Pemain Prancis seketika terpaku, saling berpandangan. Taktik apa ini? Kantong tinju manusia?
Tapi ketika "kantong tinju" itu bangkit kembali, mereka tak lagi berpikir begitu. Seluruh tubuh "kantong tinju" itu diselimuti cahaya oranye dan hijau kebiruan, bahkan tanpa warna ungu. Menggunakan "kantong tinju" semahal ini untuk menyerang jelas terlalu besar biayanya.
Bangkit dari tanah, baru saja jatuh dari ketinggian tembok pertahanan ke kubu musuh. HP-ku turun drastis 1000 poin darah, malah dua Penyihir di bawah kota yang kutetak langsung MATI. Tampaknya mereka memang terlalu rentan.
Aku menengadah, menuding ke atas tembok pertahanan sambil berteriak: “Siapa yang mendorongku tadi!?”
Seorang MM langsung didorong ke tepi tembok. Murong Shanshan berkata: “Lin Fan, Li Qing datang memberi tahu kita makan sudah siap banyak hidangan, eh malah kau ketabrak. Apa kita juga harus melemparnya ke bawah untuk menemanimu?”
Li Qing tak bersalah berkata: "Bagaimana aku tahu kau begitu lemah, lagipula, siapa yang menaruh sebotol ramuan merah di batu kota, sampai aku tersandung? Kalau tidak, aku takkan menabrakmu hingga kau jatuh..."
Saat itu, pemain Prancis di sekitarku sepertinya paham situasinya. Mereka mulai mendekat, penyihir mulai memadatkan bola api untuk menyerang. Melihat situasi genting lagi, mustahil seorang pemain sekalipun dengan perlengkapan hebat bisa bertahan dari serangan 100.000 musuh. Kutunjuk Li Qing sambil meratap pilu: "Bodoh Qing'er, kali ini kau membunuhku!"
Li Qing tak bisa membela diri, penuh penyesalan: "Lin Fan, maaf ya. Paling-paling... kau mau apa saja boleh~"
Ye Qiu di samping langsung berkomentar: "Usul yang bagus tuh~"
Aku dalam hati tertawa. Ye Qiu pasti tertipu oleh penampilan polos Li Qing. Kegenitan Li Qing takkan bisa dia lihat. Mungkin sekarang dia masih mengira Li Qing adalah MM imut yang polos, salah besar.
Xu Lin mendekati tembok kota: "Lin Fan, 30 menit lagi Kota Bulan Perak akan melancarkan serangan balik total. Tahan sedikit! Shanshan, beri Lin Fan Proteksi Kehidupan! Xue Han juga ke sini, kau bertugas menyembuhkan darahnya. Coba lihat apakah skill Lei Dong Jiu Tian bisa menjangkau area Lin Fan?"
Lu Xuehan mendekati tepi tembok pertahanan, mencoba sejenak lalu menggelengkan kepala: "Tidak bisa, masih kurang sedikit, skill tidak bisa diaktifkan! Tapi radius sihir Penyembuhan sudah mencapai Lin Fan!"
Xu Lin tersenyum mengangguk: "Bagus, selama kau yang bertugas menyembuhkan Lin Fan, aku tenang. Tempat ini ku serahkan padamu, aku harus turun ke bawah kota untuk mengorganisir serangan! Ye Qiu, Hong, dan Ayue, kalian ikut! Shanshan juga ikut, bukankah nanti mau ke perusahaan kami? Kalau mau lihat Lin Fan, nanti bisa tatap mapan langsung..."
Murong Shanshan berkata: "Tidak perlu, Xin Yu ayo pergi..."
……
Maka di atas tembok hanya tersisa sejajar pasukan panah yang siap menyerang, deretan pendeta, dan dua Ksatria MM berperisai yang melindungi Lu Xuehan. Kedua MM ini mencapai level 80 agak terlambat, jadi tidak mendapat kuda besi, cukup disayangkan. Kedepannya kalau ada tunggangan bagus, prioritaskan untuk mereka~
Di sekeliling, para pemain Prancis sudah mendekat dengan senyuman menusuk tulang. Di mata mereka, sepertinya Aku sudah MATI pasti!
Tapi aku tidak berpikir demikian. Hanya tiga puluh menit saja, dengan dukungan Lu Xuehan di belakang, aku tak perlu takut. Yang terpenting, saat ini aku memegang Pedang Bulu Terbang dengan fungsi menghisap darah. Setiap berhasil mengenai target akan memulihkan 3% darah sendiri. Dengan darah 16.000, berarti 480 poin darah. Efisiensi hisap darah ini membuatku tak gentar menghadapi serangan mereka. Lagipula Lu Xuehan sudah memberikanku Eternal Healing Technique.
"Auu~ auu~!"
Dua prajurit pedang membuat suara hantu sambil berlari maju, langsung melancarkan kombinasi Kombo dan Pukulan Berat. Setelah belasan kali serangan yang berbunyi Ding ding dong dong, aku melihat darahku sama sekali tidak berkurang. Tampaknya kerusakan yang mereka timbulkan sudah diabaikan berkat regenerasi darah yang terus menerus. Kedua prajurit pedang itu pun terpaku, salah satunya menggeram sambil menerjang, mengayunkan pedangnya ke arah kepalaku.
Aku menyeringai dingin, mengayunkan Pedang Bulu Terbang dengan cepat. Seberkas cahaya putih melesat, dan prajurit itu perlahan roboh. Helm VR-nya terbelah dua, menunjukkan tingkat ketajaman Pedang Bulu Terbang yang melampaui perkiraan.
Prajurit kedua yang melihat rekan satu timnya terbunuh seketika langsung menyerang dalam kemarahan. Tapi pedangnya hanya sempat bergerak setengah jalan sebelum mandek. Melihat ke bawah, Pedang Bulu Terbang sudah menembus dadanya. Zirah prajurit hancur berkeping, berjatuhan ke tanah.
Saat ini aku merasakan campuran kejutan dan kekaguman. Meski bukan ahli top, level kedua prajurit ini cukup tinggi - satu level 92 dan satu level 94, termasuk pemain kelas menengah atas. Perlengkapan mereka yang memancarkan cahaya ungu berkilauan pasti membuat mereka bisa menguasai segalanya di kalangan pemain biasa.
Tapi di bawah Pedang Bulu Terbang, mereka bahkan tidak bisa bertahan satu ronde sebelum terbunuh seketika. Daya serangku sekarang sudah mencapai tingkat yang keterlaluan, bahkan aku sendiri merasa ini mulai mengganggu keseimbangan game.
Melihat pemain Prancis yang berdatangan bagai banjir di depan mata, tiba-tiba aku merasa ketidakseimbangan ini justru baik. Bukankah bermain game bertujuan untuk merasakan heroisme seorang diri melawan ribuan pasukan? Sekarang dengan kekuatan seperti ini, aku tak boleh menyia-nyiakan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan, atau itu akan menjadi pemborosan bagi Pedang Bulu Terbang yang saat ini merupakan senjata magis nomor satu di Yueheng!
Memikirkan ini, aku tak bisa lagi menjaga profil rendah. Dengan menyeret pedang, aku langsung menerjang ke kubu pemain Prancis, menebas dan membantai dengan garang. Yang mengejutkan, setelah Pedang Bulu Terbang benar-benar kugunakan untuk MEMBUNUH, bulu-bulu cahaya pedang di sekitar bilahnya tiba-tiba beterbangan. Mereka menari-nari dalam radius lima yard di sekeliling tubuhku, namun tarian ini penuh darah! Banyak pemain terkena sasaran tepat di titik vital oleh bulu-bulu terbang itu, tergeletak sambil menjerit kesakitan. Para Penyihir dan pencuri dengan darah tipis langsung tewas seketika oleh semburan cahaya berbentuk bulu ini.
Baru sekarang aku benar-benar mengerti mengapa dinamakan Pedang Bulu Terbang. Rupanya "bulu terbang" ini sendiri adalah semburan pedang pembunuh, jenis yang mirip dengan teknik melempar daun dan bunga terbang!
Maka di bawah kota terjadi kegemparan besar dalam radius kecil, para pemain Prancis di sekitarnya terus berdesakan mendekat, tetapi tewas dengan cepat. Bulu-bulu terbang halus itu bagai jarum racun yang mematikan saat menyentuh darah. Bahkan ksatria full HP pun kehilangan lebih dari separuh darah mereka setelah tersapu bulu terbang. Pemain yang berhadapan langsung denganku lebih menderita lagi - begitu kena Pedang Bulu Terbang, pasti MATI seketika. Mungkin karena efek senjata dewata, kemungkinan aktivasi Pedang Es Misterius juga meningkat drastis. Rata-rata setiap 10 serangan bisa mengaktifkannya sekali, setiap aktivasi menciptakan gejolak besar. Kerucut es biru menusuk dan melempar para pemain Prancis ke udara seperti tusuk sate.
Dengan cepat, area segitiga kecil terbentuk di sekitarku. Setiap pemain Prancis yang masuk ke zona ini nyaris pasti langsung teleportasi ke kota untuk hidup kembali. Perlengkapan dan ramuan bertumpuk-tumpuk di tanah bagai lapisan karpet.
Setelah sekitar dua puluh menit, tak ada lagi pemain Prancis yang berani bertarung jarak dekat. Mereka mengganti formasi dengan pasukan panah dan penyihir untuk serangan jarak jauh. Cahaya Anak Panah Gejolak nyaris tak pernah berhenti. Tapi saat ini levelku sudah 106. Terhadap Anak Panah Gejolak dari pemanah level 90-an, aku sudah banyak kebal. Ditambah perbedaan atribut yang besar, hasilnya mereka butuh beberapa menit baru bisa memingsankanku sekali. Serangan biasa? Hampir tak ada pemanah yang bisa mengurangi darahku lebih dari 50 poin.
“Kerusakan sihir Bola Api dari Penyihir juga berkurang lebih dari setengah oleh Pedang Bulu Terbang, tapi serangan massal para Penyihir tetap membuatku pusing. Sebelum Eternal Healing Technique menghilang, dengan terjatuh dan terbentur-bentur aku berlari ke bawah tembok pertahanan. Lu Xuehan yang melihatku kembali dengan darah tipis hanya bisa antara ingin tertawa dan menangis, akhirnya membantu memulihkan darahku hingga penuh, dan Eternal Healing Technique juga diupdate sekali.
Setelah darahku pulih sepenuhnya, aku segera berbalik ingin bertarung lagi. Tapi saat itu aku melihat kejadian yang sangat mengejutkan - kerumunan pemain Prancis yang sebelumnya ramai dan padat itu tiba-tiba menjadi sunyi. Lebih lagi, kubu yang tadi kuterobos tidak menutup, malah terpisah lebar. Di ujungnya, terlihat barisan kavaleri berbaju perak rapi sedang bersiap. Target mereka jelas sekali - akulah satu-satunya pemain Silver Moon City di bawah kota...
"Sial! Masa untuk satu orang saja mereka mengorganisir serbuan?" kukutuk dalam hati.
Seorang pasukan panah dari Firdaus yang Hilang di atas tembok berkata: "Bos Lin Fan, bagaimana kalau kau aktifkan skill pertahanan dan teleportasi ke kota?"
Melihat sikap angkuh kavaleri Prancis itu, tak tahan lagi aku marah: "Tidak bisa! Orang Prancis ini benar-benar mengira kavaleri mereka tak terkalahkan di darat? Hmph! Menginjak-injak ibukota level 2 Vietnam bukanlah prestasi! Hari ini ayah harus menghancurkan mitos tak terkalahkan kavaleri Prancis, tunjukkan bagaimana seorang Pedang Tiongkok bisa menghabisi satu Resimen Kavaleri mereka!"
Dengan Pedang Bulu Terbang di tangan, keyakinanku melambung ke puncak tertinggi!
“Pasukan panah itu tertegun sejenak, berkata: "Baiklah. Hati-hati, pasukan Silver Moon City akan sepenuhnya keluar kota dalam beberapa menit, kau harus bertahan!"
Aku tersenyum, Lu Xuehan juga berkata dengan manis: "Semangat, Lin Fan!"
Kata-kata Lu Xuehan membuat keyakinanku semakin bertambah. Setelah memeriksa perlengkapan yang masih memiliki daya tahan di atas 90%, biarkan mereka menyerbu beberapa kali pun tak masalah!
“Braak～!”
Formasi kavaleri mulai bergerak. Jumlah mereka cukup banyak, gemuruhnya mengguncang langit-bumi, diperkirakan sekitar 2000 pasukan. Untuk seorang Pendekar, mereka mengerahkan serangan besar-besaran ini, rupanya mereka sangat menghargai kemampuanku!
Namun pasukan kavaleri ini sangat elit. Hanya dari perlengkapan mereka saja sudah membuatku menarik napas dalam-dalam. Beberapa barisan depan setiap ksatria setidaknya memiliki 50% equipment ungu, bahkan dua diantaranya sudah memiliki perlengkapan oranye. Pasukan berkuda dengan perlengkapan sehebat ini, daya serangnya pasti sangat mengerikan!
Debu beterbangan di ngarai. Pasukan kavaleri dalam sekejap sudah sampai di depan mata. Dengan kesombongan mereka menghunus pedang besar dan mengayunkannya di udara, beberapa lainnya membawa tombak siap untuk menusukku secepatnya.
Pihak Silver Moon City sunyi sepi. Hampir semua orang menahan napas dan membelalakkan mata menyaksikan pemain peringkat Level Tertinggi Dunia melawan serbuan kavaleri tak terkalahkan di fase ini. Kedua belah pihak hampir menghentikan serangan, fokus Perang Negara pun berubah menjadi duel antara Pendekar melawan Pasukan Berkuda.
“Seorang kavaleri memeluk tubuh kuda perang, merendahkan badannya, memegang tombak dengan satu tangan, lalu menusuk dengan garang.”
“Aku tenang menganalisis semua perubahan kecepatan, berusaha tetap kalem. Perlahan, kecepatan para pemain seolah melambat. Di dalam game, indera mengalami perubahan yang sangat tegang. Mungkin memang kecepatanku meningkat drastis karena Pedang Bulu Terbang, hingga para ksatria itu terlihat tak jauh lebih cepat dari kavaleri gajah yang lamban di mataku.”
“Krak~”
“Suara retakan nyaring terdengar. Pedang Bulu Terbang menggoreskan pola indah di udara, bersamaan dengan sebatang tombak dan lengan terpotong yang melayang. Kavaleri yang mencoba menyerangku itu menjerit kesakitan menyayat hati di atas pelana. Karena kesakitan luar biasa, tubuhnya segera terjatuh dari kuda dan berubah menjadi cahaya putih kembali ke kota.”
“Dang~”
“Tombak kedua mendarat tepat di zirah dadaku. Tapi saat itu aku sudah melompat ke udara, menubruk kavaleri itu dengan kekuatan tubuh sepenuhnya. Sang ksatria terkejut, mencengkeram tali kekang kudanya erat. Namun kekasarku luar biasa besar, hingga berhasil menjatuhkannya dari pelana. Tali kekang terlepas, kuda perang kabur, sementara ksatria itu sudah kugenggam. Pedang Bulu Terbang menghunjam tanpa ampun, sebuah kepala menggelinding jauh.”
“Aku sama sekali tidak menyangka daya hancur Pedang Bulu Terbang sebesar ini, dan efek permainan saat membunuh begitu kejam, namun sekaligus terasa nyata. Jantungku berdebar tak terkendali karena kegirangan. Tanpa sadar aku mulai bertanya-tanya: jangan-jangan aku mulai menjadi mesum, sialan?”
Gempuran resimen kavaleri baru saja dimulai. Pasukan berkuda di belakang dengan cepat menyusul, hampir beberapa bilah pedang tajam menyambar ke arahku secara bersamaan. Serangan mereka tidak terlalu kukhawatirkan. Aku melesat maju menantang arus, lengan kiri diangkat ke atas kepala. Setelah bersilangan, beberapa bilah pedang besar menghantam zirah bahuku dan terpental. Tapi Pedang Bulu Terbangku tak tinggal diam, dengan gerakan ringan menyapu ke kiri-kanan. Seketika dua prajurit kavaleri terjungkal dari kuda. Saat jatuh ke rumput, nyawa mereka tinggal separuh. Mereka mencungkil pedang dan hendak kabur, tapi diinjak-injak sampai MATI oleh kaki kuda mistis kawan seperjuangan yang datang silih berganti.
Setelah rentetan jeritan kesakitan, gelombang kavaleri berikutnya tiba dengan kecepatan luar biasa. Saat kaki kuda perang mistis itu hendak menginjakku, aku bahkan tak sempat menghindar. Bersamaan, pengawal prajurit ini juga telah mengayunkan tombak panjang ke arahku.
Melihat tak bisa menghindar, aku menggigit gigi, kedua tangan erat mencengkeram Pedang Bulu Terbang, tubuh merendah lalu menyapu horizontal!
Cahaya Pedang Bulu Terbang berpendar terang. Hanya terdengar "Puff~!" Telapak tanganku seperti mendapat Pukulan Berat. Tapi di depan mata, bayangan besar pun terlempar ke belakang!
“Braak~!”
Semua orang mengeluarkan jeritan kaget, serbuan kavaleri level 90 itu ternyata berhasil dipukul mundur secara paksa!
Bahkan pemain yang bertahan di atas Kota Bulan Perak menepuk paha sambil berteriak: "Sial! Masak ada kejadian kayak gini! Lin Fan ini manusia atau bukan sih, kok bisa mesum begini!?"
Pasukan kavaleri Prancis itu pun terkejut bukan main. Kuda perang yang kubanting bersama penunggangnya itu menimpa dua kawan mereka sendiri, sekaligus mengacaukan formasi serangan kavaleri berikutnya.
Serbuan kavaleri yang menyusul jadi lebih mudah dihadapi karena kecepatannya berkurang. Pedang Bulu Terbang menari-nari di tanganku, skill Pukulan Berat dan Kombo kulepaskan tanpa basa-basi. Kekuatanku sekarang sudah cukup untuk melawan serbuan mereka, jadi tinggal fokus membanting penunggang kuda itu. Kuda perang mereka terlalu besar, mengusirnya hanya akan menghabiskan stamina. Sudah seharian belum makan, mana ada tenaga untuk pekerjaan fisik begini?
Meski begitu, seluruh formasi serangan kavaleri sudah kukacaukan sendirian. Banyak kuda perang terlempar oleh energi Pedang Es Misterius, malah nyelonong ke kubu pemain Prancis sendiri. Serbuan yang tak terkendali itu menimbulkan banyak korban salah target, disusul hujatan "Sial!" yang bergema di mana-mana.
Aku tertawa lebar, berbalik dan berlari maju. Pedang Bulu Terbang mengayun "Swoosh swoosh" menumbangkan beberapa kavaleri dari kuda. Pasukan berkuda di belakang masih menyerbu, tapi kesabaranku sudah habis menunggu kedatangan mereka. Kalau kalian malas menyerang, biar aku yang menggoyang formasi kalian!
Di situasi normal, tindakanku ini sama saja mencari MATI. Membandingkan kecepatan dengan kavaleri hampir mustahil. Tapi hari ini berbeda. Pedang Bulu Terbang sebagai senjata dewata menengah ini membuktikan keunggulan mutlak. Pesona perlengkapan high-end terpancar jelas. Meski kavaleri punya skill menyerbu yang dashyat, dengan peralatan langka dan senjata tingkat dewa, aku bisa mengobrak-abrik mereka!
Seorang Pedang yang belum empat kali transformasi nekat menyerbu formasi kavaleri lawan? Sungguh dongeng khayalan! Tapi para pemain di Kota Bulan Perak semuanya mengacungkan jempol. Menurut mereka, keberanianku sudah melampaui level normal.
Skill Swordsman's Swiftness telah aktif. Bonus 60% kecepatan gerak dan serangan selama dua menit ini sangat berharga. Dengan dukungan skill mesum ini, kecepatanku menyamai kavaleri Prancis yang sedang menyerbu. Seluruh tubuhku bagai bayangan biru yang melesat di belakang formasi kavaleri. Setiap kilau cahaya Pedang Bulu Terbang langsung mencabut nyawa ksatria elite Prancis.
Serangan balik yang gila berlangsung hampir dua menit, ketika aku berhenti untuk mengambil napas, kudapati pasukan kavaleri dua ribu orang ini sudah tewas hampir sepertiganya di bawah Pedang Bulu Terbang. Formasi serbu yang semula rapi kini kacau balau, serangan lanjutan mereka pun terlihat sangat lemah.
Perasaan puas menyelimutiku, aku memandangi hasil karyaku dengan kuminati.
Tiba-tiba, cahaya keemasan yang menyilaukan menyambar dari belakang kepala! Empat prajurit kavaleri menyerang bersamaan! Cahaya itu berasal dari pedang besar mereka, bilah cahaya panjang membelah rerumputan dan menyambar turun ke tubuhku.
"Puff~!"
Tubuhku terguncang hebat, mundur beberapa langkah tanpa kusadari. Ketika kuperiksa darahku, ternyata tersisa kurang dari sepertiga!
Skill yang mereka gunakan tadi tak lain adalah—
Cahaya Suci Menghunus!
