Dalam kabut penglihatan, Xin Yu masih duduk dihadapanku dengan senyum manis, dada montok memamerkan pemandangan menggoda!
Kupalingkan wajah, melihat beberapa gadis cantik sedang mengobrol. Salah satu gadis kecil berkata nekat: "Kali ini biar aku yang mentraktir kalian! Soalnya kalian turun level buat perlengkapan kakak~~ Yuk Kakao, makan lebih banyak dada ayam, biar cepat berkembang~~~"
Hah? Pemandangan ini familiar sekali, bukankah ini KFC tempat pertemuan pertamaku dengan Murong Shanshan?
"Lin Fan, SEKARANG JUGA datang ke kampus kami! Kalau sebelum jam 6 belum kelihatan batang hidungmu, kau PASTI MATI!"
Suara galak Murong Shanshan menggema di telinga. Kulihat ke atas, salju beterbangan di langit.
Ah, sialan! Lagi-lagi turun salju. Aku tak suka hari bersalju karena tak bisa melihat cewek cantik di jalan. Tapi karena Murong Shanshan, aku mulai menyukai salju. Sebab, saat menatap salju bersamanya, aku justru menatap dirinya. Tak ada kecantikan yang lebih memesona darinya.
"Hmm, di dalam baunya busuk! Sepertinya ada Penyihir arwah gelisah di dalam ~~ Lin Fan, kau yang pancing keluar, kita bunuh bersama untuk ambil peralatannya. Yang hijau untukmu, biru untukku!"
"Sial, kenapa selalu aku yang disuruh? Shanshan kau memang jago hitung-hitungan!"
Si cewek cantik masih berbinar, mata besarnya yang indah berkedip-kedip dengan wajah kecewa: "Masa sih? Bersama gadis lemah sepertiku, tugas berat begini pasti jadi bagianmu. Mana tega suruh aku pegang Penyihir arwah gelisah yang jorok itu?"
Murong Shanshan mengedip-ngedipkan matanya, membuat orang kesal sekaligus gemas.
"Aiyaya ~~ Lin Fan, kenapa jalur cintamu di telapak tangan banyak belahannya? Ternyata kau memang si hidung belang!"
Memegang tanganku, Murong Shanshan terkejut membuka mulut kecilnya sambil memiringkan kepala memperhatikan ekspresiku.
Kuputar tangan menghindar lalu kutangkap tangan mungilnya yang seputih salju, kuremas sambil berkata: "Wah! Shanshan sensasi sentuhanmu enak banget, biar pegang lagi!!"
"Jangan jangan, dasar bajingan!!"
Pipinya memerah sambil menempel di bahuku, rambut panjangnya berkibar tertiup angin, helaian-helaiannya menggelitik bikin hati berbunga.
"Lin Fan, menurutmu guildku sebaiknya diberi nama apa? Pedang & Mawar terdengar bagus?" Murong Shanshan memegang minuman dingin sambil bertanya dengan mata berkedip.
"Nggak bagus! Mending namanya Pasukan Wanita Merah!"
“Hah, kenapa harus pakai nama itu? Aneh sekali!” Dia memandangku dengan terkejut.
“Nama ini bagus! Seluruh guild isinya cewek MM, cuma aku satu-satunya pria, lebih megah dari harem kaisar kuno dengan 3000 selir!”
“Wuuwu～～ Kau bajingan besar, mencari MATI!”
Murong Shanshan menggenggam tanganku, menyumpal mulutku dengan es krim yang dipegangnya.
Aku menatap gambar besar si cantik yang tergantung di gedung, berkomentar: “Artis ini kulitnya halus banget, pinggangnya ramping, roknya pendek sekali...”
“Wuuwu～～ Kenapa aku harus bersama bangsat sepertimu～～～”
Murong Shanshan memandangku dengan wajah penuh kesedihan dan kemarahan. Tiba-tiba dia melihat gadis kecil penjual mawar, lalu segera memanggil: “Adik kecil, kasih aku sembilan tangkai mawar, minta uangnya ke kakak itu!”
Gadis kecil itu menagih uang padaku. Aku langsung lari ke samping Murong Shanshan, menghirup aroma bunga: “Shanshan, buat apa beli ini? Wangimu lebih harum!”
Si cantik itu memerah pipinya, tersenyum: “Jangan banyak omong, bayar SEKARANG JUGA!”
Aku menggenggam tangannya, terpana melihat kecantikannya yang memikat.
Gambaran mulai kabur, menghilang. Ketika aku ingin melihat lagi, Murong Shanshan sudah tergeletak lemas di tanah, genangan darah menggenang.
Mimpi? Pasti mimpi!
Mana mungkin terjadi sesuatu pada Murong Shanshan?!
Terus kupanggil: “Shanshan~ Shanshan~ Shanshan～～”
……
“Hah!”
Tiba-tiba terbangun, aku membuka mata dan mendapati diri terbaring di tempat tidur pasien, lengan dibalut rapat.
“Shanshan! Di mana Shanshan? Di mana Shanshan?!” Aku berteriak histeris.
Seorang perawat buru-buru masuk dan berkata: “Kau jangan terburu-buru, nanti lukamu terbuka lagi!”
“Shanshan... Bagaimana keadaan Shanshan? Bagaimana Xuehan dan Xin Yu?” Aku bertanya keras.
Perawat memegang buku catatan, melihatnya lalu berkata: “Tenang saja, dua gadis bernama Ning Xin Yu dan Lu Xuehan baik-baik saja, hanya lecet ringan. Tapi Murong Shanshan dia...”
Jantungku serasa dihantam: “Ada apa dengan Shanshan?”
“Dia... tidak dalam bahaya nyawa, tapi...” Perawat tampak ragu, akhirnya berkata: “Lebih baik kau lihat sendiri, dia di ranjang pasien sebelah...”
Dengan ditopang perawat, aku turun dari ranjang. Sebelum masuk ke ruang sebelah sudah kudengar suara Murong Shanshan: “Aku tidak mau ini! Ambilkan pergi!”
Dua dokter berdiri tak berdaya di sampingnya.
Di atas ranjang, Murong Shanshan duduk dengan sehelai kain kasa melilit wajahnya menutupi mata. Tangannya merobek-robek kain itu sementara bibirnya gemetar: “Kenapa harus menutupiku dengan ini...”
Dokter menghela napas: “Kalau begitu, lepaskan saja...”
Perawat segera mengurai belitan kain kasa. Aku mendekat dan duduk di tepi ranjang - pemandangan yang terlihat membuat dadaku sesak menahan pedih——
Mata Murong Shanshan telah kehilangan berbinar yang dulu, seakan tertutup lapisan warna kegelapan.
"Shanshan, aku di sini..." Aku segera menyangga bahunya.
Namun Murong Shanshan mengulurkan tangan menyentuh udara depan, tiba-tiba menangis tersedu: "Lin Fan, mengapa aku tidak bisa melihat apa-apa lagi..."
Hatiku terasa seperti ditusuk pisau, Murong Shanshan... dia buta!
……
Memeluk Murong Shanshan erat, dengan hati-hati menepuk bahunya, aku menoleh bertanya: "Dokter, luka Shanshan ini sebenarnya bagaimana? Mengapa sampai tidak bisa melihat?"
Dokter menggelengkan kepala sambil menghela nafas: "Matanya saat kecelakaan tepat menghadap jendela kaca, sehingga serpihan kaca yang berhamburan menusuk bola mata. Serpihan ini sangat tajam dan halus, merusak jaringan mata hingga menyebabkan kebutaan. Maaf, dengan teknologi medis kami saat ini sulit melakukan operasi serumit itu untuk mengeluarkan serpihan. Mungkin... Anda bisa coba rumah sakit lain..."
Mendengar itu aku panik: "Rumah sakit lain? Tidak bisakah kalian memberi petunjuk jelas? Di mana tempat yang bisa menyembuhkan mata Shanshan?!"
Dokter menggeleng penuh kekecewaan: "Di dalam negeri pun mungkin tidak ada fasilitas untuk operasi sepresisi itu. Saat ini belum ada teknologi transplantasi saraf mata. Cara paling tepat adalah... transplantasi mata palsu, menggantinya dengan mata kaca..."
Aku kaget, Murong Shanshan di pelukanku semakin keras menggelengkan kepala: "Aku tidak mau aku tidak mau... Aku tidak mau mata palsu!"
Dokter berkata: "Kalau begitu tidak ada cara lain, hanya bisa mencari bantuan ke luar negeri, di dalam negeri sama sekali tidak mungkin. Jadi, saya sarankan kalian pergi ke luar negeri dalam setengah bulan, jika tidak, terlambat melewatkan waktu terbaik pengobatan, nanti menyesal sudah terlambat!"
Murong Shanshan menatap ke arahku, aku tahu dia tidak bisa melihat apa-apa, tapi dia tetap menghadapiku sambil menangis: "Lin Fan, aku tidak mau buta, aku ingin melihatmu, kita masih banyak janji yang belum terlaksana..."
Hatiku seperti terkoyak, memeluknya erat-erat: "Shanshan, aku pasti akan membawamu menyembuhkan matamu!"
Setelah berkata demikian, aku berkata ke dokter: "Tolong berikan semua laporan pemeriksaan dan diagnosa, aku akan segera urus!"
Tak lama kemudian, perawat menyerahkan tas dokumen ke tanganku. Saat itu, Lu Xuehan dan Xin Yu muncul di pintu kamar pasien. Xin Yu berjalan pelan mendekat, mengulurkan tangan menggenggam tangan Murong Shanshan, bergumam sambil menangis: "Shanshan maafkan aku... Aku berhutang terlalu banyak padamu..."
Murong Shanshan menarik tangan Xin Yu mendekati pipinya, menggesekkan wajahnya dengan lembut: "Xin Yu, aku hanya minta kau mau memaafkanku... Jika mataku bisa sembuh, jangan saling curiga lagi, setuju..."
"Ya! Ya!" Ekspresi Murong Shanshan yang polos membuat Xin Yu tak tahan tersenyum, air mata mengalir deras.
“Pada saat itu, Murong Xuan dengan wajah linglung berlari masuk ke kamar pasien. Ia duduk di tepi ranjang, memegang wajah Murong Shanshan sambil menangis: "Shanshan... Putriku, apa sebenarnya yang terjadi padamu?"”
“Dokter menjelaskan situasi secara singkat. Murong Xuan langsung tenang, mengambil laporan patologi dari tanganku. Setelah beberapa menit, ia berkata: "Lin Fan, bawa Shanshan kembali ke perusahaan dulu. Nanti akan kukirim perawat untuk merawatnya dengan baik. Dalam beberapa hari ini aku akan menghubungi teman di luar negeri. Begitu rumah sakit yang bisa menyembuhkan mata Shanshan terkonfirmasi, kita langsung berangkat!"”
“"Ya, Tante..."”
“Yang mengejutkanku, Murong Xuan tidak marah-marah. Malah ia melirik Xin Yu di samping dan berbisik: "Maafkan aku, Xin Yu..."”
“Murong Xuan tak pernah menyangka putrinya begitu keras kepala. Untuk menebus kesalahan, Shanshan bahkan mempertaruhkan diri menghadang bahaya untuk Xin Yu. Akhirnya ia sadar, tindakannya sendiri tak melukai orang lain tapi malah menyakiti diri sendiri.”
“Murong Xuan menghibur Murong Shanshan beberapa patah kata lagi, lalu pergi membawa laporan patologi sambil mengatakan akan kembali besok.”
“Setelah Murong Xuan pergi, barulah kuperhatikan Murong Shanshan dengan seksama. Kebetulan yang aneh, selain mata, tak ada bagian wajah yang terluka. Hanya di leher putih mulusnya terdapat beberapa garis darah. Kukatakan padanya: "Shanshan, selain matamu yang tak bisa melihat, wajahmu masih secantik dulu, tanpa luka sedikitpun!"”
“"Benarkah?"”
Murong Shanshan penasaran mengulurkan tangan menyentuh pipinya sendiri, tiba-tiba kembali cemas menarik lenganku: "Lin Fan, jangan-jangan mataku tidak bisa melihat lagi ke depannya, lalu kau meninggalkanku?"
Aku tersenyum getir: "Tidak, mata Shanshan pasti bisa disembuhkan. Bagaimanapun juga, aku tidak akan meninggalkanmu..."
Murong Shanshan mengangguk kuat: "Hmm... ayo pulang, bau obat di sini terlalu menyengat..."
Aku membantunya berdiri, meminta Lu Xuehan membantu mengganti pakaian, baru menyadari ada luka di belakang leher Lu Xuehan dan Xin Yu yang ditempeli banyak plester.
"Xuehan, kau baik-baik saja?"
Lu Xuehan dengan mata memerah: "Shanshan melindungi kami dari semua bahaya..."
Murong Shanshan memaksakan senyum: "Kalian berhutang padaku, catat baik-baik di buku akun, ingat untuk membalas nanti~!"
Melihat matanya yang kosong, Lu Xuehan tak tahan menangis tersedu-sedu.
