Pesta minum berlangsung sampai lewat jam 10 malam, masakan dipanaskan N kali, fans yang sudah hancur lebur kuserahkan ke Ye Qiu sambil bilang ini sirip hiu. Tanpa ragu dia meneguk habis, lalu mengangkat gelas kosong dengan gagah berkata: "Kakak, sudah habis!"
Akhirnya kelompok TOT semuanya tumbang, berjalan limbung di kursi sambil bergumam. Ye Qiu terus berkata: "Siapa bilang aku tak punya nyali, kenapa harus keluar... Tidak mengucapkan belum tentu berarti aku tidak mencintaimu, wanita bodoh ini... wanita bodoh..."
FINE membungkuk di sandaran kursi, otot wajahnya berkedut. Dengan mata terpejam dia bergumam: "Xiao Ye kasihanilah... Lembutlah, aku bukan polisi, mana tahan kau perlakukan seperti ini... Sudah kubilang aku tidak jago bela diri..."
SAI telanjang dada terbaring di sudut, memeluk botol kosong sambil bergumam: "Juara pertama milikku, jangan ada yang merebut. Ye Qiu... Lin Fan... kalian semua mundur saja, biar saudara ambil juara sekali ini..."
……
Xin Yu berdiri: "Satpam! Bawa semua ini ke kamar tamu untuk istirahat! Jaga baik-baik mobil mereka!"
Aku membungkuk di bahu Murong Shanshan, pandangan berkunang-kunang: "Xin Yu... Kenapa hari ini kau terlihat berbeda? Apa mataku yang salah lihat..."
Murong Shanshan melotot: "Nenek ini tentu saja berbeda!"
Xin Yu tertawa getir: "Shanshan, bawa Lin Fan istirahat..."
Lalu, aku tidak ingat apa-apa lagi. Hanya mendengar napas hangat di telinga. Cewek cantik terengah-engah menggotongku naik gedung. Masuk kamar, aku terjatuh di ranjang dan langsung tertidur pulas.
Samar-samar kudengar suara Xin Yu: "Shanshan, kau juga cepat pulang istirahat~"
"Oh, sebentar lagi aku pulang..."
……
“Keesokan harinya pagi-pagi buta, dua ekor burung kecil di dedaunan luar jendela sedang berbasa-basi romantis, aku pun terbangun karena keributan ini.”
“Aku menggerakkan lenganku dan merasakan beban tertentu, sementara di telinga terdengar suara erangan lembut.”
“Menunduk melihat, ternyata Murong Shanshan sedang berbaring di pelukanku. Aku kaget setengah mati, setelah mengamati lebih seksama baru sadar dia masih memakai kemeja putih dengan dasi - ternyata tidur tanpa melepas pakaian sama sekali. Sambil lega, ada juga sedikit rasa penyesalan.”
“Shanshan?”
“Kupanggil namanya, tapi si cewek cantik ini tidak berniat merespon. Wajah cantiknya malah mendekat ke leherku, napasnya menebar aroma wangi.”
“Kuperhatikan, separuh tubuhnya menindihku. Lengan putih bersihnya erat memelukku, "kebanggaan" di dadanya menekan dada. SEKARANG JUGA kurasakan kelembutan dan kehangatan itu, hati pun mulai goyah.”
“Mengulurkan tangan memeluk MM di pelukan dari belakang, kukatakan sambil tertawa: 'Shanshan, kalau belum mau bangun, aku buka tirai lho?'”
“'Hmm... pagi-pagi begini, kamu mau apa sih...'”
“Murong Shanshan akhirnya membuka matanya. Melihatku, lalu melihat dirinya sendiri, wajah cantiknya langsung memerah membara. Dia meronta ingin bangun, kusergap memeluknya sambil berkata: 'Sudah tidur semalaman, biar aku peluk lebih lama dong~'”
“Wajah si cewek cantik semakin merah. Dengan suara kecil dia berkata: 'Tapi matahari sudah terbit, nanti Xin Yu dan Xue Han mungkin datang...'”
Aku bertanya: "Lalu kenapa semalam kamu masih menginap di sini?"
Murong Shanshan merah padam, tersenyum lembut: "Xue Han dan Kakak Lin juga pernah tinggal semalaman bersamamu, kenapa aku tidak boleh?"
"Ah? Hanya karena itu?" Aku terkejut.
"Iya, apa itu belum cukup?" Murong Shanshan mengangkat alisnya dengan ekspresi berbinar.
Kuusap bahunya: "Cukup. Aku tahu pasti Shanshan-ku tidak akan begitu lapang dada, mustahil tidak mempermasalahkan hal seperti ini."
Murong Shanshan memandangku dengan genit: "Kau berani bicara! Setiap kali membayangkan kau dengan Xue Han dan Kakak Lin itu... hatiku seperti diremas-remas..."
Dengan penuh penyesalan kukatakan: "Maaf, aku tahu ini sangat tidak adil bagimu..."
Murong Shanshan menghela nafas: "Jangan bilang maaf, ya? Ini adalah simpul mati. Kau tidak bersalah pada siapapun. Jika kau hanya memilihku, apakah itu adil bagi Xue Han dan Xin Yu? Meski Shanshan ini cemburuan, tidak ingin mengambil kebahagiaan dengan mengorbankan air mata orang lain..."
Aku terdiam, lalu bertanya pelan: "Lalu bagaimana dengan kita nanti?"
Murong Shanshan menempelkan pipinya di dadaku: "Awalnya kupikir suatu hari Xin Yu dan Xue Han akan kehilangan kesabaran dan meninggalkanmu. Aku masih muda, bisa menunggu. Tapi sekarang kusadari itu pemikiran naif. Mau tak mau harus menerima kehadiran mereka dalam hati. Tapi... mana ada perempuan yang rela pacarnya bersama gadis lain?"
“Hal ini memang sulit…” Murong Shanshan merenung.
Ku buka tirai jendela, sinar matahari cerah di luar, seorang lansia sedang menuntun anjing kecil lewat di bawah gedung.
Murong Shanshan memiringkan kepala memandang segalanya di luar, mata indahnya berbinar dengan cahaya hidup yang memesona, katanya: “Lin Fan, sebenarnya bukankah keadaan kita sekarang sudah cukup baik? Menurutku, hidup memang terdiri dari kebahagiaan dan penderitaan yang terjalin. Untuk tetap di sisimu, aku, Xue Han, dan Xin Yu harus menanggung rasa sakit itu. Mungkin suatu hari nanti kita semua akan mati rasa, tak lagi saling cemburu dan terluka. Lalu yang tersisa hanyalah kebahagiaan, bukan?”
Dia mengulurkan tangan kecil putih bersihnya menyentuh kaca jendela, berkata perlahan: “Bahagia sedekat ini, mana mungkin aku melepaskannya… Meski harus mengorbankan beberapa hal, apa artinya? Orang bilang aku terlalu bodoh, tapi aku tak sependapat. Banyak pria baik di luar sana, tapi hatiku hanya memilih satu…”
Murong Shanshan tersenyum manis, menatapku: “Tidak peduli omongan orang, aku sudah memutuskan untukmu. Shanshan ini keras kepala, seumur hidup takkan berubah. Karena aku percaya, kenangan yang Lin Fan berikan takkan bisa digantikan siapa pun…”
Cewek cantik ini pertama kalinya serius mengatakan ini padaku. Aku tersentuh dalam, tak kuasa memeluknya erat: “Shanshan, terima kasih… Kurasa di kehidupan sebelumnya pasti aku mengumpulkan kebajikan besar, Langit baru menganugerahimu padaku. Hanya saja, di hidup ini aku kembali melakukan dosa, menyukai begitu banyak gadis. Sungguh maafkan aku…”
Murong Shanshan melototi aku, bersuara kesal: "Kau masih berani bicara! Aku benar-benar menyesal tidak bertemu denganmu lebih awal, maka kau takkan lagi mengenal Xin Yu dan Xue Han..."
Aku tertawa ringan: "Kau begitu percaya diri ya?"
Cewek cantik itu seketika berbinar: "Tentu saja, keyakinan segini masih kumiliki!"
Pandangannya menyapu telepon di sampingku, mengambil dan membukanya sambil tersenyum: "Masih pakai tampilan layar utama yang kuberikan itu?"
"Hmm, tak tega menggantinya..."
"Foto sendirian tak ada artinya, bagaimana kalau berfoto bersama?"
Aku tertawa: "Baiklah, baiklah. Kemarilah, kita buat foto seksi di ranjang..."
Murong Shanshan juga terkikik, mengatur telepon ke mode kamera lalu memutar pantat telepon. Seketika layar menampilkan gambaran kami berpelukan.
"Aduh, ini tidak bagus. Terlalu menggoda... Kalau Kakao melihat, pasti akan menertawakanku!" protes si cantik.
"Jangan, ini sudah cukup baik..."
Tanganku menjulur menekan tombol rana. Seketika gambaran di telepon membeku pada detik tadi. Di layar, cewek cantik itu merah padam persis gadis remaja yang sedang kasmaran.
Dengan gesit kusetting gambaran ini sebagai tampilan layar utama, lalu berkata: "Foto ini kalau diupload ke forum, kuhargai 1000 koin forum pun pasti banyak pembeli. Judulnya 'Foto Ranjang Murong Shanshan'..."
Si cantik memerah sambil mendengus: "Kalau aku lihat fotonya online, kau MATI...555, berantakan begini, persis seperti apa ini~"
Aku tertawa terbahak: "Tak perlu takut, baru bangun tidur memang biasanya seperti ini."
Murong Shanshan tersenyum tipis, menepuk-nepuk dadaku sambil berkata: "Ayo bangun, sudah hampir pukul delapan. Masih malas-malasan di ranjang seperti ini? Mana ada orang yang malas setengah bab sebelum bangun ~~!"
Aku tersenyum dan duduk. Si cewek cantik duduk di pangkuanku tiba-tiba terkejut "Hah~": "Ini apa? Keras gini?"
Aku malu ingin bunuh diri: "Reaksi fisiologis, pelajaran biologi kau tidak pernah belajar ya?"
Si cewek cantik yang cerdas seperti salju meleleh langsung paham, wajahnya memerah SEKARANG JUGA. Dengan cepat membuka selimut dan lompat dari ranjang: "Aku duluan balik ke kamar!"
Setelah berkata demikian, ia mengangkat setelan jas wanita dan pergi keluar.
Melihat pintu kamar tertutup perlahan, aku tersenyum. Punya wanita seperti ini, apa lagi yang kuharapkan...
Setelah bangun, gosok gigi dan cuci muka, aku mengetuk pintu Lu Xuehan dan Xin Yu. Keduanya sudah menunggu untuk sarapan bersama.
Aku bertanya: "Bagaimana dengan Ye Qiu mereka, sudah bangun belum?"
Xin Yu tertawa: "Sudah lama bangun. Mereka sejak sekitar pukul enam lebih sudah ribut mau balik ke klub. Lihat mobil mereka kecil, kubiar Feng Shen yang nyetir anter mereka. Sekarang pasti sudah sampai!"
Aku mengangguk: "Hm, Xin Yu memang selalu bisa diandalkan. Dulu yang merawat kita, sekarang malah jadi kau yang..."
Xin Yu terkekuk: "Saat Kakak Lin kembali, aku tak akan segiat ini. Terus bersih-bersih depan rumah saja!"
Tapi, Tuhan saja tahu kapan Xu Lin bisa kembali...
Murong Shanshan juga turun dari lantai atas dengan santai, dia melirik Xin Yu dan Lu Xuehan lalu berkata dengan berpura-pura tenang: "Kalian sudah bangun semua? Ayo makan..."
Untungnya Lu Xuehan dan Xin Yu tidak curiga, mereka berkata: "Ayo pergi! Pagi ini kita harus latihan leveling!"
Kemudian, kami semua sarapan bersama dan login sekitar pukul delapan pagi.
Aku muncul di Silver Moon City, melihat ke dalam bungkusan. Masih banyak ramuan tersisa, daya tahan perlengkapan masih setengah. Operasi invasi markas Korea telah menghabiskan banyak daya tahan perlengkapan yang sebenarnya membutuhkan biaya perbaikan cukup besar.
Setelah diperbaiki, ternyata N senjata dewata menghabiskan lebih dari 3000 koin emas. Untung setelah membunuh Raja orang Korea, mahkota dan token reward bisa ditukar banyak koin emas.
Xin Yu dan Lu Xuehan pergi latihan leveling dengan tim, sementara aku menghubungi Murong Shanshan. Dia bilang sedang sibuk memperluas guild untuk mempersiapkan perang negara dua hari lagi.
Aku berpikir, sekarang latihan leveling sepertinya tidak perlu. Untuk naik ke level 122 entah sampai kapan. Lebih baik manfaatkan waktu luang ini untuk mengumpulkan informasi tentang ibukota Prancis, Lingtong City.
Akhirnya aku membeli ramuan sampai penuh lagi, lalu membuka sistem komunikasi dengan Lu Xuehan: "Xue Han, bilang ke Xin Yu, aku mau ke Prancis untuk mengumpulkan bahan."
Lu Xuehan terkejut: "Ah? Kau pergi sendirian?"
"Iya, kalau banyak orang justru merepotkan dan mudah terbongkar target. Aku punya Kuda Langit, berangkat cepat pulangnya juga cepat!"
"Hmm, hati-hati～"
"Oke!"
Setelah itu, memberi salam pada Murong Shanshan yang sedang mengatur alokasi latihan leveling divisi cabang di markas utama guild Pedang & Mawar. Hanya berbicara singkat tanpa mengganggunya lebih lanjut.
Langsung transmisi ke markas Firdaus yang Hilang, lalu memanggil Kuda Langit di luar. Setelah menunggang, melesat cepat menuju formasi teleportasi.
Dari kejauhan, beberapa anggota guild TOT melihatku dan berseru: "Bukankah itu Bos Lin Fan? Mau ke mana?"
Kujawab: "Pagi ini bosan, mau ke Prancis mencari gadis berambut pirang blek buat romansa~~"
Mereka langsung mengejek: "Tidak takut Murong Shanshan cemburu? Hati-hati lain kali dia larangmu bermesraan~~"
Kutertawa terbahak dan bertanya: "Kalian mau ke mana?"
"Kami? Kabarnya Kota yang Hilang di India sedang tidak aman, Bos FINE memerintahkan satu divisi kami untuk berjaga, agar bisa fokus pada perang negara melawan Lingtong City, Prancis!"
"Oh, semangat terus saudara-saudara!"
"Sama-sama~"
Berpisah dengan mereka yang transmisi ke Kota yang Hilang, sementara aku masuk ke wilayah Lingtong City, Prancis.
Dalam kabut pagi yang pekat, aku muncul di hutan padang luas. Sekeliling dipenuhi tumbuhan hijau segar. Kabut membentang turun ke bawah, jelas ini masih wilayah pegunungan. Rupanya semua ibukota kerajaan selain Kota Bulan Perak, lokasi transmisinya selalu di pegunungan yang merugikan untuk melancarkan serangan.
Sebaliknya, Kota Bulan Perak yang terletak di dataran luas memudahkan kavaleri Prancis menyerang. Oleh karena itu, Lingtong City bagai kapal induk yang siap meluncurkan 10 juta pesawat tempur di selat perbatasan Kota Bulan Perak Tiongkok. Pilihannya: terus menerima ancaman atau SERBU Lingtong City SEKARANG! Orang Tiongkok tak bisa mundur lagi - perang negara sensasi sudah tak terelakkan!
Dalam kabut, beberapa pemain Prancis mendekat dari bawah. Untuk menghindari deteksi, aku segera menggiring Kuda Langit masuk ke hutan samping. Kemampuan jelajah Kuda Langit memungkinkanku menyusuri hutan lebat sambil menghindari jarak pandang musuh.
Aku memanggil serigala kecil untuk latihan leveling sepanjang jalan. Biar nggak nganggur, Binatang Suci level awal ini harus dimanfaatkan. Sambil menjelajah dengan Kuda Langit untuk membuka peta, latihan level jadi lebih efisien.
Di peta besar yang diselimuti kegelapan, hanya terlihat jejak abu-abu samar yang melambangkan Pegunungan Gelap dan Hutan Gelap. Titik merah kecil yang dikepung itu adalah target kita: Lingtong City.
Pegunungan Kegelapan pernah menjadi benteng alam manusia dalam melawan arwah-arwah gelisah, karena puncak pegunungan yang sangat tinggi mustahil didaki dengan tebing-tebing curam dan licin. Aliansi Manusia saat itu mengira bisa mengandalkan benteng alam ini untuk menahan serangan arwah-arwah gelisah. Mereka menempatkan lebih dari 100.000 pasukan kavaleri dan infantri di Kota Lingtong, termasuk puluhan Penyihir tingkat tinggi. Namun para pemimpin manusia tidak menyadari bahwa arwah-arwah gelisah diam-diam memindahkan Ghoul melalui Gargoyle di malam hari untuk melakukan Serangan Mendadak, didukung oleh ribuan Gargoyle yang menutupi langit dan bumi. Malam itu mereka melakukan pembantaian massal di ibukota kerajaan manusia.
Rakyat jelata Lingtong dan sisa-sisa tentara melarikan diri ke wilayah Kota Bulan Perak. Dengan bantuan tentara negara manusia di sana, mereka akhirnya bisa melawan serangan arwah-arwah gelisah dan merebut kembali Kota Lingtong, memungkinkan penduduk asli kembali untuk membangun kehidupan baru. Karena peristiwa inilah, serangan pemain Prancis terhadap Kota Lingtong beberapa waktu lalu membuat pihak berwenang Kota Bulan Perak murka. Mereka menyatakan tindakan ini tidak etis dan mengancam akan mengirim pasukan untuk menghukum "pemberontak manusia" ini!
Tapi setelah menunggu berbulan-bulan tanpa melihat reaksi NPC Kota Bulan Perak, orang-orang mulai putus harapan. Bayangkan jika Nana bisa membawa 10.000 pasukan pengawal Level 130 untuk membantu kita menyerang Lingtong - pasti kemenangan sudah di tangan.
Berkelana cukup lama di Pegunungan Kegelapan dan Hutan Gelap, hingga akhirnya tiba di hutan seberang Kota Lingtong tepat pada tengah hari. Ibukota Prancis ini belum pernah mengalami pertempuran di wilayah daratnya, seperti orang Amerika yang enggan berperang di tanah sendiri. Tapi kali ini, kita akan memecahkan pantangan mereka. Tak hanya berperang di server Prancis, tapi juga menghantam mereka hingga babak belur!
Saat log off makan siang, Murong Shanshan menanyakan hasil eksplorasi. Kubilang cuma melihat beberapa suster besar Prancis yang genit. Seketika, beberapa si cantik melototi saya, sementara Guozi di samping menikmati situasi dengan senang.
Login lagi sore hari, melanjutkan eksplorasi. Sepanjang jalan hanya ada binatang kecil berlarian, sesekali monster satu dua ekor langsung dihabisi Serigala Kecil001. Ia lalu mengibas-ngibaskan ekor minta dipuji, sama sekali tak ada kesan Serigala Surgawi, malah seperti anjing kampung kelas tiga.
Tak lama kemudian tiba di tepi Pegunungan Kegelapan. Memandang ke atas, tebing curam menjulang dengan gagah, berbaris rapi membentang. Mereka memisahkan Lingtong City dengan Kota Kejayaan di belakangnya. Antara dua benteng ini, selain formasi teleportasi, hanya ada jembatan rantai besi yang menghubungkan. Namun antara Lingtong City dan jembatan itu terhalang Pegunungan Kegelapan. Bahkan jika datang dari jembatan rantai besi, harus memutar jauh mengelilingi pegunungan gelap baru bisa mencapai Lingtong City.
Maka, aku terus merangkak maju di sepanjang tebing curam. Jika bisa menemukan pintu masuk di sini, peluang kami menyerang Kota Lingtong akan lebih besar. Bagaimanapun, Prancis hanya memiliki dua ibukota kerajaan. Dengan memutus transportasi mereka, Kota Lingtong akan terisolasi tanpa bantuan.
Saat aku berpikir, tiba-tiba terdengar teriakan keras dari depan: "Siapa kau?!"
