pertahanan mereka tidak mampu bertahan, bahkan pemain yang tidak kami bunuh akhirnya dihabisi monster dalam wilayah Tiongkok.
Kurang dari lima menit, puluhan pemain sudah ditumpas habis. Aku mengambil beberapa equipment dari tanah, ternyata semuanya bagus. Ngank equipment pemain memang jauh lebih enak dibanding ngank monster!
Melihat equipment yang baru didapat di bungkusan, aku tersenyum: "Teman-teman mancanegara ini terlalu baik! Dari jauh-datang malah membawa equipment ungu! Ini, Xin Yu ambil ini untuk diberikan ke Li Qing. Zirah kulit ungu level 85 pas bisa dipakai Li Qing!"
Xin Yu tanpa sungkan mengambil equipment itu: "Aku ucapkan terima kasih dari Li Qing. Hmph, menyumbang bunga ke Buddha, equipment ini kan Xue Han yang ngank dapat setelah membunuh pemain India~"
Aku melihat ke sekeliling monster: "Lanjut latihan leveling. Sial, teman-teman asing ini sial ketemu kita. Tapi next time mungkin susah ketemu mereka lagi. Invasi sudah sangat mendesak. Kita harus mulai merencanakan, setidaknya sebelum serangan total mereka, kita harus rebut satu kota level 2 India untuk membanggakan negara. Setuju kan?"
Lu Xuehan mengangguk berkata: "Ya, aku kemarin sudah melihat peta. Di dekat Prancis ada dua kota level 2 yang berdekatan dengan kita, skalanya setara dengan Kota Angin Puyuh. Tapi yang paling dekat dengan Kota Angin Puyuh sebenarnya adalah kota level 2 milik India bernama 'Kota yang Hilang'. Menurutku, jika kita ingin bertindak, inilah pilihan terbaik."
Aku tidak keberatan: "Baik, aku akan menghubungi Ye Qiu dan Hong Xue serta beberapa pemimpin guild lainnya. Cari kesempatan untuk rapat bersama, tentukan waktu lalu resmi melancarkan perang negara ke India. Nanti di dalam kota akan kami sosialisasikan lagi, agar guild-guild kecil juga bisa memberi kontribusi. Tapi aku tidak terlalu berharap pada mereka, pasukan utama tetaplah anggota kita sendiri. Selain itu, besok pagi aku akan ke sekolah Shanshan, lalu mendaftar kursus mengemudi. Seperti kata Xuehan, aku harus lebih maju."
Xin Yu berkata: "Bagus kalau mau maju. Sekarang waktunya fokus latihan leveling! Tidur lebih awal, setiap hari begadang terus, mata Xuehan juga sudah mulai ada lingkaran hitam."
Setelah itu, kami terus latihan leveling. Area latihan di Bukit Angin Segar memang luar biasa. Dari pinggir sampai tengah penuh monster berkumpul. Monster level 110 di bagian tengah memberi kami banyak pengalaman. Tapi semakin ke dalam ada monster level 115. Masih bisa diatasi. Ketika kami menemui monster level 120, skill Lei Dong Jiu Tian (Guntur Sembilan Langit) Lu Xuehan kehilangan daya hancurnya. Karena selisih level terlalu besar, damage-nya menyedihkan. Apalagi Xin Yu, hanya bisa mengandalkan serangan fisikku. Tapi kecepatan levelingku memang lambat.
“Jadi kami terus sibuk sampai hampir jam 12 malam, semua orang melihat sudah cukup. Latihan leveling intensitas tinggi dalam waktu lama membuat daya tahan perlengkapan saya turun drastis, sementara Lu Xuehan hampir menghabiskan setengah gudang ramuan. Dengan biaya latihan leveling sebesar ini, pengalaman yang didapat tentu sangat melimpah. Lu Xuehan dan Xin Yu naik dua tingkat sekaligus, mencapai level 97. Banyak perlengkapan baru didapat, tas bawaan saya dan Xin Yu hampir penuh. Setelah kembali ke markas, kami butuh hampir sepuluh menit untuk mengkategorikan semua perlengkapan ke gudang.”
“Lepas jam 11 malam, saya mengucapkan selamat malam pada dua MM lalu kami log off untuk tidur. Sebelum log off, saya melihat nama Murong Shanshan sudah gelap, mungkin dia sudah lama log off.”
“Setelah mandi, saya menelepon Murong Shanshan. Di sana lama diangkat, ternyata Kakao yang menjawab. Saya bertanya: 'Shanshan mana?'”
“'Shanshan pergi dengan cowok ganteng. Ada perlu?'”
“Perkataan Kakao hampir membuatku limbung. Dengan gemetar aku bertanya: 'Cowok ganteng... Kakao, cowok ganteng siapa? Mereka ke mana?'”
“Kakao terkekeh: 'Bercanda kok! Dia sedang mandi, sebentar lagi selesai. Rupanya kau cukup perhatian pada Shanshan~ Tampaknya perasaannya tidak sia-sia~'”
“Aku menghela napas: 'Kakao, jangan sembarangan bercanda seperti itu. Detak jantungku tadi sampai 200 lebih!'”
“Kakao terkikik: 'Oh~ Shanshan sudah keluar. Tunggu sebentar, kuberikan telepon padanya!'”
Beberapa detik kemudian, telepon berpindah tangan, suara manis Murong Shanshan terdengar: "Lin Fan~"
Aku merasa tulang-tulangku langsung lemas oleh panggilannya, dengan lemah menjawab: "Iya, Shanshan, ini aku~"
Murong Shanshan tertawa "Puff", lalu bertanya: "Telpon aku larut malam begini, ada perlu apa?"
"Ada. Besok pagi aku akan menjemputmu, lalu bersama-sama mendaftar SIM, bagaimana?"
"Boleh saja, tapi kamu bahkan belum punya mobil??"
"Sial, pasti ada waktunya..."
"Hehe, baiklah, besok pagi tunggu kamu sarapan bersama, ya kan?"
"Hmm, oke~"
Tewas di telepon, naik ke ranjang, berbaring diam menunggu fajar.
