Saat kami menerobos semak berduri menuju kaki gunung Kota Bulan Perak, tak ada yang menyadari keberadaan kami. Selain karena tertutup pepohonan, pemain Prancis di bawah kota terlalu fokus sehingga takkan memperhatikan situasi di belakang.
Aku melihat jam, tinggal sekitar tiga menit lagi dari janji setengah jam dengan Xu Lin. Murong Shanshan yang bersandar di bahuku berbisik: "Lin Fan, aku lapar sekali. Tak mau makan apa-apa kecuali masakan ringan... Sup tahu ikan mas, kodok tembok besi, kaki babi merah, kepiting kukus besar..."
"Bangsat, ini disebut masakan ringan?" Aku menoleh memandangnya.
Murong Shanshan tersenyum manis: "Kalau aku bilang ringan, ya pasti ringan!"
"Hehe..."
"Ngapain ketawa?"
"Shanshan, sikapmu yang tak masuk akal ini justru menggemaskan~"
“……”
Baru saja kami bicara, pintu gerbang kokoh Kota Bulan Perak tiba-tiba terbuka lebar tanpa penyamaran sama sekali.
Tiba-tiba, pemain Prancis di luar kota gempar, banyak yang mulai berdesakan masuk ke dalam kota, seolah-olah siapa yang pertama masuk akan menjadi pemilik kota ini. Mereka saling mendahului, bahkan tak segan menginjak-injak rekan di bawah kaki.
Namun pada detik berikutnya, mereka semua membeku. Setelah melihat apa yang menyambut mereka di dalam kota, keinginan untuk masuk pun sirna.
“Braak～！”
Jembatan gantung diturunkan dengan suara yang mengguncang. Derap kaki kuda mistis bergema, pasukan berkuda mistis menerjang keluar. Serangan kilat dengan kekuatan benturan dahsyat menghantam kerumunan pemain Prancis di pintu gerbang Kota Bulan Perak. Momentum serangan terus berlanjut, kavaleri menerjang kerumunan hingga terbelah. Tak terhitung pemain Prancis tewas seketika, seluruh garis pertahanan terbelah seperti kayu lapuk yang dipaksa terbuka.
Saat ini, kavaleri yang mulai menyerbu dari dalam Kota Bulan Perak bagai pisau baja penembus super yang langsung menusuk jantung kubu pemain Prancis. Kilatan lance ksatria berpendar, banyak pemain Prancis langsung tewas. Ditambah injakan kaki kuda mistis, seketika kubu Prancis pun kacau balau.
Murong Shanshan langsung berbinar: “Aku tahu maksud Kakak Lin! Dia ingin memanfaatkan serangan kavaleri untuk bolak-balik, sekaligus membawa kita kembali, benar kan?”
Aku tertawa lebar, sudah jelas sekali, bahkan orang bodoh pun bisa melihatnya.
Namun situasi tidak berjalan semulus yang dibayangkan. Ketika kavaleri baja menyerang hingga separuh jalan, akhirnya mendapat perlawanan sengit dari pihak lawan. Rupanya anggota guild besar Prancis berkumpul rapat, tembakan panah dari pasukan panah sangat padat. Meski efek pusing dari Anak Panah Gejolak kurang efektif, tetap menimbulkan masalah bagi kavaleri. Beberapa pasukan berkuda di barisan depan pingsan menjadi penghalang untuk barisan belakang. Akhirnya dengan kekecewaan, kavaleri belakang terpaksa terus menyerang, menginjak-injak bahkan rekan mereka sendiri.
"Prak-prak~"
Beberapa tembakan akurat berturut-turut menjatuhkan tiga pasukan badak berkuda di barisan terdepan. Kavaleri baja di belakang mempercepat langkah, serangan kilat mereka sampai di depan pasukan panah sebelum sempat melepaskan panah kedua. Cahaya pedang baja para ksatria berkilat, sebaris pasukan panah langsung terpenggal.
Pasukan panah di barisan belakang belum sempat merespons ketika sebaris tombak sudah mengangkat mereka serempak. Pasukan panah di barisan ketiga masih disambut pedang baja dingin berlumuran darah. Dalam sekejap, terbentuklah sungai darah. Serangan kavaleri baja terus merangsek tak terbendung menuju tepi Lembah Bulan Perak.
Sepanjang jalan, pasukan kavaleri baja terus terjatuh dari kuda. Meski serangan berkelompok mereka sangat ganas, namun tetap saja ratusan ribu pemain Prancis berjejalan seperti hamparan hitam, memenuhi seluruh ngarai. Setiap jengkal tanah dipenuhi jiwa-jiwa yang dikorbankan, jalan penyerbuan ini hampir seluruhnya diaspal dengan genangan darah.
Sebuah jalur darah membentang lurus. Terlihat ketakutan dan kekecewaan pemain Prancis sebelum tewas, kegagahan dan ketidakrela-an pemain kavaleri baja Firdaus yang Hilang saat tumbang. Pasukan kavaleri bagai batu yang dilempar ke air, mengobarkan ribuan gelombang. Seluruh tentara Prancis di ngarai bagai panci meledak, ramai-ramai menuntut operasi pengepungan terhadap kavaleri lancang ini.
Sekitar sepuluh menit kemudian, kavaleri baja akhirnya mendekati tepi ngarai dengan perjuangan berat. Saat mencapai tepi, sisa anggota tak sampai separuh. Ribuan pasukan elite kavaleri terbaring di jalan yang dilalui.
Seorang pemain Penyihir yang menghadang mulut lembah baru saja melepaskan bola api, lalu berlari ketakutan. Di belakangnya, seorang kavaleri mengayunkan pedang menembus tubuhnya. Penyihir lemah itu langsung terbunuh seketika. Sang Ksatria memacu kudanya mendekat, berkata dengan takzim: "Bos, akhirnya kalian kembali! Kami telah memimpin jalan!"
Orang itu tak lain adalah Zhangjian Xiaozhu. Wajahnya merah padam oleh pembunuhan, tampak sangat masuk dalam status tempur.
Di belakang Zhangjian Xiaozhu, deretan Kavaleri Baja menerobos kerumunan orang dengan tubuh berlumuran darah dan semangat membara. Setelah seluruh pasukan keluar dari kerumunan, mereka seketika berlari maju beberapa jarak, menarik kekang kuda lalu berbalik arah, kembali menyusun formasi serbu. Aku dan Murong Shanshan yang sigap segera menyusup di belakang pasukan kavaleri untuk menerjang ke dalam.
Kali ini aku tidak akan bertindak, berusaha meningkatkan kecepatan ke tingkat tertinggi. Kecepatan Kavaleri Baja jauh melampaui aku dan Murong Shanshan. Untuk mengalah pada kami, Zhangjian Xiaozhu di barisan depan sengaja mengurangi kekuatan serbuan. Hal ini berdampak pada Daya Hancur dan kemampuan penetrasi, tapi tidak ada cara lain. Agar aku bisa mengantarkan token Raja ke Kota Bulan Perak dengan sukses, mereka harus dikorbankan sejenak.
Sebenarnya token Raja bisa diberikan ke Zhangjian Xiaozhu untuk dibawa pulang, tapi dia tidak setuju. Dia berkata pertahanannya tidak setinggi aku, belum tentu bisa mengamankan token kembali ke kota. Sebenarnya aku mengerti, menurutnya token ini kubawa dengan susah payah dari Kota yang Hilang di India melalui pertempuran berdarah, seharusnya aku sendiri yang memasukkan ke dalam. Dengan begitu kejayaan akan menjadi milikku.
Aku juga tidak banyak bicara, niatnya baik. Lagipula, aku memang lebih mampu menanggung beban dibanding Zhangjian Xiaozhu. Jika token ada padanya, begitu dia menjadi sasaran utama, itu benar-benar akan sangat tidak aman. Orang Prancis tidak memulai perang negara ke India, memegang token pun tidak berguna. Tapi tak ada yang bisa memastikan apakah mereka sangat ingin menghancurkan urusan orang lain.
Maju terus, aku di tengah, Murong Shanshan bertugas di belakang. Ketika pemain Prancis melihat lambang token Raja di atas kepalaku, mereka semua berlari seperti orang gila. Ini menimbulkan kesulitan besar bagi serbuan kavaleri besi. Bahkan di beberapa bagian penuh sesak manusia, hampir mustahil bagi daya serbu kavaleri untuk melintas. Untungnya Zhangjian Xiaozhu cukup berani, langsung mengendalikan tunggangannya melompat, memperlakukan daging manusia seperti karung pasir, terus melesat ke depan.
8 menit yang singkat terasa sangat menyiksa. Ketika kami tiba di dekat tembok kota, kavaleri besi tidak bisa lagi menyerbu. Lebih tepatnya, jumlah kavaleri besi sudah tidak cukup untuk melakukan serangan kuat. Dari 2.500 orang lebih, akhirnya hanya tersisa belasan orang termasuk Zhangjian Xiaozhu. Mereka pun sudah dikepung rapat oleh pemain Prancis, nyawa sendiri sulit diselamatkan tapi masih mati-matian berusaha membuka jalan untuk kami.
Setelah beberapa jeritan berturut-turut, Zhangjian Xiaozhu akhirnya tewas. Yang tersisa melindungiku hanya Murong Shanshan seorang. Dengan dingin ia memegang pedang mengawasi pemain asing di sekeliling. Siapa pun yang nekat menyerang langsung menjadi poin di bawah pedangnya. Aku juga menghunus pedang besar ungu untuk pertarungan terakhir. Keberhasilan tergantung pada serangan kali ini!
Dari atas tembok, suara Ye Qiu bergema: "Seluruh anggota! Tembak musuh paling depan, buka jalan untuk Lin Fan!"
Hujan panah turun dari atas tembok, namun pemain Prancis juga mengangkat perisai mereka. Untuk sementara, Kota Bulan Perak di atas tetap tak tertembus.
Aku menarik tangan kiri Murong Shanshan, setelah menebas seorang pencuri, berlari kecil beberapa langkah ke depan. Hasilnya, di depan kembali muncul pemain musuh yang rapat seperti kawanan semut. Jumlah manusia sungguh terlalu banyak, bisa disebut selangkah pun sulit maju. Jarak ke pintu gerbang kota masih cukup jauh, dengan jumlah musuh bagai bulu sapi yang tak terhitung. Ingin mengandalkan pembunuhan langsung untuk menerobos sudah hampir mustahil. Dengan kepadatan kerumunan seperti ini, saat aku mencoba menggunakan skill menyerbu untuk maju, justru mendapat pesan: "Skillmu tidak bisa digunakan di lingkungan ini!"
Murong Shanshan juga mencoba, dia tersenyum pasrah: "Sepertinya kita hanya bisa dikalahkan melalui kelelahan di sini!"
Aku menggelengkan kepala, bertanya: "Shanshan, apakah Jurus Perang Nagamu masih bisa digunakan?"
"Hm, kemarin baru saja mengumpulkan penuh poin aura naga. Bagaimana menggunakannya? Langsung menerjang ke tembok pertahanan?" Murong Shanshan mengedipkan matanya, bertanya sambil tersenyum.
Aku mengangguk: "Ya, kita akan melakukan serangan bertahap secara mendalam. Kau buka jalan dengan semburan pedang terlebih dahulu, aku akan mengikuti pola pergerakan semburan pedangmu untuk langsung menerjang menggunakan Jurus Perang Naga. Dengan daya serang Jurus Perang Nagaku, percaya bisa menghabisi sekelompok manusia. Kau harus cepat, langsung manfaatkan kesempatan ini untuk mengunci target terjauh dengan skill menyerbu, lalu sekaligus menggunakan Jurus Perang Naga juga. Setelah tiga kali Pembunuhan Massal Seketika berturut-turut, kira-kira kita bisa mencapai sekitar 50 yard dari pintu gerbang kota. Bagaimana, punya keyakinan bisa melakukannya?"
Murong Shanshan segera mengangguk dengan manis: "Tentu saja! Kalau kau yang bilang, aku berani melakukannya. Mari mulai SEKARANG JUGA!"
Senyum manis cewek cantik itu seperti memiliki daya magis, para pemain Prancis di sekitarnya pun terpana. Banyak yang lupa menyerang, namun mereka lupa bahwa bunga tercantik biasanya berduri. Bunga putih kecil nan indah bernama Murong Shanshan ini jelas bukan sembarang bisa dipetik. Saat dia mengayunkan Pedang Penghubung Roh, barulah para pemain Prancis tersadar, tapi sudah terlambat.
“Braak!”
Cahaya semburan pedang meledak di kerumunan, langsung menewaskan banyak pemain Prancis. Lapangan kosong dipenuhi ramuan dan perlengkapan. Aku tak sempat mengumpulkan semuanya, langsung mengaktifkan skill Swordsman's Swiftness untuk berlari maju. Hampir bersamaan dengan menghilangnya cahaya pedang, aku sudah mencapai ujung area yang dibersihkan semburan pedang. Pedang di tanganku sejak tadi lari sudah mulai memadatkan energi pembukaan Jurus Perang Naga.
Bunyi “Syuuk～”!
Saat pemain Prancis melihat tubuhku bersinar keemasan, sang Naga sudah muncul tiba-tiba. Kali ini daya hancurnya lebih dahsyat dari semburan pedang. Seluruh pemain dalam area setengah lingkaran tersapu bersih, poin Perang Negara langsung melonjak drastis.
Cahaya Jurus Perang Naga belum juga pudar, sosok cantik sudah melompati tubuhku. Murong Shanshan sukses mengaktifkan skill menyerbu untuk melesat maju. Seorang penyihir malang langsung jadi target dan tewas seketika. Tubuh Shanshan pun mulai bersinar keemasan, persis seperti efek pembukaan Jurus Perang Naga yang kugunakan tadi.
Pemain Prancis yang baru saja menyaksikan daya hancur Jurus Perang Naga terpaku di tempat, dalam kepanikan mereka berusaha melarikan diri ke segala arah. Namun kerumunan yang terlalu padat membuat bahkan berjongkok pun sulit, apalagi melarikan diri.
Seluruh ngarai, termasuk Ibukota Perak, aku dan Murong Shanshan menjadi pusat perhatian semua orang dan NPC. Di momen ini, semua menyaksikan dua pemain Tiongkok terkuat yang meski dalam kondisi sangat tidak menguntungkan, tetap bertarung sengit melawan musuh dengan kekuatan mumpuni, tak gentar oleh aura lawan, apalagi berpikir untuk menyerah!
Jurus Perang Naga Murong Shanshan menghabisi seluruh musuh di depannya secara mutlak. Aku memanfaatkan kesempatan menggunakan skill menyerbu jarak ultra. Sosokku berkelebat dan tiba di area berjarak puluhan yard dari gerbang kota - lebih dekat dari perkiraan, bahkan bisa menghitung paku di pintu gerbang.
Tapi tak kusangka, di sini justru kulihat pemandangan yang paling tak kuinginkan. Penghalang terakhir ternyata pasukan kavaleri berkuda putih dengan zirah dan perisai perak seragam yang tampak perkasa. Mereka menyimpan pedang ksatria dan tombak, hanya membawa perisai - sepertinya bertahan total. Pemimpin pasukan berteriak-teriak tak karuan.
Saat itu Murong Shanshan juga telah menyapu sekelompok orang dan menyusul. Karena sebelumnya kita berdua masing-masing menghabisi banyak musuh, mungkin pemain Prancis kini menganggap kami bukan manusia biasa. Mereka mengerumuni dari kejauhan, tapi tak satu pun berani menghadapi kami.
"Aku melihat ke atas tembok kota, beberapa pemain dari Firdaus yang Hilang juga sedang memandangiku. Seorang MM bahkan menggenggam kepalan tangan sambil tersenyum padaku, seolah memberi semangat. Tapi sekarang di depan ada serigala di belakang ada harimau, sepertinya semangat sebanyak apapun tidak akan berguna."
Aku bertanya pada Murong Shanshan: "Apa yang baru saja dikatakan pria gemuk itu?"
Komandan regu Ksatria di depan meski memakai zirah, tetap terlihat gemuk karena lemak tubuhnya menyembul dari celah baju besi.
Murong Shanshan menjawab: "Dia memerintahkan bawahannya untuk tidak menyerang, tetap bertahan. Pertahanan dengan Shield Wall membuat nilai pertahanan tinggi. Membunuh mereka akan memakan banyak waktu, sementara para pemain Penyihir di belakang kita punya kesempatan menggunakan sihir untuk menghabisi kita berdua!"
"Bangsat, pria gemuk ini benar-benar licik..."
"Ini disebut licik? Ini taktik paling dasar saja..."
Saat kami sedang berdiskusi, sekelompok pemain Penyihir dari Prancis telah berkumpul di belakang, sekitar seratus orang. Ketika kami menoleh, serangan sihir pertama mereka tiba-tiba datang.
"Braak～Braak～" Beberapa ledakan kemudian, aku dan Murong Shanshan terkena langsung. Sama sekali tidak ada tempat untuk menghindar di sini, kami terpaksa menahan serangan!
Setelah satu gelombang serangan sihir, darahku turun drastis 1000+ poin. Murong Shanshan lebih parah, kehilangan sekitar 2000 poin. Bar darahnya seketika berkurang drastis. Jika terus begini, Murong Shanshan mungkin tidak akan bertahan tiga menit!
“Di atas tembok, Ye Qiu dan Hongxue panik, buru-buru berteriak ke bawah: "Cepat, keluarlah untuk menjemput mereka! Pastikan token Raja masuk dengan selamat!"”
“Bersamaan, komandan dari Prancis juga memberi perintah. Murong Shanshan berteriak ketakutan: "Selesai! Orang ini menyuruh bawahannya menggunakan perisai untuk menahan pintu gerbang, mencegah Kota Bulan Perak membuka pintu menyelamatkan kita! Aaa~~ Bajingan ini benar-benar jahat!"”
“"Aku kan sudah bilang dia itu kejam, kau tidak percaya..."”
“"Wuuwu～～ Ngomong gini sekarang buat apa? Gimana nih, lawan penyihir atau bunuh ksatria?"”
“Aku menggigit gigi: "Ksatria bajingan ini paling menyebalkan. Bunuh beberapa yang bisa, serang!"”
“Murong Shanshan seolah punya kesepahaman langsung menyerang. Hampir bersamaan kami menggempur habis-habisan. Beberapa kavaleri yang masih di atas kuda langsung terpukul mundur. Meski pertahanan mereka lumayan, darah mereka terus berkurang di bawah serangan kami. Terutama Murong Shanshan yang memegang senjata dewata - hampir setiap dua serangan bisa menghabisi satu kavaleri yang menangkis dengan perisai! Daya serang mengerikannya membuat komandan regu ksatria itu terdiam membeku!”
Situasi menjadi sangat membingungkan. Serangan inisiatifku dan Murong Shanshan membuat pasukan kavaleri sangat terjepit. Sihir dari Ye Qiu dan yang lain di atas tembok terus menghujam, memberikan tekanan besar pada kavaleri sekaligus memberi kami kesempatan bernapas. Tembakan akurat pasukan panah Silver Moon City menjatuhkan para penyihir di sekitar kami secara massal, memaksa mereka mengorganisir kavaleri bertameng untuk melindungi penyihir.
Jarak puluhan yard masih dipenuhi genangan darah. Kami terus menerus menyerang kavaleri yang mengurungkan serangan balik sambil tak henti minum botol darah. Serangan penyihir di belakang tetap ganas. Tanpa penyembuhan terus-menerus, pasti kami sudah tewas sejak lama. Meski begitu, darah kami tetap di bawah 50%. Penyembuhan pendeta di atas tembok sama sekali tak mampu menahan damage output para penyihir di bawah.
Kebuntuan ini berlangsung hampir sepuluh menit sebelum akhirnya dengan susah payah kami mencapai pintu gerbang. Aku bersandar di pintu sambil terengah-engah. Murong Shanshan jatuh ke pelukanku dengan bola api, darahnya tersisa kurang dari 10% - kematiannya tinggal menunggu waktu. Di sebelahku, pasukan kavaleri Prancis juga bersandar di pintu gerbang. Melihat mereka melepas tombak dan menggunakan perisai untuk mengganjal pintu, aku meluapkan kemarahan: "Bajingan! Kalian terlalu licik!"
Murong Shanshan juga berkata: "Benar! Bagaimana bisa ada manusia begitu sialnya!"
Orang Prancis tidak mengerti ucapan kami, mereka hanya tertawa terbahak-bahak. Para penyihir di belakang maju mendekat, bola api berkilauan di tangan mereka.
Tampaknya token Raja benar-benar tidak bisa dipertahankan. Aku dilanda keputusasaan. Tembok pertahanan Kota Bulan Perak terlalu tinggi, mustahil melemparkan token ke atas. Lagipula, Sistem tidak Izinkan melempar barang sembarangan.
Di dalam pintu gerbang kota, sekelompok kavaleri Kota Bulan Perak sedang bertarung mati-matian menghantam pintu. Namun perisai dan tombak di luar bertahan dengan kokoh, hanya terlihat pintu bergoyang tanpa tanda-tanda terbuka.
Murong Shanshan yang darahnya sudah tipis tiba-tiba tersenyum padaku: "Lin Fan, aku duluan ke plaza gerbang timur menunggumu~ Kalau token tidak bisa diselamatkan, jangan menyalahkan diri. Kita sudah berusaha maksimal～～"
Usai bicara, Anak Panah Embun Beku mengkristal di dadanya. Senyumnya membeku di udara, bayangan indahnya tiba-tiba berubah menjadi cahaya putih terbang menuju Kota Bulan Perak.
