Lu Xuehan mengangguk pelan dan berkata: "Saya Lu Xuehan, salam kenal Tante……"
Murong Xuan tersenyum dan berkata: "Benar-benar kecantikan yang luar biasa! Dalam perjalananku ke berbagai tempat selama bertahun-tahun, melihat begitu banyak gadis kecil cantik, mungkin hanya Shanshan yang bisa menyaingimu～～"
Murong Shanshan seketika merendah: "Ibu, perkataanmu tidak adil. Seorang ibu tak akan menganggap anaknya jelek, sekalipun aku jelek, Ibu pasti tetap menganggapku cantik!"
Murong Xuan tak bisa menahan senyum manisnya: "Tapi, Shanshan-ku memang secantik ini, apa lagi yang bisa Ibu katakan?"
Setelah selesai bicara, Murong Xuan menatap Xin Yu, tersenyum tipis: "Kamu adalah... Xin Yu?"
Xin Yu terkejut sejenak, menjawab dengan gelisah: "Ya, selamat siang Tante..."
Murong Xuan tersenyum samar, tidak banyak bicara, lalu berkata padaku: "Lin Fan, kamu nyetir mobil, bawa Xin Yu dan Lu Xuehan, Shanshan ikut aku, lalu kalian ikut di belakang kami. Cepatlah, nanti tidak ada bilik kosong!"
"Oh, baik!"
Aku segera memberi kode mata pada Xin Yu dan Lu Xuehan, mereka pun cerdas mengikutiku keluar dari aula perusahaan. Xin Yu mengikuti ketat di belakangku, kupegang tangannya yang kecil, tapi merasakan telapak tangannya basah oleh keringat.
"Xin Yu, jangan tegang, Ibu Shanshan tidak akan memakanmu. Lagipula, dia sudah diam-diam menyetujui hubungan kita, tak perlu terlalu khawatir!"
Xin Yu mengangguk, bertanya: "Lin Fan, jika Tante Murong Xuan sangat menentang kita, apa yang akan kau lakukan?"
Aku tertawa: "Dia tidak menentang kok, jangan terlalu sensitif!"
Xin Yu tersenyum lembut: "Hm, bagaimanapun juga, aku tidak akan mengubah tekad awal..."
"Hm, aku juga!"
Di belakang, Lu Xuehan tersenyum lembut: "Menurutku Tante Murong Xuan tidak semenjengkelkan yang dikatakan Shanshan. Andai aku punya ibu seperti itu, pasti sangat menyenangkan~~"
Ibu Lu Xuehan sudah lama meninggal, kami semua sudah tahu, jadi Xin Yu tersenyum dan berkata: "Xue Han, jangan cemburu. Apa kau tidak dengar ucapan tante Murong Xuan? Sebenarnya, dia juga merasa kamu sangat luar biasa, mungkin dia juga sangat berharap memiliki putri secantik dan baik hati sepertimu!"
Lu Xuehan tersenyum kecut: "Dia sudah punya Shanshan yang cantik, aku tidak perlu ikut campur~~"
Saat itu, aku sudah mengambil kunci dan mengeluarkan mobil dari garasi. Setelah Lu Xuehan dan Xin Yu naik, kami keluar dari pintu samping. Di luar, mobil Murong Xuan sudah parkir. Murong Shanshan yang berdiri di samping mobil tersenyum padaku: "Lin Fan, ikuti ketat! Kalau tidak, tidak ada makan malam!"
Aku tersenyum. Murong Xuan menghidupkan mobil setelah putrinya naik. Asistennya duduk di kursi belakang, sedangkan Murong Shanshan duduk di samping ibunya.
Dua mobil beriringan melintasi jalan utama kota yang semakin gelap oleh malam. Setelah hampir setengah jam, akhirnya kami tiba di lokasi tujuan. Langit sudah gelap, keramaian lampu dan anggur merah di restoran itu terlihat sangat mempesona. Godaan inilah yang membuat banyak remaja terbuai.
Pelayan itu berpakaian rapi meski senyumnya kaku. Ia mempersilakan kami masuk ke bilik yang sudah dipesan.
Murong Xuan tidak banyak basa-basi. Setelah memesan masakan sendiri, diam-diam ia mengamati kami dengan tatapan yang sengaja/tidak sengaja menyapu tubuh Lu Xuehan dan Xin Yu.
"Kalau semua diam, baiklah aku akan bercerita!"
Murong Xuan tersenyum kecut, setelah melihat kami tidak ada keberatan, dia berkata: "Dahulu kala, di India ada seorang raja. Suatu kali, dia memerintahkan beberapa orang buta untuk meraba seekor gajah. Seorang buta meraba belalai gajah dan berkata ini adalah pipa, yang lain meraba telinga gajah dan berkata ini kipas, ada juga yang meraba ekor gajah lalu menyebutnya tali. Hehe, kalian tahu artinya apa?"
Murong Shanshan mengedipkan matanya, berkata: "Ibu, jangan meremehkan kecerdasan kami dong? Bukankah ini maksudnya menyamaratakan sebagian kecil?"
Murong Xuan tersenyum kecut sambil memandang Xin Yu, bertanya: "Xin Yu, menurutmu bagaimana?"
Xin Yu tampak gelisah, berkata dengan tidak natural: "Maksud tante adalah ingin memberitahu kami bahwa anak muda tidak bisa melihat keseluruhan?"
"Hehe, benar anak yang pintar!"
Murong Xuan memuji, lalu berkata dengan maksud tersirat: "Kalian semua masih terlalu muda. Kadang hanya melihat sisi baik suatu hal, tapi tidak melihat kegelapan di baliknya. Tertipu oleh keindahan dalam mimpi kecil, sampai akhirnya melihat segalanya baru menyesal."
Xin Yu menggigit bibirnya: "Tante, maksudmu..."
"Hehe, tidak ada apa-apa~~ Ngomong-ngomong, hari ini kita minum sedikit yuk, langka kalian dan Shanshan menemani saya makan."
Murong Xuan sepert ingin mengatakan sesuatu, ragu sebentar lalu menghentikan diri. Murong Shanshan bingung melihatku, aku hanya tersenyum getir sambil menggeleng, juga tidak bisa menebak apa yang ingin dilakukan ibunya.
"Tak lama kemudian, hidangan dan baijiu semua dihidangkan, tingkatannya sangat tinggi. Murong Xuan menyuruh pelayan menuangkan baijiu untuk semua orang, lalu berkata: 'Untuk pertemuan kita hari ini di sini, mari kita minum satu gelas!'"
"Murong Xuan menghabiskan minumannya sekali teguk. Kami generasi muda tentu tak bisa setengah-setengah, bahkan Lu Xuehan juga meneguk habis gelasnya, wajahnya seketika memerah merona."
"Setelah beberapa gelas, Xin Yu mulai agak mabuk. Murong Shanshan dengan wajah kemerahan bersandar di samping ibunya, bercerita tentang urusan ke kampus."
"Entah berapa lama kemudian, Murong Xuan akhirnya mengalihkan topik dari Murong Shanshan. Ia tersenyum lembut: 'Xin Yu, bagaimana kau dan Lin Fan bisa saling mengenal?'"
"'Ah... itu...'"
"Xin Yu menoleh memandangku dengan panik. Aku buru-buru berkata: 'Tante, aku dan Xin Yu bertemu secara kebetulan. Karena bekerja bersama, jadilah kami berkenalan...'"
"Murong Xuan terkekeh: 'Oh, begitu ya... Kalau begitu, maukah kalian semua mendengarkan sebuah cerita lagi dariku?'"
"Murong Shanshan menatap ibunya sambil berbisik mencegah: 'Ibu... Kami bukan anak kecil lagi, cerita apa lagi yang mau didengar...'"
Murong Xuan tersenyum tipis dan berbicara sendiri, "Dahulu kala, ada seekor anak kambing yang hidup bahagia di peternakan milik seorang petani. Setiap hari ia memakan rumput muda yang segar. Akhirnya, suatu hari ia tiba-tiba melihat rumput indah di luar pagar tinggi. Karena sangat iri, ia ingin mencicipi rumput lezat itu. Maka pada suatu hari, saat petani pergi, ia melompati pagar. Namun tepat ketika ia mencicipi rumput luar, seekor serigala menerkam! Alhasil, anak kambing itu menjadi hidangan lezat bagi orang lain!"
Murong Shanshan tampak bingung dan bertanya, "Ibu, apa makna dari cerita ini?"
"Tetap pada tempatmu!"
Murong Xuan menatap Xin Yu sambil melanjutkan, "Apa yang memang milikmu akan tetap menjadi milikmu. Jika bukan, konsekuensi memaksakan kehendak hanya akan merugikan diri sendiri, bahkan bisa mencelakakan orang lain. Tapi terlalu banyak orang tak memahami prinsip sederhana ini. Katanya 'puas hati membawa kebahagiaan', tapi sedikit yang bisa melakukannya. Hanya orang yang tahu diri yang tak akan menyesatkan diri maupun orang lain!"
Sekejap mata, semua yang hadir memahami maksud Murong Xuan.
Murong Shanshan berkata dengan kesal, "Ibu, apa yang Ibu bicarakan ini?!"
Xin Yu menggigit bibirnya, menatap Murong Xuan tanpa ragu dan berkata: "Tante, mungkin bijak untuk berperilaku baik dan mematuhi aturan, tapi tak ada yang bisa merencanakan segalanya untuk orang lain. Jika benar-benar mencintai, berjuanglah! Meski kehilangan segalanya, apa lagi? Aku tahu diriku masih muda, banyak hal belum kupikirkan matang-matang. Tapi lebih baik kukejar kebahagiaan ini, sekalipun harus membayar mahal, takkan kusesali! Karena... aku tak mau menyesal seumur hidup..."
Murong Xuan tertegun sejenak. Dengan napas berat penuh duka ia berucap: "Bahkan jika kau tak menyesal, pernahkah kau pikirkan perasaan orang lain? Keteguhanmu mungkin telah melukai mereka, mungkin tak pernah kaupikirkan itu? Heh... manusia tak boleh sebegitu egois..."
Xin Yu membeku seketika. Bibirnya terkunci rapat sementara matanya yang indah berkaca-kaca seperti diselimuti kabut.
Tiba-tiba Murong Shanshan bangkit berdiri. Menatap ibunya dengan tatapan tajam ia berseru: "Ibu! Kaulah yang egois! Aku tak mau menerima barang pemberian! Bila bukan milikku, akan kurebut sendiri, tapi tak dengan cara seperti ini!"
Usai bicara, Murong Shanshan berlari keluar kamar sambil meneteskan air mata. Derap langkah kakinya yang tak beraturan menggema di tangga.
Murong Xuan tersenyum getir. Perlahan ia bergumam: "Nona-nona bodoh... Ibu memang ibu yang egois... Ibu hanya ingin kau bahagia... Sekalipun dikutuki orang... Ibu takkan peduli..."
……
"Shanshan!"
Aku mengejar sampai ke mulut tangga, menoleh dan melihat sinar mata berkilauan di mata Xin Yu.
"Xue Han, temani Xin Yu dengan baik!"
Kukatakan satu kalimat, lalu berlari keluar.
Di luar, pemandangan kelabu menyelimuti. Mataku menyapu ke segala arah, akhirnya menemukannya di samping air mancur plaza.
Murong Shanshan menghadap air mancur jernih, mata berkaca-kaca, bahu indahnya gemetar halus. Di antara isak, ia berucap: "Kenapa Ibu bisa seperti ini... Kalau begini, bagaimana pandangan Xin Yu padaku? Wuuwu... Mengapa harus begini..."
Ku dekati, tangan menopang lembut bahu Murong Shanshan: "Shanshan, ini bukan salahmu. Tante dia... Ah, benar-benar pesta tanpa kebaikan..."
Murong Shanshan berbalik menatapku langsung, tersedu: "Xin Yu pasti mengira aku sengaja mengajaknya makan, lalu meminta Ibu secara tak langsung mengusirnya darimu... Lin Fan, bagaimana ini? Xin Yu pasti membenci mati aku..."
Kulempar pandangan ke belakang. Memang, kebetulan ini terlalu mencurigakan. Wajar jika Xin Yu curiga.
"Shanshan, pulanglah. Hibur Xin Yu, antarkan tante kembali..."
……
Tanganku meraih tangan kecil Murong Shanshan, tapi merasakan dingin yang menusuk.
