Konsekuensi terburuk muncul!
Wanita ksatria itu meraih tombak yang menancap di antara dada montoknya, senjata itu seolah tertarik magnet sehingga tak bisa kukendalikan lagi. Terpaksa kulepaskan.
Dengan gesit wanita ksatria itu menyelinap di kerumunan. Rencananya berhasil! Tombak setidaknya tingkat Sub-Tuhan akhirnya kembali ke tangan Tuan aslinya!
Pemain Prancis berbondong-bondong maju melindungi tuannya. Dengan terpaksa kuterus bertahan, beruntung ada penyembuhan Lu Xuehan di belakang. Untuk sementara belum kalah, setidaknya beberapa pemain kuat lawan berhasil kupukul mundur. Mungkin mereka takkan kembali bangkit dalam waktu dekat.
Soal wanita ksatria misterius itu, lebih baik diselidiki setelah perang negara. Taktiknya sangat inovatif, sama sekali tak menghargai kejayaan ksatria - bahkan senjata bisa dengan mudah direbut orang, Segalanya hanya demi kemenangan. Lawan seperti ini sangat menakutkan. Kecepatannya mengganti senjata membuatku curiga apakah dia pakai cheat.
Tapi di Yueheng belum ada konsep cheat untuk saat ini, ini cukup melegakan.
Melihat jam, sudah pukul 8 malam lebih. Dari pagi masuk game sampai sekarang belum makan-minum. Pemain Silver Moon City yang masih mengorganisir perang negara mungkin sama sepertiku. Pasti semua kelelahan karena perang negara ini!
Menoleh melihat pintu gerbang Kota Bulan Perak, mengapa pasukan serangan balik yang diorganisir Xu Lin dan Murong Shanshan belum juga keluar? Apakah benar-benar harus menunggu hingga lentera minyakku habis?
Sementara aku bergumam, pintu besi raksasa Kota Bulan Perak tiba-tiba terbuka perlahan. Sinar keemasan matahari yang menyembul dari celah pintu menyilaukan mata. Tak lama kemudian, derap kaki kuda yang menggema menggetarkan bumi, tabuhan genderang perang akhirnya bergema. Baik pemain maupun NPC, pasukan gabungan itu membanjir keluar dari gerbang kota yang lebar. Bahkan dari arah Kota Angin Puyuh di kejauhan, terlihat titik-titik kavaleri yang sedang melesat mendekat.
Di atas tembok, Lu Xuehan tersenyum manis dengan lesung pipit: "Akhirnya datang! Kota Naga Bulan telah menepati janji menyelesaikan musuh di luar Kota Angin Puyuh. Sekarang, satu-satunya musuh kita hanyalah pasukan Prancis di Ngarai Bulan Perak ini!"
Aku juga merasakan gejolak dalam hati. Sekarang situasi memang lebih tenang. Kualitas dan jumlah pemain Kota Bulan Perak tak perlu diragukan. Meski pasukan Prancis ini telah mengerahkan semua pasukan elite dari Kota Lingtong, jumlah mereka yang berlipat ganda pun tetap takkan cukup untuk dibantai.
Suara kicau burung bersahutan. Beberapa titik hitam muncul di angkasa, datang dari Istana Kerajaan Kota Bulan Perak. Mataku menyipit mencoba melihat jelas - ternyata itu adalah Ksatria Griffin hasil latihan Kota Bulan Perak sendiri!
Di tengah derap genderang perang, tak terhitung jumlah pasukan kavaleri yang keluar kota. Bahkan pemain mulai melompat dari tembok pertahanan untuk ikut bertempur. Beberapa pemanang berteriak "ICANFLY" saat melompat, tapi saat mendarat nyaris separuh MATI. Untung pasukan Prancis di tepi kota sudah dipukul mundur, kalau tidak sentuhan ringan musuh pun bisa membunuh mereka.
Pasukan kavaleri penyergap Kota Bulan Perak masih dipimpin oleh pasukan besi Firdaus yang Hilang sebagai lokomotif. Pasukan kavaleri di belakang mulai menyebar, aura mengintimidasi mereka menghujam ke segala penjuru musuh. Di udara, Ksatria Griffin elite Kota Bulan Perak menebar deterensi besar. Prajurit berhidung besar yang belum pernah menghadapi situasi seperti ini langsung porak-poranda, semangat tempur mereka ambruk dalam sekejap.
Butuh sekitar setengah jam sebelum semua kavaleri Kota Bulan Perak keluar kota. Menyusul kemudian pemain non-kavaleri yang keluar semata untuk membersihkan Medan Perang. Kini kubu Prancis di ngarai sudah hancur berkeping-keping. 50 buah Ksatria Griffin di langit bagai sedang membantai para bule ini, sekaligus mengingatkan: "Kalau mau mengincar Kota Bulan Perak, ukur dulu kemampuan sendiri!"
Setelah membunuh pemain Prancis terakhir di sekitar, akhirnya aku tak tahan lagi. Aku duduk terkulai di bawah kota, nyaris pingsan kelelahan. Hampir seluruh tenaga dalam tubuh ini hilang.
Di sekeliling sudah tidak ada pemain Prancis yang berani mendekat untuk MATI di sini. Pemain Kota Bulan Perak yang lewat juga melontarkan pandangan ramah padaku, bahkan Kuang Jian pun melintas sambil berkata: "Berani duel satu lawan satu melawan begitu banyak orang Prancis, kau memang hebat..."
Kuang Jian pergi, tiba-tiba bayangan cantik Murong Shanshan muncul di kejauhan. Ia melihat ke sekeliling seolah mencari sesuatu, tapi jumlah pemain terlalu banyak ditambah debu yang ditinggalkan kavaleri, sulit baginya untuk menemukanku.
Aku terpaksa mengangkat Pedang Bulu Terbang dan menghantam udara dengan Pukulan Berat. Cahaya merah dari pukulan itu ditambah kilau pedang segera menarik perhatian Murong Shanshan. Ia tersenyum lalu berlari mendekat dengan lincah.
Aku masih duduk di pinggir tembok pertahanan, memandang Murong Shanshan sambil tersenyum: "Shanshan, apa yang kalian lakukan di dalam? Sudah kubilang setengah jam, aku hampir satu jam menunggu di sini. Apakah kau sangat ingin melihat aku MATI?"
Murong Shanshan berjongkok di depanku, mengeluh: "Aku dituduh sembarangan~ Kakak Lin yang memerintahkan untuk mengumpulkan semua kavaleri dulu sebelum menyerang. Kalau tidak, aku sudah lama menyelamatkanmu~"
Begitu dia berkata, aku langsung merasa malu. Murong Shanshan tersenyum manis dan melanjutkan: "Aku akan menemanimu istirahat sebentar. Lagipula, sekarang ini adalah era Penyihir dan pasukan panah. Sebagai Pedang, aku tidak bisa merebut banyak poin Perang Negara di sana. Biarkan mereka yang bertarung. Oh ya, tentang merebut kembali markas Firdaus yang Hilang, aku sudah bicara dengan Kakak Lin. Setelah mengusir si Hidung Besar dari lembah ini, kita akan bergerak ke barat untuk merebut kembali markas Firdaus yang Hilang. Tentu saja, katanya cukup membersihkan semua pemain Prancis di dalam markas, maka wilayah itu akan kembali menjadi milik Firdaus yang Hilang."
Sambil berbicara, Murong Shanshan duduk di sampingku dengan sengaja memilih batu kota yang bersih. Aku ingat, batu ini sebelumnya dilempar oleh saudara sekutu di atas tembok untuk menghajar orang Prancis, tapi nyaris saja membunuhku.
Aku berkata: "Kita tidak perlu ikut campur dalam urusan merebut kembali markas. Lagipula Prancis sudah kalah telak. Bahkan NPC Kota Bulan Perak akan membantu kita merebutnya. Selain itu, pemain di bawah level 80 di Kota Bulan Perak tidak terlibat langsung dalam pertempuran Kota yang Hilang. Jika kita serukan, pertahanan bisa kita percayakan pada mereka tanpa masalah."
Murong Shanshan mengangguk sambil tersenyum: "Iya, kita tidak perlu terlalu banyak ikut campur. Aku sudah berpesan pada Nian Shao Qing Kuang untuk memantau perkembangan markas Firdaus yang Hilang. Bahkan tanpa bantuan pemain dan NPC itu, kekuatan online Pedang & Mawar sudah cukup untuk membantu kalian merebut kembali!"
“Hmm, Shanshan ada di sini benar-benar menyenangkan… Makan malam bisa lebih tepat waktu…” Aku bersandar di tembok pertahanan, lemas tak bertenaga. Setelah dipaksakan melawan beberapa Ksatria, kekuatan terakhir di tubuhku pun terkuras habis. Intensitas game yang terlalu tinggi membuat mental dan fisik terkuras, setelah Perang Negara memang sebaiknya beristirahat dengan baik.
Tak lama kemudian, Lu Xuehan dan Xin Yu juga menemukanku. Mereka berpura-pura ingin mengobrol bersamaku di bawah kota yang berangin dingin ini. Kukatakan: “Xuehan, kamu dan Xin Yu adalah pemain dengan kerusakan area, sekarang saatnya membunuh musuh untuk mendapat pengalaman terbanyak. Jangan sia-siakan kesempatan baik ini!”
Lu Xuehan tersenyum menjawab: “Tidak perlu. Saat menyerahkan token tadi, aku sudah mendapat terlalu banyak poin Perang Negara. Saat menerima reward Perang Negara nanti, aku tak tahu berapa banyak pengalaman yang akan kudapat～”
Kupikir juga begitu. Poin Perang Negara Xuehan sekarang menempati peringkat pertama, melebihi peringkat kedua berkali-kali lipat. Setelah Perang Negara, levelnya mungkin akan lebih tinggi dariku.
Xin Yu juga sama sekali tidak peduli dengan poin-poin itu, lalu duduk di sampingku.
Empat orang saling pandang, bingung harus mengobrol apa. Pemain Silver Moon City yang lewat hanya melirik sudut kecil kami. Awalnya melihat beberapa MM cantik berkumpul terasa penuh kebahagiaan, tapi setelah melihat nama-nama mereka, keberanian untuk menyapa pun hilang. Setidaknya, semua masih punya sedikit kesadaran diri. Kehebatan Murong Shanshan bahkan membuatku merasa inferior, apalagi para pemain yang tidak terlalu sukses di game ini.
Setelah lebih dari 2 jam, pemain Prancis di lembah telah dibersihkan sebagian besar, di mana sekitar 70% terbunuh menjadi poin, 20% menggunakan skill teleportasi ke kota, dan sebagian kecil tersisa melarikan diri ke wilayah Kota Bulan Perak. Saat ini, istana kerajaan Kota Bulan Perak telah mengirimkan sejumlah besar NPC untuk memburu para pemain ini.
Xu Lin kembali dan melihat kami sedang menikmati pemandangan Medan Perang. Dia berkata: "Shanshan bisa membawa kakao ke perusahaan kami untuk makan malam. Semuanya sudah diselesaikan. Ketika kau datang, kita langsung makan. Bagaimana, masih ada tenaga untuk menyetir ke sini?"
Murong Shanshan tertawa: "Asal memikirkan makan, aku pasti punya tenaga～"
Xu Lin tersenyum mengangguk. Kemudian Murong Shanshan memberi instruksi kepada anggota tim utama guild sebelum log off.
Xu Lin berkata: "Guozi bersama Tak Pernah Menyerah sedang membersihkan orang-orang di markas guild kita. Kira-kira setengah jam lagi selesai. Setelah itu, aku sudah memberikan Guozi beberapa juta keping emas untuk membeli NPC defensif sebelum melepas NPC produksi di markas, sebagai persiapan darurat."
Aku mengangguk: "Bagus, log off! Urusan detail kita bicarakan besok. Sekarang kita cuma perlu makan enak, mandi, dan tidur sampai siang! Dua hari ini Xue Han dan Xin Yu sudah bekerja keras～"
Lu Xuehan dan Xin Yu sama-sama tersenyum bilang tidak apa. Xu Lin bertanya: "Kenapa tidak menghiburku yang lelah?"
Aku terkejut: "Kau ingin dihibur seperti apa?"
Di samping, Li Qing datang dan berkata dengan santai: "Apa lagi? Cuma memberinya makan, melakukan pijat dari lawan jenis, kalau perlu mengenal lebih dalam, sekalian menambah poin hubungan juga~"
Xin Yu tak tahan dan menyeringai dingin: "Mengenal lebih dalam? Cara seperti apa?"
Li Qing hendak bicara lagi, tapi Xu Lang segera menghentikannya, lalu berkata pada Xin Yu: "Jangan overthinking, aku tak akan merebut separuh Lin Fan-mu..."
Aku berkata: "Iya, Xin Yu tenang, aku nggak tertarik sama bos. Kalau tengah malam pas lagi asyik-asyiknya tiba-tiba dia ngotot pakai status dan nggak mau lanjutin, kan bisa bikin nyawa melayang?"
Xin Yu melirikku kesal: "Log off sana, nenek MATI kelaparan!"
Beberapa MM pun berturut-turut log off, tinggal Murong Shanshan yang masih bersandar di tembok pertahanan, berkedip-kedip memandangiku.
Aku mendekat, memegangi bahu kecilnya: "Shanshan, kenapa belum log off? Cepat datang makan. Malam ini jangan balik ke asrama, tidur di perusahaan saja~"
Murong Shanshan ragu sejenak: "Kalau Keke gimana?"
"Suruh tidur sama Wang Xue. Lagian kamar Wang Xue ada dua ranjang. Atau... berdesakan sedikit denganmu juga gapapa, ranjang di kamarmu kan gede..."
Murong Shanshan tersenyum tipis: "Berarti, saat aku tidak ada, kamu pernah ke kamarku ya?"
Aku tertegun, cengar-cengir canggung: "Iya, lihat tante lagi bersih-bersih di sana, sekalian melongok, sekalian merapikan beberapa barangmu."
“Murong Shanshan sepertinya sedang memikirkan sesuatu, tersenyum ringan sambil berkata: "Aku akan segera log off, pergi bersama kakao. Ingat tunggu aku ya~”"
“Baik.”
……
Melihat bayangan Murong Shanshan perlahan menjadi transparan, barulah aku tenang untuk log off. Sebelum log off, di daftar teman terlihat Ye Qiu dan Kemerahan masih bersemangat enggan log off. Ayue juga telah menyerahkan urusan pada manajemen Tim Violet, lalu beristirahat. Kira-kira yang masih online sekarang hanyalah para pemain hardcore dengan daya tahan tinggi.
Setelah log off, badan terasa pegal karena terlalu lama berbaring. Saat membuka pintu, di luar sudah gelap gulita, hanya lampu halaman perusahaan yang berkedip redup.
“Hah, Lin Fan kau juga keluar ya?”
Dari samping terdengar teriakan girang Xin Yu. Kulihat ke belakang, Xin Yu sedang mengeringkan rambut basahnya dengan handuk. Tetesan air bening jatuh dari ujung rambut ke dadanya, membasahi kemeja putih hingga membayangkan kulit menggoda di baliknya. Belum lagi, kancing bajunya hanya terkait sampai yang ketiga dari atas, memperlihatkan lekuk dada montok yang membuat air liur meleleh.
Aku refleks mengusap air liur. Xin Yu segera berlari kecil mendekat, berbisik sambil tertawa: “Bagaimana? Indah kan?”
“Indah...indah~” Mataku terpaku pada dadanya: “Xin Yu, kalau diganti dua kukusan kecil putih, pasti lebih menggoda lagi~”
Xin Yu melirik genit: “Masih kalahkah pesonaku dengan dua kukusan?”
Aku tersenyum kecut, mengulurkan tangan merangkul bahu Xin Yu, berkata: "Hari ini kau juga online seharian, pasti capek kan? Besok pagi tak usah buru-buru bangun, tidur sampai siang saja, tunggu Matahari menyinari pantat baru bangun. Aku yang akan belikan sarapan, setelah bangun langsung datang ke kamarku untuk makan. Besok pagi aku juga tidak masuk game, cuma buka-buka web untuk istirahat. Kurasa, sekarang ini perang negara di Kota Bulan Perak juga sudah selesai~"
Xin Yu tersenyum riang: "Bagus, urusan Kakak Lin kau perhatikan sedikit. Perusahaan akhir-akhir ini juga cukup sibuk. Aku dan Xue Han terlalu banyak menghabiskan waktu di game, pasti Kakak Lin kewalahan mengurus di dalam dan luar game~"
Aku berkata: "Siapa yang bisa disalahkan? Dulu aku pernah menyarankannya untuk membentuk beberapa bos tingkat tinggi sebagai Kepala Divisi, tapi dia ngotot mengira diri sebagai Superman tenaga, mengerjakan semuanya sendiri. Tidak capek baru aneh. Kalau mau meminta bantuan kami, mungkin harus menunggu sampai game Yueheng mengalami kemunduran dulu."
Xin Yu bersandar di dadaku, tersenyum tipis: "Ini juga bukan salahnya. Kakak Lin memang tidak percaya pada beberapa Kepala Divisi yang baru datang. Kami belum lama bergaul, dan cara merangkul hati anggota juga belum tentu bisa membuat mereka loyal sepenuh hati. Sebenarnya Xu Lin juga bimbang, kau kira dia tidak ingin main game bersama kita setiap hari? Dua hari lalu aku masih mendengarnya menggerutu, bilang sudah lama tidak berburu monster, latihan leveling, dan mengerjakan tugas bersama kita. Persis seperti istri yang menggerutu di kamar~"
"Aku tak bisa menahan tawa: "Apakah Kakak Lin benar-bilang begitu? Haha, kalau begitu setelah perang negara selesai, kita delegasikan sebagian hak perusahaan, beberapa dari kita bisa kerjakan tugas bersama. Benar juga, kalau terus latihan leveling terpisah-pisah begini, studio Qingcai kita bisa tinggal nama saja. Tanpa daya pemersatu memang tidak bisa!"
Xin Yu mengangguk, melipat lengan kemejanya: "Barusan Guozi cek ke kantin, katanya makanan sudah hampir siap. Tinggal tunggu kita. Apa kita tunggu Murong Shanshan dulu?"
"Tunggu saja. Jangan sampai kita dianggap tidak sopan."
"Sopan? Haha, atau kau justru sayang padanya?" Xin Yu tertawa getir.
Aku ragu apakah ini cemburu, kukatakan: "2 hari terakhir semua orang berjuang mati-matian untuk kharisma Kota Bulan Perak. Aku tahu kau dan Xue Han juga lelah. Aku sayang kalian semua~"
Xin Yu memandang kerlip lampu kota di kejauhan, matanya berkilauan aneh. Beberapa detik kemudian, ia merapikan kerah bajunya: "Malam ini masih dingin. Cuaca sialan, bukankah sudah hampir Juni?"
Aku diam seribu bahasa, hanya menatap horizon. Xin Yu menarik lembut lenganku: "Lin Fan~ Bagaimanapun nanti, selama ada aku di hatimu, itu sudah cukup. Kau paham? Untuk beberapa hal, lakukan saja. Aku takkan ikut campur. Aku tahu diri..."
"Aku sedikit terkejut, masih terus merenungkankah? Mungkin kita semua belum berhasil melepaskan simpul di hati, atau mungkin ini adalah simpul mati yang tak teruraikan, mengikat kita satu demi satu hingga tak bisa bergerak, tak mampu menyentuh satu sama lain."
"Semua hal itu sudah kulupakan!" Aku menggigit gigi mengucapkan kalimat itu.
Xin Yu tersenyum getir: "Ini jenis penghiburan macam apa darimu?"
Dia menghela napas lemas, melanjutkan: "Apa yang terjadi tetap terjadi, tak bisa kita anggap seolah tak pernah ada. Heh, bukankah kau lupa? Bahkan murid SD pun harus dihukum atas kesalahan yang dibuat, apalagi kita yang sudah dewasa. Aku tak pernah berpikir untuk lari dari semua ini. Mungkin ini khayalanku belaka, tapi sungguh... kerinduanku ini lebih kuat dari mereka yang tak pernah kehilangan..."
Aku menggelengkan kepala: "Jangan bicara begitu, tak ada yang akan menghukummu. Di mataku kau hanya Xin Yu, sama seperti Xue Han. Jika tak kulihat, aku pun akan merindukan..."
"Tapi... aku tak bisa memastikan, tak berani memastikan..." Xin Yu menatapku, matanya penuh kebingungan.
"Aku sudah tak punya hak lagi untuk berharap..." Akhirnya dia menghela napas pelan.
Tiba-tiba pintu kamar sebelah terbuka, Lu Xuehan berdiri di sana berseru: "Xin Yu! Kakak Lin benar, kau memang bodoh!"
