A Li sengaja menegakkan dadanya yang montok, berkata dengan genit: "Lin Fan si ganteng, kita ketemu lagi nih～～"
Orang yang tidak tahu mungkin mengira dia sedang birahi. Aku ingin sekali menyelinap ke celah tanah. Beberapa baron yang lewat menoleh sambil berbisik: "Bangsat~ Cewek seksi gitu kok udah punya Tuhan! Eh, yang satunya itu bukan Murong Shanshan? Kok Shanshan juga bareng si kriminal itu?"
Mahasiswa lain berkata: "Bangsat, pelan-pelan! Jangan sampai didengar!"
Sial! Suara mereka menggema seperti guntur sampai mustahil tidak dengar. Saat hendak kambuh, Murong Shanshan sudah menyandang lenganku sambil tersenyum manis: "Ayo kita ke Danau Jinji lihat pemandangan malam, setuju? Kakao sama A Li belum pernah."
Aku mengangguk, lalu menggoda A Li: "A Li, pacarmu tahu nggak kamu jalan sama aku? Nggak cemburu?"
A Li melontarkan pandangan genit: "Masa iya? Sekarang dia pasti lagi asyik sama cewek lain, mana ingat aku!"
Aku kaget: "Bangsat! Kalian santai banget ya?"
A Li menutup mulut sambil terkekik: "Cuma akting sesaat buat senang-senang, perlu serius amat? Kami nggak kayak kalian berdua, mencintai seperti orang bodoh～～"
Murong Shanshan langsung mengangkat alisnya: "Diam dikit nggak bakal bikin kamu bisu!"
A Li langsung menutup mulutnya, menjulurkan lidahnya lalu berkata: "Aku kira Lin Fan kamu sudah mendidik Shanshan dengan baik, siapa tahu masih terlihat galak begitu..."
Kakao tertawa: "Menurutku, mungkin Shanshan yang mendidik Lin Fan, tidakkah kalian lihat orang itu sama sekali tidak berubah?"
"Bukan begitu~" Murong Shanshan membantah, lalu menunjukkan senyuman memikat sambil menempelkan wajah putih saljunya di dadaku: "Aku hanya galak ke orang lain, lembut hanya ke Lin Fan, hmph~~ Kalian takkan pernah melihat sisi lembutku ini!"
Aku tersenyum, mengelus rambut panjang Murong Shanshan dengan penuh kasih: "Benar, kelembutan Shanshan-ku bisa mencairkan es ribuan tahun!"
A Li dan Kakao serentak menggulung lengan baju dan menggosok lengan mereka: "Aduh, mesra sekali, bulu kuduk kami merinding semua~~"
Murong Shanshan mendengus sambil tertawa: "Kalian si nona-nona, rindu dipukul ya? Cepat naik mobil! Kita berangkat, semua pengeluaran hari ini tanggunganku, apa pun mimpi kalian yang belum tercapai, sebutkan!"
"Berlari telanjang di Danau Jinji, apakah itu termasuk mimpi?" A Li tertawa genit.
Murong Shanshan berpikir sejenak: "Jika kamu tidak takut ditangkap karena mengganggu Harmoni Sosial, aku sama sekali tak keberatan, bahkan akan memotretmu dengan lampu kilat di kegelapan malam!"
“……”
Sampai di mobilku, Kakao mengelus body mobil sambil tertawa: "Mobil Lin Fan ini terlihat sangat serangan nyata!"
Aku terkejut: "Kakao, maksudmu apa?"
Kakao terkekuk: "Sederhana, BMW Shanshan itu buat pajangan, mobilmu ini keliatannya... hmm, murni buat kabur!"
Aku langsung malu, Murong Shanshan mendengus: "Ayo naik! Banyak bacot!"
Setelah masuk, A Li masih asyik mengelus-elus jok. Dari kaca spion kuperhatikan lama, akhirnya kutanya: "Enak? Sensasi sentuhannya gimana?"
"Lumayan, permukaannya halus elastis. Cuma kekerasannya kurang dikit."
"Hmm... terpaksa dulu. Nanti ganti yang ada tuas kursi..."
A Li tersenyum puas. Kakao bingung. Murong Shanshan juga ketahuan kesabarannya kurang, matanya berkedip-kedip menatapku. Sengaja kuabaikan, lalu kumulai nyetir.
Di jalan utama kota, Kakao tertawa: "Perang negara 2 hari ini bikin semua orang kecapekan. Untung Shanshan lagi cuti studi, kalau nggak nilai pelajaran komputermu hancur! Kemarin dengar ada absen, 45 orang cuma 17 yang datang - semuanya perempuan! Profesor bilang mau potong 20 poin nilai akhir tiap orang!"
Murong Shanshan kaget: "Kakao, kamu main perang negara juga, nggak kolaps?"
Kakao tertawa: "Gapapa, nilai komputerku bagus. Potong 20 poin juga tetap lulus. Yang parah si A Li, waduh~~"
A Li menolak dikasihani: "Gak masalah! Nilai tanpa 20 poin itu juga tetep nggak lulus. Udah pasrah~"
Aku tak bisa menahan tawa: "Betapa indahnya kehidupan kampus! Kalian harus menghargai kesempatan belajar yang berharga, jangan sia-siakan waktu hanya untuk game～～"
A Li seketika mengejek: "Oh ya? Kalau orang tahu ini diucapkan ahli nomor satu Yueheng, entah berapa banyak yang akan tertawa sampai gigi besar copot! Ngomong-ngomong Lin Fan, pertarungan terakhirmu melawan dragon rider saat bertransformasi di akhir Perang Negara itu benar-benar keren abis! 5555555, kalau bukan karena kau sudah jadi milik Shanshan, pasti akan kukejar jadi pacar!"
Murong Shanshan tertegun sejenak lalu tertawa: "Jangan sok genit, si nona-nona! Banyak cowok ganteng di luar sana. Cowok ganteng jurusan Termofisika, cowok basket jurusan Matematika, bukankah itu semua kekasih impianmu?"
A Li memonyongkan bibir: "Jangan disebut lagi. Cowok-cowok itu cuma punya tampang doang. Tidak seperti Lin Fan yang ganteng, punya sedikit kedalaman, apalagi kemampuannya di game. Pemuda 24 tahun bisa memimpin kemenangan di Perang Negara sebesar itu! Percayalah, tak ada satu pun cowok di kampus kita yang punya kemampuan seperti itu."
Murong Shanshan berkata dengan nada genit: "A Li, jangan terlalu memujinya..."
Kakao yang memperhatikan situasi tersenyum: "Iya, lihat betapa tegangnya Shanshan. Dia takut kau akan merebut Lin Fan darinya!"
Murong Shanshan justru tertawa kecil, matanya berbinar-bersinar: "Mana mungkin? Aku sama sekali tidak takut～～"
A Li tertawa: "Sudahlah, sudahlah, aku masih punya kesadaran diri. Bersaing merebut pacar dengan Shanshan? Aku tidak sampai segitunya nekad. Lagipula, kalau sampai menghina Shanshan, nanti siapa yang akan kita keruk untungnya? Pizza Hut lezat, Chuanfu Lou... Aku belum puas makan semua itu～～"
Sambil menyetir, aku berkata: "Dengar-dengar, kalian seperti teman minum dan makan saja!"
Murong Shanshan tersenyum kecut, lalu menambahkan: "Dua hari lagi aku akan pindah kembali ke asrama, tolong rapikan ranjangku."
"Oke, tidak masalah!" Kakao melirikku, bertanya: "Kenapa? Kamu tidak tinggal bersama Lin Fan lagi?"
Murong Shanshan langsung memerah: "Dari awal kami memang tidak tinggal bersama, cuma di gedung yang sama saja. Kakao, pikiranmu terlalu jahat! Jujur saja, akhir-akhir ini kamu sering tinggal bersama Wu Dong ya?"
Dihadang balik oleh Murong Shanshan, Kakao langsung panik: "Tidak, tidak sama sekali～～"
A Li di samping malah tertawa: "Tidak mungkin! Rata-rata dua kali seminggu tidak pulang, setiap kembali selalu terlihat sangat puas. Hmm, frekuensi 'aktivitas' ini cukup harmonis!"
Ucapan super terbuka A Li membuat Murong Shanshan dan Kakao sama-sama memerah. Tapi justru sesuai seleraku, jadi aku tak tahan bertanya: "A Li, kalian semua sudah sebegitu terbukanya? Kondisi mahasiswi sekarang bagaimana? Apa di asrama perempuan masih ada perawan yang belum tersentuh?"
A Li menyeringai ke arah Murong Shanshan sambil berkata: "Jika kau belum 'memakan' Shanshan, berarti dia masih perawan terakhir di asrama kita~~ Ah, jangan-jangan kau benar-benar menunggu sampai sekarang tanpa bertindak? Itu benar-benar pemborosan yang keterlaluan!"
Wajah putih salju Murong Shanshan langsung memerah membara, aku yang duduk di sampingnya seolah bisa merasakan panasnya.
Konsekuensinya, Murong Shanshan menoleh dengan penuh niat membunuh ke A Li: "Si nona-nona! Rupanya kau sudah bosan hidup, berani ikut campur urusan pribadiku! Katakan, berapa mata kuliah yang ingin kau gagal semester ini? Kakak pasti penuhi, hanya perlu telepon ke Dekan!"
Wajah A Li langsung pucat pasi: "Aduh, adik Shanshan yang pintar, imut, polos, dan baik hati... Aku tidak sengaja, pasti kakak cantik nan bijaksana ini tidak akan mempermasalahkan kesalahan kecilku kan?"
Murong Shanshan tak tahan tertawa: "Kau ini, sungguh sayang bakatmu kalau tidak jadi nona pendamping minum!"
A Li kaget: "Kok kau tahu aku ingin kerja di situ?"
Murong Shanshan speechless. Saat itu kami juga telah melewati supermarket Auchan dan tiba di tepi Danau Jinji.
Aku mencari tempat parkir, tapi Murong Shanshan berkata: "Nanti kembali siap-siap kena denda!"
Kukatakan: "Denda ya denda. Sekarang tidak ada parkiran, masa harus parkir di danau?"
"Hehe, terserah. Ayo, sepertinya ada pendatang baru sedang fotoin di sana!"
Dari kejauhan, di balik kegelapan malam, memang terlihat sepasang pengantin baru mengenakan gaun pengantin sedang berjalan santai di tepi danau. Rombongan besar keluarga dan kerabat mengikuti di belakangnya. Pengantin wanita yang cantik itu terlihat sangat mempesona di bawah sorotan lampu.
Murong Shanshan tak bisa menyembunyikan rasa irinya. Ia menoleh dan bertanya dengan suara lirih, "Lin Fan, akankah kita juga mengalami hari seperti itu suatu saat nanti? Jika aku mengenakan gaun pengantin, apakah aku akan terlihat cantik?"
Aku tertegun sejenak. Benar juga, akankah kita memiliki hari seperti itu? Gaun pengantin putih bersih melambangkan cinta sejati yang murni. Perasaan Murong Shanshan padaku begitu tulus, namun aku tak bisa mencintainya dengan sepenuh hati.
Mata indah Murong Shanshan dipenuhi harapan saat menatapku. Setelah beberapa detik, kukatakan dengan penuh keyakinan, "Tentu kita akan memiliki hari itu. Langit dan bumi boleh berubah, tapi cinta kita takkan berubah. Setelah Shanshan lulus nanti, kita akan bersama, menikah di Paris, Prancis, dan berbulan madu di sana."
"Tapi, bagaimana dengan Xue Han dan Xin Yu?" Murong Shanshan tersenyum nakal, sengaja membuatku kesulitan.
Dengan tenang kujawab, "Kita urut satu per satu. Aku rela berkorban, menikah tiga kali..."
Murong Shanshan tertawa, "Wah, kamu ini benar! Memang enak jadi dirimu! Meskipun aku mau setuju, Xin Yu dan Xue Han pasti takkan menerima!"
Kataku, "Asal kamu setuju, Xin Yu dan Xue Han pasti takkan keberatan ~~"
"Tapi, menikah tiga kali bisa kena pasal poligami dan kau bisa dihukum tembak... Aku tak mau kamu tewas seperti itu!"
“Tak apa, hanya perlu ambil sertifikat sekali saja, mana mungkin ada banyak repot. Kita beberapa orang hidup bersama, siapa yang berani melaporkan? Kalaupun dilaporkan, tuduhannya apa? Tinggal bersama secara ilegal? Hehe, terlalu konyol, ini mungkin kasus paling lucu di Tiongkok! Separuh orang di jalanan juga tinggal bersama secara ilegal!”
Murong Shanshan terkikik: "Baiklah baiklah, rencanamu bagus. Tapi kalau kau bawa Xue Han atau Xin Yu bulan madu ke luar negeri, harus bawa aku juga!"
Aku kaget: "Bangsat! Bawa aku ikut bulan madu? Shanshan, kau benar-benar tidak tahu malu!"
Kegelapan malam menyelimuti, pantulan danau berkilauan. Cewek cantik itu bersandar di pelukanku, tersenyum lembut: "Aku tidak peduli segalanya, yang penting selanjutnya harus terus bersamamu."
Saat itu, Kakao dan A Li sudah sampai di tepi danau, menunjuk ke bawah berteriak: "Wah! Yang berenang kesana kemari itu ikan bukan?"
"Omong kosong! Malam-malam mana mungkin ada ikan berenang?"
"Kau yang ngawur! Kira-kira ikan semua seperti manusia yang baru berani kencan malam-malam?"
……
Dua MM itu masih berdebat di tepi danau. Aku menggenggam tangan kecil Murong Shanshan yang halus, mendekat sambil berkata: "Beberapa jenis ikan memang baru mencari makan di malam hari!"
Kakao menoleh: "Oh begitu? Hal seperti ini tidak pernah kuketahui sebelumnya."
Baru saja dia selesai bicara, sepasang kekasih melewati samping kami. Pria itu seorang paruh baya dengan setengah kepala botak, sementara wanita berwujud janda muda yang erat merangkul sang pria, berbisik: "Sampai kapan kau menunda-nunda? Tahun lalu bilang mau cerai tapi sampai sekarang tak ada tanda-tanda. Aku sudah berterus terang ke keluarga. Kalau kau cuma main-main, jangan harap bisa habis memanfaatkan lalu kabur!"
Pria itu buru-buru menenangkan: "Masa sih? Jangan berpikir macam-macam. Aku bukan tipe begitu. Cuma... aset dari si muka kuning belum ditransfer ke rekeningku. Ini demi masa depan kita. Dengan 1 juta itu, bukannya kita bisa melakukan apa saja?"
Wanita itu tersipuk manis: "Untung masih ada sisa nurani~"
Tangan pria itu mengelus-elus bokong montok sang wanita, menghilang dalam kegelapan malam.
Kami berempat menyaksikan mereka menjauh. A Li mencibir: "Nah, itu juga ikan yang keluar cari makan malam hari~~ Dasar SB! Mahasiswi belum lulus kayak aku aja tahu itu pria cuma main-main. Dasar otakmu rusak level parah!"
Murong Shanshan berkomentar: "Tapi terlihat cukup bahagia juga~~ Tidak masalah kok berkhayal. Buat apa mencari tahu kebenaran yang menyakitkan?"
Kakao memuji: "Pencerahan Shanshan memang tinggi levelnya!"
Murong Shanshan terkekum. Saat itu, dering teleponnya menggema jelas di tepi danau yang sunyi malam itu.
Melihat nomor tersebut, Murong Shanshan seketika tersenyum lebih manis. Setelah mengangkat telepon, ia langsung bersuara manja: "Halo? Ibu, bukankah kemarin baru saja memberimu telepon? Kenapa menghubungiku lagi?"
Suara Murong Xuan terdengar jelas: "Begini, Shanshan, Ibu akan pergi ke Suzhou setiap sore. Nanti malam, kau dan Lin Fan temani Ibu makan malam ya! Anggap saja sebagai perayaan kemenangan kalian!"
Murong Shanshan tersenyum: "Baiklah baiklah! Ibu ingat bawa cukup uang saja, kami bisa makan banyak lho!"
Murong Xuan tersenyum penuh kasih: "Sudahlah, kalian berdua mana mungkin bisa membuatku bangkrut! Kalau Ibu datang, ada hal yang tidak nyaman bagi kalian?"
“Tidak ada～～” Murong Shanshan mengedipkan matanya, tiba-tiba berkata: “Ngomong-ngomong Ibu, bagaimana kalau mengajak Lu Xuehan dan Xin Yu juga? Jika hanya mengundang aku dan Lin Fan, kayaknya kurang baik...”
Murong Xuan tertegun sejenak, kemudian tersenyum: “Baiklah, kalau kau tidak keberatan, aku juga tidak akan berlagak galak. Tolong sampaikan ke kedua nona-nona itu, aku juga akan mentraktir mereka makan bersama.”
“Baik, kalau begitu besok ketemu!”
Setelah selesai berbicara, Murong Shanshan menutup telepon dan bersemangat berkata padaku: “Ibu besok sore datang ke Suzhou, malam ini mentraktir kita makan! Xue Han dan Xin Yu juga ikut!”
Aku mulai kerepotan: “Benar-bener harus mengajak Xin Yu dan Xue Han juga?”
“Tentu saja, satu keluarga kan～” Murong Shanshan berkata dengan nada tersirat.
Aku merasa memandangnya, dia juga tersenyum manis menatapku. Tiba-tiba Keke berkata, "Hmm? Area komersial di tepi danau sepertinya sedang mengadakan festival kuliner, yuk kita ke sana mencoba hidangan lezat?"
A Li langsung menyetujui. Aku dan Murong Shanshan juga tidak keberatan. Akhirnya kami meninggalkan tepi danau. Di area komersial, benar-benar ada legenda yang terkenal. Aku mengeluarkan uang membeli empat gelas susu teh, masing-masing memegang satu. Keke dan A Li seperti hantu kelaparan, terus merengek ingin makan ini itu. Murong Shanshan menarikku mengikuti di belakang mereka sambil sibuk membayar tagihan.
Kami terus berkeliling sampai lewat pukul delapan malam. Sebagai bentuk kesungguhan, akhirnya aku mentraktir A Li dan Keke makan di hotel setempat. Tapi karena mereka sudah terlalu banyak makan tusuk sate kambing, katanya sudah kenyang sejak tadi. Namun melihat hidangan lezat di meja, mereka masih ingin melanjutkan. Keke mengusulkan: "Bungkus saja! Microwave di kamar tante di lantai bawah bisa dipinjam untuk menghangatkan. Sarapan dan makan siang besok sudah ada!"
Murong Shanshan menambahkan: "Benar! Jangan sampai terbuang percuma. Berhemat itu kebajikan!"
Aku teringat Xin Yu dan Lu Xuehan di rumah. Lalu memesan beberapa masakan lagi untuk dibawa pulang. Dengan microwave di kamarku, makanan bisa dihangatkan sebagai makan mereka. Menikmati makan di kamar sendiri - ini benar-benar kemewahan.
Saat mengantar kakao dan A Li kembali ke kampus, waktu sudah lewat jam 10 malam. Kemudian aku membawa Murong Shanshan kembali ke perusahaan, tiba tepat jam 11. Lampu kamar Xin Yu masih menyala, ternyata dia sedang menonton film bersama Lu Xuehan.
Mendengar suara kami naik tangga, Lu Xuehan segera menyambut dengan gembira. Aku mengangkat N kotak makanan: "Xuehan, di mana Xin Yu? Panggil dia ke kamarku, kita makan malam sebelum tidur!"
Meski kebiasaan makan kenyang sebelum tidur tidak baik, tapi sulit dihilangkan.
Xin Yu segera datang dan menghangatkan masakan satu per satu. Saat semua sudah duduk, aku berkata: "Besok malam, ibu Shanshan akan datang ke Suzhou untuk makan malam bersama kita."
Xin Yu terkejut membuka mulut lebar, lama kemudian baru berkata: "Kenapa harus bersama kita?"
