Seberkas cahaya menyilaukan mekar di barisan terdepan Pasukan Ksatria Emas, segerombolan makhluk kebencian nyaris tersapu bersih, cahaya itu terasa familiar, mirip kemilau Pedang Suci Cahaya, tapi seingatku, Pedang Suci Cahaya itu sepertinya sudah ditipu oleh Malfurion!
Dark juga turun langsung ke medan perang, demi kelangsungan hidup dan keagungan Aliansi Manusia!
Di saat bersamaan, pojok barat daya dataran Silver Moon juga muncul pasukan manusia dalam jumlah besar, ternyata merupakan kekuatan sebenarnya Kota Bulan Perak——pasukan gabungan dari Empat Resimen Elite!
Pintu gerbang Kota Bulan Perak juga terbuka lebar, pasukan pengawal istana kerajaan keluar berbaris rapi. Sosok cantik Nana muncul di posisi pertama, menunggang kuda gagah dengan mantel merah berkibar di belakangnya, tangan menggenggam pedang tipis keperakan, terlihat sangat gagah berani!
Aku melirik pasukan kavaleri Firdaus yang Hilang di belakang, lalu berseru perintah: "Manfaatkan kesempatan ini, semua mundur masuk ke kota! Karena pasukan NPC sudah dikerahkan seluruhnya, kita akan memberikan bantuan dari atas tembok kota!"
Tapi Zhangjian Xiaozhu tiba-tiba berkata: "Tidak bisa, Bos! Kalau kita sudah keluar, harus dengan tekad MATI! Kalau mundur lagi, apa artinya? Pokoknya bagaimanapun juga kita harus bertempur heroik di bawah kota!"
Aku menghela napas, lalu mengangguk: "Kalau begitu ikuti aku, terus maju menyerang!"
Lagipula, lebih dari separuh perlengkapanku adalah senjata dewata yang tidak bisa di-ngank. Meski aku tewas, tidak akan ada kerugian besar. Tidak masalah.
Setelah bertemu Nana, dia tersenyum: "Senang bisa bertempur berdampingan denganmu!"
Aku mengangguk dan bertanya: "Nana, kalau kamu dan pasukan pengawal tewas, apakah nanti tidak akan muncul lagi?"
Nana terkejut sejenak, lalu tertawa: "MATI demi Raja adalah kejayaan setiap prajurit. Kematian kami akan penuh kehormatan!"
Aku tersenyum: "Tidak pernahkah kamu mempertimbangkan diri sendiri? Lebih baik jangan sampai MATI. Aku benar-benar takut nanti tidak bisa menemukan bayanganmu lagi di Kota Bulan Perak!"
Faktanya, memiliki NPC yang dikenal baik dalam game jelas merupakan aset berharga. Jika Nana dan Dark tewas dalam pertempuran ini, itu akan menjadi kerugian besar bagiku. Kedepannya, mengerjakan tugas atau membersihkan nama merah pasti akan penuh rintangan!
Namun kata-kata yang diucapkan tanpa maksud tertentu ternyata membuat Nana tersentuh. Matanya memancarkan kelembutan saat menatapku diam-diam sebelum akhirnya tetap membisu.
Serangan Resimen Arwah Gelisah semakin gencar. Gargoyle menari-nari gila di angkasa, kilatan hijau serangan sihir menghujani bumi. Pasukan kavaleri di darat sama sekali tak bisa melancarkan serangan balik. Meski Pasukan Ksatria Emas seperti mengiris sayuran menghabisi makhluk kebencian di tanah, pasukan mereka sendiri terus terjatuh dari kuda dibawah serangan Gargoyle.
Pasukan Pengawal Istana Silver Moon pimpinan Nana memang dilengkapi sejumlah pasukan panah, namun jumlahnya terbatas sehingga tak mampu menimbulkan kerusakan signifikan pada Gargoyle. Pemain Silver Moon City di atas tembok juga tak bisa membantu karena jangkauan serangan tak mencukupi. Empat resimen elite Aliansi Kota Bulan Perak di kejauhan terus menghancurkan kekuatan resimen arwah sambil bergerak mendekat, namun jumlah pasukan panah mereka pun minim. Penyihir yang jumlahnya sedikit ibarat setetes air di padang pasir untuk mengubah situasi!
Melihat situasi yang semakin genting, aku segera berkata pada Nana: "Ini tidak bisa diteruskan! Saat resimen makhluk kebencian arwah ini dihancurkan, kita semua akan MATI di bawah serangan Gargoyle!"
“Nana mengangguk: "Hmm, memang begitu, lalu apa yang harus kita lakukan?"
Aku menarik tali kekang kuda: "Nana, kau pimpin Pasukan Pengawal untuk melakukan serangan balik, selamatkan pintu gerbang dan bersiap menyambut Pasukan Ksatria Emas serta Empat Resimen Kerajaan. Aku akan segera menemui mereka dan memanfaatkan pasukan panah di tembok untuk menggerus gargoyle-gargoyle itu terlebih dahulu!"
"Hmm, kau hati-hati..."
Nana menatapku sejenak, lalu segera berpaling dan memberi perintah keras pada pasukan di belakangnya: "Semua prajurit dengarkan! Segera lakukan serangan balik, buka pintu gerbang, bersiap menyambut Pasukan Ksatria Emas masuk ke kota!"
Sesaat kemudian, Pasukan Pengawal Istana bergerak dalam formasi besar melakukan serangan balik. Sementara itu, aku mengendarai kuda sambil mengayunkan pedang menuju arah Dark. Pedang Bulu Terbang berkelebat di udara menghabisi makhluk kebencian yang menghalangi. Serangan kilat Kuda Langit hampir selalu berhasil membersihkan area dari monster-monster. Serigala Kecil001 sudah asyik membantai di tengah kerumunan musuh - meski HP-nya sudah turun sekitar setengah, jumlah pasukan arwah gelisah yang MATI di bawah cakar tajamnya tak terhitung lagi.
Poin pertahanan kotaku melonjak drastis. Memandang ke belakang, Kota Bulan Perak yang megah sudah diselimuti hujan darah. Ghoul dan gargoyle menyerang dari atas dan bawah, terus-menerus merusak tembok pertahanan. Di belakang formasi tentara arwah gelisah yang jauh, cahaya merah samar-samar berkedip - pasti para komandan arwah gelisah sedang berada di posisi komando di sana.
Sebenarnya, jika cukup kuat, seseorang bisa menyerbu dan membunuh semua komandan arwah gelisah, mungkin pertahanan kota bisa langsung menang. Sayangnya, aku tidak punya kemampuan seperti itu. Jika aku nekat pergi sendirian, konsekuensinya cuma satu: Aku akan dibunuh seketika di tempat oleh komandan arwah itu!
Jika Ice Phoenix ada di sini, mungkin masih ada sedikit peluang menang. Bagaimanapun, kekuatan Ice Phoenix benar-benar tak terukur. Bahkan jika dikatakan dia bisa mengalahkan Raja Lich dalam duel satu lawan satu, aku tetap akan percaya!
Langit mulai menurunkan hujan rintik-rintik, membuat langkah kuda menjadi tidak stabil. Sabit makhluk kebencian yang menyerang zirahku pun meleset, mengurangi kerusakan serangannya. Namun tubuh bengkak makhluk kebencian itu justru semakin mudah ditembus. Setiap tebasan pedangku menyemburkan hujan darah, potongan daging besar berjatuhan. Beberapa Ghoul menerkam dan mengunyah dengan rakus, membuat makhluk kebencian itu murka dan menyapu beberapa Ghoul dengan sabitnya.
Ku tebas makhluk kebencian itu hingga terkapar. Kuda Langitku meringkik dan melompati mayatnya. Pasukan Ksatria Emas yang dipimpin Dark sudah di depan mata. Saat monster di depanku tersapu cahaya emas dan terhembus kembali ke neraka, Dark menghampiriku dengan pedang di tangan, tertawa lebar: "Saudara, tak kusangka kita bertemu lagi di sini!"
Aku melihat ke belakang pasukannya, beberapa prajurit berkuda terjatuh ke tanah akibat serangan Gargoyle. Lalu kukatakan: "Dark, jumlah Gargoyle di luar saat ini benar-benar terlalu banyak. Saranku, segera suruh pasukanmu mundur ke Kota Bulan Perak. Sudah kuminta Kapten Nana dari Pasukan Pengawal Istana Kota Bulan Perak membuka pintu gerbang lebar-lebar untuk kalian."
Dark merenung sebentar, lalu mengangguk: "Baik!"
Usai bicara, dia berteriak memberi perintah: "Serbu ke bawah kota lalu masuk ke dalam!"
Aku kembali menunjuk ke arah barat daya dimana Kilatan Pisau dan Pedang berkelebat di kejauhan.
"Dark, kau adalah Raja Kerajaan Kota Angin Puyuh. Karena itu kuharap kau bisa menyampaikan perintah ke empat resimen besar Kota Bulan Perak disana. Suruh mereka segera bertempur ke bawah kota lalu masuk ke dalam! Jika tidak, pasukan mereka akan sia-sia terkuras energinya dalam pengepungan Resimen Arwah Gelisah!"
Yang kukhawatirkan adalah aku tidak memiliki hubungan dengan para atasan empat resimen besar. Poin hubungan kita pun tidak tinggi. Jika aku yang menyampaikan perintah ini, mungkin tak ada yang mau mendengarkan. Tapi Dark berbeda. Dalam pertempuran merebut kekuasaan Kota Angin Puyuh, nama Dark sudah terkenal seantero negeri. Apalagi dia pernah memegang Pedang Suci Cahaya, pantas disebut Raja wilayah. Ditambah Kota Angin Puyuh adalah benteng bawahan Kota Bulan Perak, maka perintah Dark pasti tidak akan ditolak empat resimen besar.
Mendengar perkataanku, Dark memerintahkan ajudannya memimpin resimen menerobos kepungan. Sementara dia sendiri menunggang kuda sendirian menuju empat resimen besar Kota Bulan Perak. Sang ajudan khawatir: "Yang Mulia! Berpetualang sendirian di tengah lingkaran jahat ini, bukankah terlalu berisiko?"
Dark tersenyum sambil mengangkat pedang: "Aku seumur hidup berkuda dalam perang, apa artinya sedikit keributan ini? Kau pergilah dengan tenang, aku takkan kenapa-apa!"
Sang ajudan masih ragu-ragu, aku pun tertawa: "Tenanglah, aku akan ikut Dark. Takkan ada masalah, lawan kita cuma Ghoul kotor tingkat rendah dan makhluk kebencian saja!"
Akhirnya sang ajudan mengangguk, memimpin pasukan Kota Angin Puyuh yang besar bergerak menyerbu di bawah Kota Bulan Perak!
Dark berteriak kencang, mengacungkan pedang tajamnya sambil mendesak kudanya menerjang. Makhluk undead di sepanjang jalan tercerai-berai, tak ada yang sanggup menahan ganasnya!
Aku juga mendesak Kuda Langitku, kecepatan geraknya ternyata melebihi tunggangan Dark. Dengan cepat aku menyusul Dark, mengayunkan Pedang Bulu Terbang sambil berbaris bersamanya. Pedang itu memancarkan efek bulu terbang yang terus-menerus melukai semua unit musuh di sekitar.
Melihat hujan bulu di langit, Dark tertawa terbahak: "Saudaraku, tak kusangka hari ini kita bertempur bersama. Kau sudah sekuat ini, pantas dengan harapan besar Wakil Ajudan Lin He padamu!"
Aku tertegun. Lin He? Dia sudah lama meninggalkan kita. Hal-hal tentang hidup dan MATI memang sulit dipastikan.
Di bawah perintah komandan arwah-arwah gelisah, para Gargoyle justru melakukan hujan serangan vertikal ke arah kami. Dark yang tidak bisa menyerang ke arah Langit berkata kesal: "Serangga terbang menyebalkan ini! Kalau berani turun ke tanah, pasti akan kubuat mereka cicip akibatnya!"
Aku tertawa terbahak sambil berbalik badan di atas kuda dan mengayunkan pedang menyerang Gargoyle di langit. Rata-rata tiga tebasan menjatuhkan satu ekor, dengan efek Bola Racun membuat mereka berjatuhan.
Setelah sekitar satu jam, meski kecepatan pergerakan kami terganggu, akhirnya tiba juga di posisi Empat Resimen Kota Bulan Perak. Di tengah formasi rapi itu ditemukan keempat Pemimpin Pasukan Resimen. Dark langsung memberi perintah, dan seperti yang kuduga, semua komandan itu mengangguk patuh.
Kulihat di dataran luas, sekitar seperempat area telah direbut oleh pasukan Empat Resimen Kerajaan Kota Bulan Perak. Formasi mereka lengkap dengan kombinasi kavaleri, infantri, penyihir, dan pasukan panah. Tentara seperti ini hanya punya satu kesempatan MATI selama serangan monster, jadi lebih baik digunakan saat benar-benar diperlukan. Sungguh disayangkan jika harus habis dimakan pasukan arwah-arwah gelisah di sini!
Dari belakang formasi Resimen Arwah Gelisah terlihat cahaya merah samar, disertai lengkingan naga yang menderu. Entah berapa ekor Naga Embun Beku yang mereka kerahkan. Selain itu, apakah ada makhluk perang yang lebih kuat lagi?
