"Lin Fan, apa yang mau kau lakukan?" Ye Qiu segera menyusul keluar.
"Melakukan hal yang pantas dilakukan seorang pria."
Memanggil taksi, mengeluarkan telepon dan menelepon Ayue.
"Lin Fan~ Sudah larut masih menelponku, ada apa?"
"Katakan, di mana Xu Fei sekarang?"
"Kau kenapa? Mau cari dia untuk apa?"
"Jangan banyak tanya! Katakan saja di mana Xu Fei sekarang!"
Ayue terkejut dengan suaraku, bergumam: "Dia sekarang... mungkin masih di Bar Es minum dengan temannya... Sebenarnya mau apa kau..."
Aku sudah memutuskan telepon, menyuruh sopir ke Bar Es.
Sesampainya di sana, mengambil batu bata dari hamparan bunga tepi jalan dan menyembunyikannya di lengan baju, aku masuk ke bar dengan dingin.
"Pak, mencari siapa?" pelayan bertanya padaku.
"Xu Fei di bilik nomor berapa?"
"Nomor 3, Anda temannya?"
"Aku tidak menjawab lagi, langsung menuju bilik VIP Nomor 3. Kutebak pintu dengan tendangan, terlihat Xu Fei sedang berbaring di sofa dikelilingi asap, seorang wanita muda duduk di pangkuannya."
"Bruk～！"
"Kutendang meja hingga terbalik sambil berteriak: 'Xu Fei, kau bajingan!'"
"Xu Fei yang sudah mabuk berat mengangkat kepala. Melihat aku, wajahnya langsung pucat: 'Kau... Siapa sialan yang mengizinkanmu masuk? Bunuh... bunuh dia!'"
"Beberapa orang di sekelilingnya yang jelas bukan orang baik-baik langsung bangkit."
"Puff～！"
"Kuhantam keras orang terdekat hingga roboh. Dengan lompatan aku sudah berada di depan Xu Fei, meraih kerah bajunya: 'Dasar pengecut! Urusannya dengan ayah, ngapain mengkhianati wanita?!'"
"Xu Fei wajahnya memerah membara: 'Ayah memang suka mainin wanita, kenapa? Kau jadi kesian? Sial! Ayah sekarang bangkrut, tapi tetap akan membuat sampah sepertimu membayar! Untuk Liu Yun atau Xin Yu? Gak penting! Liu Yun bajingan itu pantas mati diperkosa, ayah sudah bilang ke teman-teman boleh diapa aja! Xin Yu? Foto-foto panasnya susah ayah dapatin, seneng lihat kan?!'"
“Prak～” Suara benturan tumpul, batu bata di tanganku menghantam dahinya dengan keras. Darah langsung mengucur deras. Xu Fei yang melihat darahnya sendiri berkata dengan gila: "Bunuh orang! Bunuh orang! Kau sialan, pukul saja, pukul sampai MATI! Ayo, pukul! Aku memang benci kau! Kau membuatku kehilangan segalanya, aku juga akan membuatmu kehilangan wanita paling kau sayangi! Ayo, kalau hari ini tidak MEMBUNUHku, besok aku akan ganggu Lu Xuehan, lusa ganggu Murong Shanshan! Pukul aku, pukul sampai MATI..."
“Puff～”
Suara benturan tumpul lagi, kepala Xu Fei kembali "berbunga".
Dia tak bisa bicara lagi. Aku sudah benar-benar kehilangan rasional. Hanya tahu, pria pengecut inilah yang membuat Xin Yu dan Lu Xuehan terluka, dialah yang mengakhiri nyawa Liu Yun di perjalanan pulang.
"Bangsat! Kau gila!"
Saat batu bata kelima menghantam, akhirnya ada yang berteriak panik di belakang. Seketika, bagian belakang kepalaku mendapat pukulan berat. Seorang pria memegang botol alkohol pecah, menatapku dengan mata berapi.
"Bruk～!"
Pintu kamar kembali ditendang. Kali ini orang TOT. Ye Qiu langsung memerah matanya melihat bekas darah di kepalaku, menghajar orang itu dengan satu pukulan. Ruangan langsung seperti panci meledak. Kedua kelompok berkelahi. Ye Qiu menghajar lagi satu orang dengan pukulan keras, matanya merah berkata: "Siapa berani sentuh saudaraku!"
"Tapi tak lama, perutnya juga kena hantam bangku lawan. Aku langsung menerkam orang itu, kepalan tangan menghantam keras ke bawah!"
……
Sekitar lima menit kemudian, kamar berantakan. Hampir semua orang terkapar di lantai mengerang kesakitan.
Aku dan Ye Qiu duduk di sudut, pandangan kami serentak tertuju pada Xu Fei. Dia terbaring telentang di sofa, darah mengucur deras di atas kepalanya, seluruh tubuhnya tak bergerak.
Hatiku serasa tertimpa batu berat. Ada masalah besar.
"Lin Fan, kau pulang saja. Biar aku yang urus kekacauan di sini. FINE, kau juga pulang. Jaga baik-baik saudara kita, larang mereka bertindak ceroboh." Ye Qiu bicara seperti sedang merapikan urusan terakhir.
Aku menatap langit-langit, berkata: "Ye Qiu, kau yang pulang. Biar aku yang menangani ini."
Ye Qiu tersenyum getir: "Bercanda macam apa ini? Aku ini bahkan belum punya pacar, tak ada ikatan. Kau? Istri segudang, cuma belum punya anak. Urus? Aku yang akan lakukan! Xin Yu sudah begitu malang. Kalau kehilanganmu, keberanian apa yang tersisa baginya untuk hidup?"
Aku marah: "Sial! Kau dengarkan perintahku atau tidak? Lupa bahwa akulah bos TOT?!"
Ye Qiu tersenyum santai: "! Sekarang kau anggota Firdaus yang Hilang. Akulah bos di sini. Tak akan kudengarkan! Cepat pergi! Segalanya di sini kulakukan sendiri. Kalau polisi datang, sia-sia!"
Aku tak tahan tersenyum pahit: "Sialan! Kalau begitu kita tinggal bersama. Tapi ingat, Xu Fei mati oleh tanganku. Jasa ini jangan kau rebut!"
"Cih! Hebat apa? Kalau aku yang datang lebih dulu, mana sempat kau?"
Ye Qiu tersenyum, menggerakkan luka di bibirnya, kembali merintih kesakitan.
Seluruh kamar dipenuhi serpihan kaca, darah mengotori segala penjuru. Hampir tak ada yang utuh. Lengan saya dan dada Ye Qiu juga penuh luka.
Tak lama kemudian, sirene berbunyi di luar. Beberapa polisi bersenjata lengkap masuk dan membawa kami semua. Xu Fei diangkut dengan ambulans.
Di kantor polisi, setelah proses rekam keterangan selesai, seorang polisi datang memberi tahu dengan serius: "Xu Fei telah menjalani verifikasi MATI setengah jam lalu. Lin Fan, bersiaplah secara mental."
Aku mengangguk diam-diam. Ye Qiu buru-buru bertanya: "Kenapa hanya Lin Fan yang harus bersiap? Bagaimana denganku?"
"Kau? Terlibat perkelahian massal, mungkin ditahan sekitar seminggu."
Ye Qiu lesu. Aku tersenyum: "Setelah bebas, jangan lupa sering bawakan makanan untukku."
Tapi dia tak bisa tersenyum.
Pukul 8 lebih pagi, suara perempuan terdengar dari luar: "Bagaimana bisa? Benarkah itu Lin Fan?"
Tak lama, bayangan Lin Xiaoye muncul. Dia polisi di sini, sekaligus pacarnya FINE.
FINE juga bersama kami. Lin Xiaoye marah: "Kalian ini bagaimana? Berkelahi saja sudah parah, kenapa sampai BUNUH?!"
FINE tersenyum getir: "Xiao Ye, hal seperti ini tak bisa kau pahami..."
"Omong kosong! Apa yang tak kumengerti? Omong kosong 'solidaritas' kalian itu harus dibayar bertahun-tahun, pantaskah?!"
Ye Qiu berkata datar: "Kami selalu yakin itu sepadan."
Lin Xiaoye wajahnya membiru karena marah, pergi dengan geram, sebelum pergi melemparkan kalimat: "Aku akan berusaha membantu..."
……
Menjelang siang, Xu Lin datang bersama Lu Xuehan dan Xin Yu. Saat mereka melihatku di ruang tahanan, mereka langsung menangis.
"Xue Han jangan menangis... Semua akan baik-baik saja..."
Hiburanku terdengar lemah, Lu Xuehan malah semakin keras menangis, sambil tersedu-sedu berkata: "Lin Fan, bagaimana masa depan kita, bagaimana masa depan kita..."
Xin Yu memunggungi kami, mengusap air mata di wajahnya: "Aku akan selalu menantimu."
"Nona-nona bodoh, tunggu apalagi... Sudahlah! Kalau mau menunggu, tunggulah..."
Ucapanku terpotong oleh tatapan tajamnya.
Mata Xu Lin sedikit memerah, ia berkata padaku: "Lin Fan, aku akan mengerahkan segala upaya untuk menyelamatkanmu, bahkan jika harus menghabiskan semua harta, aku pasti akan bebaskanmu..."
Aku tersenyum getir: "Kakak Lin, jangan naif. Ini kasus pembunuhan, bukan masalah yang bisa diselesaikan dengan uang."
Xu Lin mengusap air matanya: "Bagaimanapun juga, aku harus menyelamatkanmu."
Tak lama kemudian, TOT mengirim orang. Mereka langsung membayar jaminan untuk Ye Qiu dan FINE. Tapi untukku tidak bisa, berapapun uangnya. Menurut polisi: "Orang ini terlibat kasus nyawa, tidak boleh pergi."
Ye Qiu menghibur: "Tenang, paling-paling hanya kasus pengeroyolan yang menyebabkan kematian, tidak berat. Kami akan berusaha membantumu. Apa perlu beri tahu Murong Shanshan?"
"Jangan. Aku takut dia akan..."
Ye Qiu tak kuasa tersenyum getir: "Kau pikir bisa sembunyikan darinya? Lupakan, kurasa dia akan segera datang ke sini."
Setelah selesai berbicara, Ye Qiu kembali, Xin Yu dan Lu Xuehan ingin tinggal menemani saya, tapi polisi tidak Izinkan, Xu Lin berkata: "Kalau begitu kami pulang dulu, kau tahan sebentar lagi, kami harus urus pemakaman A Yun terlebih dahulu..."
Saya terkejut: "Apa? Keluarganya tidak mengurus pemakaman?"
Xu Lin agak ragu, akhirnya berkata: "Keluarga nya sama sekali tidak mau mengakuinya, jadi, biar saya yang urus saja..."
Sungguh ironis, ternyata Bos nona yang akan mengadakan pemakamannya, Jalan dunia ini...
Xu Lin tetap pergi membawa dua MM, saya menatap punggung mereka, tetap merasa sangat sepi.
Xu Fei MATI, kemarahan saya juga sudah reda, tapi sekarang, saatnya membayar hutang.
Nanti sore, melotot ke langit-langit putih sel penjara sambil melamun. Beberapa tetangga sel yang bosan mengembangkan sastra penjara, salah satu bertanya: "Hei, teman, kamu melakukan kejahatan apa?"
Orang yang jorok itu berkata: "Menyeret seorang gadis kecil ke hutan, mencium sekali, langsung masuk sini. Kau?"
"Saya? Saya nabrak manusia pakai mobil unit, tidak ada uang ganti rugi, langsung masuk sini."
"Hei, teman baru, kamu?"
Saya kaget, lalu menjawab: "MEMBUNUH."
Beberapa tahanan serempak menarik napas dingin, berkata: "Sel kita akhirnya dapat kakak jagoan lagi. Hei teman, bunuh karena apa? Musuh? Berkelahi, atau perkosaan?"
“Aku malas menghadapi mereka, langsung berbaring di tembok besi dan tertidur. Semalaman tak bisa memejamkan mata, luka di tubuh masih terasa nyeri. Tadi saat Lu Xuehan dan Xin Yu di sini, sengaja kututupi luka ini agar mereka tidak terlalu khawatir.”
Sore harinya, Lu Xuehan dan Xin Yu tetap datang. Tapi polisi tak mengizinkan mereka lama-lama, jadi hanya sempat bertukar beberapa kata lalu pergi.
Menjelang senja, akhirnya ada lagi yang menjenguk. Polisinya kesal berkata: "Urusan orang ini kenapa banyak sekali? Baru hari pertama sudah segini banyak pengunjung?"
“Paman, maaf mengganggu. Aku pacarnya, boleh masuk sebentar?”
“Sudahlah! Masuk saja, Kamar 5!”
……
Tak lama kemudian, bayangan cantik Murong Shanshan muncul dalam jarak pandang. Begitu melihatku terkapar menyedihkan di lantai, ia langsung menangis: “Lin Fan, kenapa bisa begini... Benarkah kau MEMBUNUH? Katakan ini tidak benar...”
Cepat kubangkitkan diri, membelai bahu Murong Shanshan melalui celah pintu besi sambil berkata: “Shanshan jangan sedih... Ini akan baik-baik saja. 20 tahun lagi, keluar tetap jagoan...”
Alih-alih tenang, Murong Shanshan malah meraung lebih kencang: “Kau mudah bicara! 20 tahun... Waktu yang sangat lama, harus bagaimana aku? Jangan tinggalkan aku...”
Kucoba meninabobokan: “Shanshan jangan nangis. Mukamu jadi jelek kalau belekan. Lihat, teman selku semua memperhatikanmu!”
“Murong Shanshan sama sekali tidak peduli, mendekati jeruji besi, menempelkan wajahnya di bahuku sambil berkata: 'Tidak boleh begini! Kau melakukan ini demi Xin Yu dan Liu Yun, aku tidak akan Izinkan kau tinggal di sini... Meski harus mengorbankan apapun, aku akan keluarkan kau dari sini!'”
“Shanshan, kenapa kau juga bicara seperti ini? Perbuatan yang sudah dilakukan harus dipertanggungjawabkan...”
Murong Shanshan menatapku langsung, menyeka air mata sambil berkata: “Aku tidak peduli! Yang aku tahu, Lin Fan adalah orang terbaik di dunia ini. Aku tidak percaya kau melakukan hal buruk! Aku tidak peduli hukum, yang penting aku harus menyelamatkanmu!”
Aku tersenyum getir: “Shanshan, jangan manja...”
“Bahkan kalau harus manja, hanya kali ini.” Setelah berkata demikian, Murong Shanshan menoleh melihat polisi yang sedang melototi kami, lalu melanjutkan: “Baiklah, aku akan kembali. Lin Fan, tunggu aku ya～～”
Dorongan polisi membuat si cewek cantik akhirnya pergi. Begitu dia pergi, beberapa narapidana mulai mengolok: “Wah, masuk penjara begini masih ada banyak gadis cantik level dewa yang menjenguk. Berkah tujuh turunan kau ini! Kalau aku punya kenikmatan seperti ini, mau tinggal di penjara seumur hidup pun rela!”
Kutatap dia tanpa bicara. Kau? Silakan tinggal di sini sampai pondasi penjara bolong!
Bersandar di dinding, menjelang sore akhirnya waktu makan tiba. Sejujurnya, makanan di sini tidak bisa dikeluhkan. Nasi putih biasa sangat putih, daun Qingcai sangat hijau.
Dan, aku juga mengalami kesempatan pertama dalam hidupku untuk "mengangin-anginkan diri". Tak kusangka rumah tahanan pun punya waktu rekreasi. Melihat para tahanan berlari di balik jeruji besi, benar-benar bikin antara ingin tertawa dan menangis. Tapi selanjutnya, berapa lama aku harus tinggal di sini? Siapa yang tahu? Mungkin benar-benar 20 tahun. 20 tahun kemudian saat keluar, bagaimana rupa dunia ini? Apakah masih ada yang ingat padaku? Akankah kulihat Lu Xuehan dan Xin Yu sudah menikah, Murong Shanshan membawa bocah lelaki belasan tahun menyapaku sebagai Paman Lin?
Membayangkannya saja sudah membuat merinding. Bangsat! Mereka jelas-jelas milikku...
Tapi, aku telah membunuh Xu Fei. Meski memang pantas MATI, aku tetap harus membayarnya. Bagaimanapun, aku telah melampaui kewenangan dengan melakukan tugas Penegak Hukum. Ini sesuatu yang tak bisa ditoleransi hukum.
Malam harinya, polisi rumah tahanan memberitahuku bahwa beberapa gadis itu datang lagi menengok. Tapi mereka tak diizinkan masuk, karena selama masa ini selain pengacara sebenarnya tak ada yang boleh bertemu.
Teleponku sudah disita. Aku tahu, Lu Xuehan dan Xin Yu pasti sangat kecewa tak bisa menemuiku. Sekarang mereka pasti gelisah, sementara aku di sini tak berdaya.
Malam itu, bersandar di dinding merenungi segalanya. Orang tua masih belum tahu kalau anak mereka sudah masuk kantor polisi. Tapi kemarin aku melawan papanya, mungkin sekarang dia masih marah dan sama sekali tak ingin menemuiku.
“Kemarin semalaman tidak login, tidak perlu ditebak, Juara event Raja Para Pemenang pasti pasukan Murong Shanshan. Benar-benar menjadi 'Raja Para Penyintas', Sial! Entah masih bisa login lagi atau tidak ke depannya, buat apa dipikirkan!”
Malam hari, tidur di atas tembok besi yang keras, hanya mendapat satu selimut. Tapi lantai tetap terasa dingin, terpaksa mengalah. Di sebelah, beberapa terpidana mengobrol malam itu, konsekuensinya diteriaki polisi penjaga, lalu terdengar suara dengkuran.
Sinar bulan menyusup dari jendela, mirip cahaya putih kematian karakter, atau seperti air mata jeruji besi.
Tertidur lelap hingga pagi, keributan di luar membuat polisi bertanya: “Xiao Zhang, ada apa di luar?”
Xiao Zhang datang dengan panik: “Ada tiga orang datang, satu pria dan dua wanita. Salah satunya pernah datang kemarin.”
Hati semakin berat, mungkin Murong Shanshan dan ibunya.
Benar saja, tak lama kemudian petugas tahanan datang menjemput. Polisi berkata padaku: “Ayo, ada yang mau menemuimu, mungkin pengacara!”
Aku dibawa ke sebuah kamar kecil, bisa mendengar percakapan orang di luar.
“Ibu, bisakah kita benar-benar menyelamatkan Lin Fan?” Suara Murong Shanshan.
“Jika kau menerima fasilitas yang kuminta, dia bisa diselamatkan.” Tak perlu diragukan, ini suara Murong Xuan.
Murong Shanshan ragu sejenak, berbisik: “Ibu, aku bersedia...”
Murong Xuan menghela napas: “Putriku, apakah ini benar-benar sepadan? Kau yakin mencintainya?”
"Tidak mendengar apa yang dikatakan Murong Shanshan, mungkin dia memang tidak berbicara," lanjut Murong Xuan, "Baik, aku sudah berbicara dengan kakekmu. Dia juga telah memberi tahu pihak terkait. Masalah ini sebenarnya bisa dimediasi. Nanti langsung akan melepaskan dia. Kau... temui dia sekali lagi, lalu penuhi janjimu."
"Iya, Bu." Suara Murong Shanshan sekecil nyamuk.
Tak lama kemudian, polisi itu tiba-tiba berkata padaku: "Selesai, semua urusanmu sudah beres. Seluruh gugatan hukum dibatalkan, catatan kriminal juga dihapus. Pergilah, sekarang kau warga negara yang sah."
Aku tertegun, tapi pikiran masih tertambat pada Murong Shanshan. Janji apa yang harus dia penuhi?
……
Saat keluar, kulihat Murong Xuan memarkir mobil di depan kantor polisi. Murong Shanshan berdiri di sampingnya. Melihatku keluar, Murong Shanshan segera menghampiri.
"Shanshan..."
"Hm."
Murong Shanshan tiba-tiba menerjang ke pelukanku, berkata: "Lin Fan, peluk aku sekali lagi, ya? Jangan bicara apa-apa. Jangan buat aku menangis. Nanti... jangan cari aku lagi..."
Murong Xuan memalingkan wajah, tidak lagi melihat kami.
Kuraih erat tubuh Murong Shanshan, bingung tak tahu harus berkata apa, juga tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Murong Shanshan akhirnya menangis juga. Tangisnya seperti bunga pir yang tertiup hujan, berbisik di telingaku: "Janji, jangan lupakan aku. Aku akan selalu mencintaimu, selamanya..."
Setelah itu, Murong Shanshan naik ke mobil ibunya. Dia menoleh sambil menangis memandangiku, sampai akhirnya menghilang dari jarak pandang.
