“Aiyaya, Anda terlalu sopan. Masih ada yang perlu kulakukan untukmu?” Aku berkata dengan kepalsuan.
Kurcaci itu kembali mengangkat alisnya dari mata, berkata: “Temanku yang muda, terima kasih banyak atas segalanya yang kau lakukan untuk kami. Bantuanmu untuk ras kurcaci sangat kami hargai. Jika memungkinkan, aku ingin mengundangmu masuk ke wilayah kekuasaan kami, biar kami menjamu Anda dengan anggur buah fermentasi pilihan!”
Aku terkejut. Tugas ini diselesaikan tanpa reward. Sekarang kurcaci mengajakku ke wilayah mereka, apakah ada misi lanjutan?
Segera kukendalikan kudaku: “Kalau begitu, silakan memimpin jalan!”
Kurcaci mengangguk, bersandar pada kapak perangnya mulai memanjat. Kukepakkan kudaku menyusul. Kemampuan panjat Kuda Langit bahkan melebihi pemain. Diam-diam kumerasa beruntung memiliki kuda sehebat ini. Andai tidak, pasti sekarang aku harus berjalan tertatih-tatih di tanah berlumpur bersama kurcaci.
Sama sekali tidak ada jalan setapak di sini. Semua rute harus dibuka dengan menyibak dedaunan di depan, menginjak batu dan daun kering sambil berjalan maju.
Sekitar sepuluh menit kemudian, kami tiba di dekat bukit yang sunyi, di mana asap dapur mengepul perlahan—tampaknya itu adalah lokasi permukiman kelompok Kurcaci.
"Siapa kalian?!" seorang Pengawal bersuara keras.
"Singh, ini aku, Paman Eisin!"
"Oh? Paman Eisin? Sudah selesai bertugas?" Kurcaci kecil itu melirikku di belakang Eisin dengan hati-hati, "Paman, siapa ini?"
"Dia adalah teman manusia yang membantu kami menemukan kembali lilin-lilin kami! Singh, kekasihmu tak perlu takut lagi pada kegelapan malam yang hitam pekat!"
Penjaga bernama Singh itu segera memandangku penuh syukur, "Begitu rupanya! Selamat datang! Suku Kurcaci Pegunungan akan menjamu Tuan dengan meriah!"
Aku mengangguk, tetap mengikuti Eisin. Dialah penerimaku, hanya dengan mengikutinya aku bisa menemukan langkah berikutnya dari tugas ini.
Tak lama, kami tiba di tanah lapang kecil di balik puncak gunung. Banyak Kurcaci sibuk bekerja. Sebuah tim kecil prajurit Kurcaci membawa busur dan anak panah sambil menjinjing mangsa buruan, berseru gembira, "Tuan Ketua Keluarga! Lihatlah hasil panen hari ini! Dewi Kehidupan Pegunungan Kegelapan benar-benar melindungi ras kami! Buruan ini seolah tak ada habisnya setiap hari. Kita bisa bermukim lama di sini!"
Di atas batu besar hijau kebiruan, seorang Kurcaci tua duduk sambil terengah-engah, tersenyum lembut, "Pasukan elite terbaik kami yang berburu, tentu harus membawa hasil!"
Saat itu, Esin berjalan maju dan meletakkan setumpuk lilin di depan ketua keluarga, berkata dengan hormat: "Tuan Ketua Keluarga, teman manusia kita telah membawa begitu banyak lilin untuk kita, mohon dilihat!"
Ketua keluarga tersenyum tipis, mengangguk dan berkata: "Bagus sekali! Mulai sekarang gadis-gadis kecil tak perlu takut lagi pada kegelapan! Ayo Esin, cepat panggil semua perempuan muda suku kita untuk membagikan lilin-lilin ini!"
Aku bertanya-tanya dalam hati, apakah 100 lilin cukup? Mungkin habis dalam semalam saja...
Dari balik barisan pohon kecil tiba-tiba terdengar suara aneh. Saat aku sedang heran, sekumpulan besar kurcaci perempuan sudah berlarian keluar dengan gembira. Wajah Esin dipenuhi senyum ramah: "Gadis-gadis, jangan sungkan! Ini hadiah dari teman manusia jauh!"
Para "gadis kecil" yang pendek gemuk itu SEKARANG JUGA dengan riang membagi-bagikan semua lilin.
Ketua tua itu memandangku sambil tersenyum, keriput di wajahnya tiba-tiba menunjukkan kilatan kelicikan. Aku merinding ketika dia berkata: "Teman muda, kau telah membantu kami dengan sangat besar. Atas nama seluruh suku, terimalah balasan kami!"
Aku bingung, tak tahu harus berbuat apa. Bentuk balasannya sama sekali tidak jelas.
Melihatku diam, sang ketua segera menoleh ke para kurcaci perempuan di belakangnya: "Nona-nona, bagaimana pendapat kalian tentang teman kita ini?"
"Panel meterannya luar biasa..."
"Tinggi besar..."
"Wah otot dadanya sangat berkembang ya..."
Di tengah keriuhan suara, aku sadar bahwa aku sangat dianggap istimewa oleh para MM Kurcaci ini!
Sial! Di kalangan MM manusia tidak ada yang nge-fans, malah dapat pujian seragam dari perempuan non-manusia.
Ketua keluarga tua berdehem, berkata: "Maeve, Lirya, kemarilah kalian!"
Seketika, dua MM Kurcaci maju. Sang ketua tua lalu mengumumkan dengan khidmat: "Untuk membalas budi teman manusia, maukah kalian mengorbankan segalanya?"
Kedua kurcaci langsung mengangguk tak henti-henti. Jantungku berdebar lagi, sial! Ini bakal berakhir buruk!
Benar saja, kalimat berikutnya dari ketua tua: "Sahabat dari jauh, terimalah persembahan sukuku! Maeve dan Lirya adalah gadis tercantik, terlembut, terbaik, dan paling bijaksana di antara kami. Atas nama suku Kurcaci, kupersembahkan mereka untukmu. Jika kau mau, bawa mereka sekarang juga! Mereka akan mengabdi seumur hidup untuk membahagiakanmu. Percayalah, gadis-gadis Kurcaci kami adalah kelas satu!"
Kuperhatikan kedua kurcaci itu. Mereka terlihat malu-malu, menyembunyikan mulut dengan tangan berbulu. Namun senyum lebar mereka masih terlihat, memperlihatkan gigi kuning yang terselip sisa sayuran semalam.
"Toloong!" Aku mengerang dalam hati.
Ketua keluarga tua melihatku lama tidak bereaksi, lalu curiga bertanya: "Kenapa, kau tidak mau menerima kebaikan hati kami? Mave dan Lya adalah gadis tercantik di suku kami. Masih juga kau menolak, apakah kau meremehkan kecantikan gadis-gadis suku Kurcaci kami?"
Aku cepat-cepat menggelengkan kepala: "Bukan begitu, Ketua..."
"Kalau bukan, kenapa menolak? Jelas-jelas kau menghina mereka!" Ketua tua mulai agresif.
Kujelaskan: "Ketua salah paham..."
"Salah paham apa? Lucu sekali, dua gadis terbaik suku Kurcaci kami ditolak. Jika tidak memberimu hukuman, di mana keagungan Suku Kurcaci Pegunungan? Jaga dia di penjara gua!"
Wajah ketua merah padam. Beberapa kurcaci yang baru kembali berburu langsung menghunus kapak berkilat, siap menebas jika aku melawan!
Kuperhatikan, nama mereka masih hijau, belum merah. Artinya selama tidak melawan, alur cerita akan berlanjut tanpa insiden.
Segera kusimpan Pedang Bulu Terbang ke bungkusan, Kuda Langit juga kurekrut. Dengan wajah pura-pura tulus kukatakan: "Yang Mulia, percayalah, aku benar-benar tidak meremehkan..."
Ketua sudah bulat tekad: "Bawa dia pergi! Aku tak mau dengar omong kosong!"
Pasrah, dua pengawal mengarahkan kapak ke leherku: "Jalan!"
Esin di sampingku tampak kecewa, berbisik padaku: "Kau harus bersabar sementara, nanti aku akan memohonkan ampun pada ketua keluarga untukmu. Tuan ketua keluarga bukan orang jahat, pasti akan memaafkan kesalahanmu."
Ternyata Esin juga menganggap penolakanku terhadap dua si cantik kurcaci itu sebagai kesalahan. Aku antara ingin tertawa dan menangis. Di realita, aku sudah memiliki tiga cewek cantik yang bisa menaklukkan kota dan negara, mana mungkin di game malah menerima dua kurcaci yang mirip Kakak Teratai? Itu pasti akan menghancurkan reputasiku!
Dipandu Esin, aku memasuki gua kurcaci. Gua itu sangat luas dan dalam. Cahaya suci segera menghilang, tapi pengawal di samping menyalakan obor dari dinding dan berjalan di depan sambil membawanya.
Aku bertanya pada Esin di sebelahku: "Esin, apakah gua ini bisa menembus ke sisi lain pegunungan kegelapan?"
Esin tertawa terbahak: "Bagaimana mungkin? Di dalam gunung semuanya batu yang keras luar biasa. Senjata tajam buatan master dengan teknologi tempa terbaik pun tak bisa membelahnya, apalagi membuat terowongan di puncak ini..."
Aku tak bisa menahan kekecewaan.
Melihat ekspresiku, Esin berkata: "Sebenarnya ada jalan ke sisi lain pegunungan kegelapan. Tapi terowongan itu terlalu berbahaya, bahkan pasukan elite kami pun tak berani ke sana. Lebih baik kau urungkan niat!"
Aku terkejut: "Mengapa? Prajurit Kurcaci terkenal kegarangannya di seluruh benua. Mengapa ada terowongan tapi tidak digunakan?"
Esin menghela nafas dan berkata: "Begini, awalnya kelompok kami menemukan terowongan yang menembus pegunungan di sini, lalu memanfaatkannya untuk mengambil air dan mengumpulkan buah tumbuhan di sisi lain pegunungan demi kelangsungan hidup. Tapi sekitar belasan tahun lalu, tiba-tiba muncul makhluk gaib mengerikan di terowongan itu. Pasukan elite 1.000 orang kami bertempur sengit selama sehari penuh di sana, hanya satu orang yang selamat. Setelah itu, tak ada yang berani pergi lagi. Orang yang selamat itu... adalah aku!"
Aku terkejut: "Kalau begitu, sebenarnya masih bisa dilewati? Asalkan membunuh makhluk gaib itu?"
Esin tersenyum pahit: "Lupakan saja, makhluk itu terlalu mengerikan. Kekuatannya bukan level makhluk biasa yang bisa dilawan. Masih banyak hal yang harus kau lakukan, pemuda. Jangan sia-siakan nyawamu yang berharga di sana!"
Semakin dia melarang, semakin ingin aku mencoba. "Bisa kau antar aku melihatnya?"
"Nanti setelah kau keluar!" Esin menggoyang-goyangkan kapak di tangannya, membuatku yakin senjata itu akan segera membelah zirahku.
Lagipula, kondisi lubang hitam di sini sebenarnya kurang mendukung untuk pertempuranku.
"Gang Dang~!"
Rantai berat berhasil dibuka, aku segera dilempar ke dalam! Pintu batu perlahan menutup, Esin berteriak dari luar: "Bersabarlah sebentar, aku akan segera memohonkan pengampunan untukmu!"
"Saat itu, ada sesuatu yang panik bergerak dalam ruang tempatku berada. Aku seketika terkejut, Eisin juga menyadarinya dan langsung bertanya, 'Pengawal, masih ada tahanan apa di sini? Sel penjara kita kan sudah bertahun-tahun tidak digunakan?'"
Pengawal menjelaskan, "Paman, begini, tepat sebelum kalian kembali, kami menangkap Yao kucing yang licik di gunung, jadi kami membawanya ke sini!"
Eisin berdehem, "Oh, begitu. Jika dia tidak melakukan kejahatan apa-apa, lepaskan saja!"
"Siap!"
Suara mereka semakin menjauh. Tampaknya di sini bahkan tidak ada penjaga yang ditugaskan.
Kulihat ke dalam, sebuah bayangan kecil meringkuk di sudut, matanya yang penuh ketakutan menatapku.
Tempat ini sangat gelap. Segera kuhunus Pedang Bulu Terbang, cahaya pedang dewa seketika menerangi seluruh ruangan!
Setelah mataku menyesuaikan diri, ternyata yang terkunci bersamaku adalah Tina si Gadis Kucing!
Kenapa dia bisa ada di sini?
Tina yang melihatku juga mengusap matanya tak percaya, "Kakak, benarkah ini engkau?"
"Tina, kenapa kau di sini?" tanyaku heran.
Tina tak menjawab. Air matanya berderai-derai saat dia menyergap ke pelukanku, "Kakak benar-benar datang menyelamatkan Tina?"
Dalam hati aku mengutuk: Bangsat! Ayah juga dijebloskan orang lain ke sini!
Di bawah cahaya Pedang Bulu Terbang, Tina menangis tersedu-sedu, wajah kecilnya basah oleh air mata. Aku tak tega mendorongnya pergi, terpaksa tetap berlutut setengah. Postur tubuh Tina yang mungil hanya setinggi separuh badanku. Jika aku berdiri, dia hanya bisa bergantung di leherku.
Setelah beberapa lama, Tina akhirnya melepaskanku. Senyum tipis mengembang di wajahnya, "Kakak, mulai sekarang Tina takkan pernah meninggalkanmu lagi. Siapapun yang menghalangi..."
Aku berdehem pelan, "Tina, lebih baik jangan ikut aku. Aku takkan membuat kontrak denganmu..."
"Meski tanpa kontrak, aku akan tetap menemanimu selamanya..."
Tina bersikukuh. Aku menghela napas, "Kalau begitu, karena Tina membutuhkan seseorang untuk diandalkan, bagaimana jika nanti kubawa kamu ke Kota Bulan Perak dan membuat kontrak dengan salah satu teman baikku?"
"Aku tak mau! Hanya dengan Kakak saja aku mau berkontrak!"
Kepalaku mulai pusing, "Terserah! Pokoknya aku takkan membawamu!"
Tina menundukkan kepala, diam seribu bahasa.
Hatiku tak tega melihatnya. Aku berjalan ke tepi sel penjara, memeriksa rantai itu. Pedang Bulu Terbang kusabetkan perlahan, seketika rantai besi berhamburan berkeping-keping. "Tina, mau ikut keluar bersamaku?"
Wajah Tina langsung berseri-seri. Dengan cepat dia berlari menyusul di belakangku.
Pada siang hari, Kurcaci semuanya berada di luar untuk mandi sinar matahari, jadi gua itu kosong. Saat aku hendak keluar gua membawa Tina, tiba-tiba melihat Ethan berlari masuk dengan wajah panik. Melihatku kabur dari penjara, dia tidak terlalu terkejut tapi buru-buru berkata: "Bahaya! Makhluk gaib itu ternyata menyerang tungku penempaan besar kita!"
"Tungku penempaan besar? Tempat apa itu?"
Ethan segera menjelaskan: "Itu tempat para pengrajin Kurcaci kami membuat senjata dan zirah, terletak di lembah depan. Tak disangka makhluk gaib itu bisa menemukannya!"
Aku bertanya: "Apakah itu makhluk gaib yang menghalangi satu-satunya jalan ke sisi berlawanan pegunungan?"
"Ya! Ketua keluarga menyuruhku memohon bantuanmu. Tentara elit suku kami sudah dikerahkan semua, tapi kekuatan mereka masih belum cukup untuk memusnahkan monster mengerikan itu!"
Wajah Ethan tampak kebiruan, keringat dingin mengucur deras. Dia terlihat sangat ketakutan. Wajar saja, hanya dia yang pernah menyaksikan pemandangan mengerikan saat kawanannya dibunuh makhluk gaib dulu.
Maka aku tidak lagi ragu dan berkata: "Kau yang memimpin, cepat!"
Ethan segera berlari keluar memimpin jalan. Aku memanggil Kuda Langit dan melemparkan Tina ke punggungnya.
"Pegangan erat!"
Tina yang terguncang-guncang di punggung kuda tidak berani lengah, segera memeluk pinggangku erat-erat dari belakang.
"Di luar sudah kacau balau, jalan menuju tungku penempaan dipenuhi perisai dan senjata yang tercecer. Banyak prajurit Kurcaci yang terluka bergelimpangan sambil terus mengerang, namun lebih banyak lagi yang nekat menerjang ke arah makhluk gaib sambil menggenggam senjata."
"Kecepatan gerakan Esin luar biasa lincah, melesat cepat seperti bola bundar yang menggelinding. Ini membuatku hampir meragukan apakah dia seorang Kurcaci atau elf yang gesit."
"Setelah melewati sebuah gunung, tiba-tiba aku merasakan gelombang panas menyengat. Rupanya, tungku penempaan sudah di depan mata!"
"Puff~!"
"Tiba-tiba bayangan hitam melesat keluar dari celah gunung. Setelah kuperhatikan, jantungku nyaris copot - itu adalah separuh tubuh prajurit Kurcaci yang terkoyak dari dada, tulang rusuk putih yang mengerikan terpapar. Matanya membelalak penuh ketidakrelaan, tubuhnya terus kejang-kejang sementara bagian bawah tubuhnya entah di mana."
"Ah!"
"Kucing betina Tina menjerit ketakutan. Segera kusambar tubuhnya dan kulempar ke semak di pinggir jalan. "Tina, jangan ikut. Terlalu berbahaya!" kataku datar."
"Kucing cantik itu memandangku dengan wajah kesal, bibirnya membentuk cemberut namun tak mengucapkan perlawanan."
"Kuberi tendangan pada kudaku untuk menerobos celah gunung. Begitu melihat pemandangan di depan, seluruh tubuhku membeku oleh getaran dahsyat——"
Tungku peleburan raksasa berdiri kokoh di lembah, area ini terasa panas bagaikan gunung berapi. Di atas tungku besi yang membara, terpasang fasilitas jalan yang saling bersilangan. Saat ini, pasukan Kurcaci dalam jumlah besar sedang membanjiri jalan-jalan tersebut. Yang mereka hadapi adalah monster menyerupai laba-laba raksasa yang mengejutkan!
Yang mengejutkanku, monster ini ternyata memiliki sisik dan tanduk, persis seperti pterosaurus berkaki dua dari Barat!
Jeritan kembali terdengar, beberapa prajurit Kurcaci secara serempak terpotong menjadi dua oleh bilah tajam di tangan monster!
Esin di depanku langsung merah matanya, mengaum: "Binatang terkutuk!"
"Huu~!"
Esin mengayunkan kapak besar dan berlari menyerang.
Aku segera memacu kuda menyusul sambil melihat atribut monster:
【Prajurit Naga Illi】（BOSS Epik）
Level: 135
Serang: 5500-6800
Pertahanan: 4500
Darah: 2 juta
Jenis serangan: Serangan sapuan, dapat menyebabkan kerusakan area pada target dan dengan cepat mengurangi nilai Kehidupan
Jenis pertahanan: Zirah berat
Tambahan: Prajurit Naga adalah spesies cacat hasil perkawinan naga tanah dengan kadal humanoid. Illi hidup dalam diskriminasi dari naga tanah lain, simpanan dendam memberinya kemampuan serangan destruktif
……
"Esin, mundur! Kau bukan lawannya!"
Aku berteriak keras, ini sangat jelas, Esin hanyalah NPC yang ditingkatkan level 130. Mungkin bagi pemain dia sangat hebat, tapi jika harus melawan BOSS epik ini secara langsung, mungkin dia tidak akan tahan beberapa kali pukulan sebelum jatuh.
Esin menoleh, marah: "Aku tidak punya pilihan!"
Aku mengeluarkan Pedang Bulu Terbang, berkata santai: "Esine, mundur, biar aku yang tangani!"
