Di bawah tatapan terkejut semua orang, naga tulang raksasa menyembul dari tanah. Aura kematian yang mengerikan tiba-tiba menyebar ke segala penjuru. Tubuh naga tulang itu sudah compang-camping, tulang di bagian sayap bahkan patah beberapa batang, seluruh tubuhnya dipenuhi debu abu-abu dan residu daun yang membusuk.
Naga tulang itu memancarkan cahaya biru dari rongga mata yang dalam. Kepalanya yang besar hanya terhubung ke tubuh oleh satu tulang punggung panjang. Banyak gigi di bagian depan mulutnya telah copot, hanya tersisa beberapa yang masih menempel. Di belakang, sayap naga raksasa terkembang, mengepak dua kali sehingga hembusan angin kencang langsung menerpa kami.
Seketika, semua orang terpaku. Naga biru itu menatap kami dengan angkuh bak penguasa dunia. Ekspresi merendahkan di matanya terlihat jelas, seolah kami hanya serangga kecil. Aura mengerikan yang dipancarkannya membuat para dragon rider kehilangan keseimbangan. Satu per satu naga tunggangan mereka terjatuh ke tanah, menjatuhkan tuannya. Para naga itu bersujud gemetar dengan tubuh raksasa yang bergetar hebat.
"Itu Agung si Naga Biru!" bisik Ice Phoenix terkejut.
Kutanyakan sambil menoleh: "Agung si Naga Biru? Apa maksudmu?"
Suara Ice Phoenix gemetar: "Agung adalah prajurit naga terhebat di Wilayah Naga sepuluh ribu tahun silam. Ia memimpin resimen naga dalam Perang Suci melawan Dewa Ajetes. Pertempuran epik itu berlangsung setengah bulan hingga akhirnya Ajetes kehabisan kekuatan ilahi dan MATI di reruntuhan kuno."
“Dewa Kuno Ajetes? Makhluk seperti apa itu, Tuan Dragon Speaker?” Carlin juga bertanya dengan terkejut.
Ice Phoenix menggigit bibirnya, berkata: "Dewa Kuno Ajetes, kekuatannya melampaui batas manusia. Mungkin, bagi para praktisi pelatihan, Ajetes dianggap seperti Tuhan. Saat itu, ras naga yang perkasa menghadapi tantangan dari Ajetes. Keempat tetua ras naga semuanya MATI dalam pertempuran. Raja Naga Tiga Kepala Naga Emas dirobek perutnya oleh Ajetes di bawah tebing, bahkan jantung naganya pun ditelan oleh Ajetes."
Ice Phoenix menatap naga tulang itu, seolah tenggelam dalam kenangan mengerikan. Suaranya gemetar: "Ajetes hampir menghancurkan separuh Wilayah Naga. Di permukaan Bumi, pasukan manusia dari Kota Naga Bulan dibantai oleh pasukan iblis Ajetes, 100.000 orang tak ada yang selamat. Ajetes membawa malapetaka yang hampir setara dengan Arwah Gelisah sekarang. Untungnya saat itu, Naga Biru Agung terbang keluar dari pegunungan. Dia mengerahkan hampir 1.000 naga dewasa untuk mengejar Ajetes. Akhirnya, Agung berhasil menyegel Ajetes dan pasukannya ke dalam ruang dimensi lain. Namun, tempurung kepala Agung juga terkena tebasan pedang Ajetes hingga MATI."
Kulihat sekilas, benar! Pada tempurung kepala tengkorak ini terdapat bekas pedang yang sangat jelas. Bayangkan betapa dalam lukanya, hampir membelah rongga otaknya menjadi dua!
Carlin menarik napas dalam-dalam, berkata: "Ras naga yang mampu bertarung dengan Ajetes selama setengah bulan, seberapa kuatkah makhluk itu? Tuan Binglan, naga biru Agung ini sekarang telah dihidupkan kembali oleh penyihir arwah gelisah misterius, apa yang harus kita lakukan, haruskah kita bertindak?"
Binglan memandang naga tulang biru dengan ekspresi rumit, bergumam lirih: "Agung yang bangkit hari ini bukan lagi pahlawan ras naga yang pernah menyelamatkan situasi. Di matanya, aku hanya melihat aura destruktif dan pembunuhan tanpa akhir. Mungkin, dialah yang menyelamatkan ras naga, tapi juga menghancurkan pencapaian puluhan ribu tahun mereka..."
Aku melihat naga tulang di depan mata, tak tahan bertanya: "Binglan, apakah kekuatan naga tulang ini benar sekuat itu?"
Binglan mengangguk, berkata: "Mungkin, hampir seratus orang di sini tak mampu menembusnya. Tapi, setelah bertahun-tahun berlatih tanpa pernah menemukan lawan sepadan, kebangkitan Agung hari ini justru memberi kesempatan sempurna!"
Tiba-tiba, cahaya kegilaan berkilat di mata indah Binglan. Aku terkejut, orang ini ternyata sama seperti Murong Shanshan - dalam darahnya mengalir semangat tempur dan kegilaan yang sama!
Carlin menggigit gigi sambil memegang pedang: "Tuan Binglan, izinkan aku bertempur di sisimu!"
Binglan tersenyum tipis sambil menggeleng: "Tak perlu. Carlin, kalian lanjutkan pencarian penyihir arwah gelisah itu. Temukan sumber kejahatan di Wilayah Naga, hancurkan, selamatkan seluruh ras naga. Biarkan aku egois kali ini - sungguh kuhargai lawan kuat seperti Agung ini!"
Carlin ragu sejenak, berkata: "Tuan Binglan, maafkan ketidaktaatanku. Jika Agung benar sekuat yang kau katakan, bahkan Anda pun mungkin sulit mengalahkannya. Kami tidak ingin Tuan mengambil risiko. Jika harus tinggal, biarkan kami bersama! Aura naga biru ini terlalu mengerikan, dengan sedikit personel, peluang menang bahkan tidak ada!"
Binglan menoleh, pandangannya jernih dan tegas: "Kalian semua harus pergi! Jangan ganggu konsentrasiku di sini. Kekuatan kalian relatif terlalu lemah dibanding Agung. Jika bisa memilih, hiduplah dengan baik! Lanjutkan darah leluhur untuk gelar dragon rider!"
Saat itu, aku berkomentar: "Pernahkah kalian berpikir untuk membunuh penyihir arwah gelisah yang memanggil Agung? Kabarnya jika pemanggil dibunuh, roh yang dipanggil akan menghilang. Mengapa tidak mencoba ini?"
Carlin dan para ksatria naga terkejut, lalu wajah mereka bersinar: "Benar! Mengapa kami lupa hal ini?"
Binglan tersenyum lega: "Jadi, 100 orang kalian dibagi menjadi lima tim untuk menyisir area. Bunuh penyihir itu seketika saat ditemukan! Aku akan berusaha mengulur waktu di sini!"
Carlin dan yang lain ragu sebentar, lalu melompat ke punggung naga mereka. Namun para naga itu masih bersujud di tanah, gemetar tak berani mengangkat kepala.
“Saat itu, Naga Biru Agung mengeluarkan suara ‘Gak Gak’ yang parau dari mulutnya, seolah mengejek makhluk-makhluk kecil di hadapannya.”
Ice Phoenix mendengus dingin, berkata: “Sungguh terlalu meremehkan orang lain!”
Usai berbicara, Ice Phoenix menghunus Pedang Pembunuh Naga. Dengan teriakan lantang, tiba-tiba energi dahsyat menyembur dari tubuh mungilnya. Mantel putihnya berkibar liar di udara bersama rambutnya yang tertiup angin!
“Desau...”
Naga Tulang Agung menghela nafas terkejut. Aura naganya yang dilepaskan ternyata langsung dihancurkan Ice Phoenix dalam sekejap, mengembalikan keharmonisan aura di ruang sekitarnya!
“Debam! Debam!”
Ratusan Naga menggerakkan sayap naga mereka dan terbang kembali ke langit.
Agung mendongak lalu meraung. Dari mulutnya menyembur cahaya biru yang langsung menyapu area!
“Auu~～”
Seekor Naga yang baru terbang tiba-tiba terjebak dalam cahaya biru itu. Agung segera menerjang dengan tubuh raksasanya yang mengguncang Bumi. Naga dewasa dan dragon rider dalam cahaya biru itu panik, berusaha mati-matian melepaskan diri namun belenggu Agung jelas tak mudah ditembus!
“Cret~!”
Di detik berikutnya, cakar tajam Agung merobek tubuh Naga dewasa. Dragon rider malang di punggung naga itu remuk menjadi fragmen, pedangnya terlempar seperti besi tua ke debu tanah.
“Gak Gak～～”
Agung memasukkan rahangnya yang besar ke dalam tubuh naga itu, benar-benar melahap organ dalam sang naga! Saat Agung berdiri kembali, tengkorak putihnya telah berlumuran darah naga, bahkan di giginya masih menempel sisa-sisa daging naga.
Menyaksikan pemandangan mengerikan ini, para dragon rider menggigil ketakutan. Tak ada lagi yang meragukan perkataan Binglan - Naga Biru Agung benar-benar entitas yang kekuatannya jauh melampaui semua orang!
Binglan tampak panik, mengayunkan pedang sambil berteriak: "Kalian masih belum pergi, menunggu apa lagi?!"
Carlin dan yang lain menoleh sebentar. Binglan tiba-tiba mendorongku ke udara. Saat mendarat, aku sudah berada di samping Carlin. Suara Binglan bergema di telingaku: "Ikuti Carlin pergi! Bertahanlah hidup..."
Ketika aku menoleh kembali, kepala Agung telah memancarkan cahaya menyilaukan. Binglan akhirnya mulai bertarung dengannya!
Angin mendesing. Carlin telah mengendalikan naganya terbang tinggi, mulai menjelajahi jejak Penyihir arwah gelisah di darat.
Segera kukatakan: "Carlin, turunkan aku!"
Carlin bersikeras: "Tidak bisa! Ini perintah Tuan Binglan. Lebih baik kau tetap bersamaku. Setiap Tulang Naga di Necropolis Naga bisa hidup kembali. Turun sekarang sama saja dengan mencari MATI!"
"Tapi Tuan Binglan juga ada di sana!"
“Carlin pun tidak berbicara lagi, bukankah dia tahu bahwa Ice Phoenix sedang mengulur waktu Agung demi memberi kesempatan kabur bagi para dragon rider? Tapi selain segera melarikan diri, sepertinya mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Bagaimanapun, menantang Agung yang kuat itu sama saja seperti ngengat terbang menuju api!”
Aku berkata: “Terserah bagaimana kau berpikir, hal yang ingin kulakukan, jangan kau halangi!”
Setelah berkata demikian, aku melompat dari punggung naga. Seluruh tubuhku terjun bebas dari ketinggian menuju tanah. Di telinga terdengar suara Carlin: “Bodoh kau ini!”
“Puff Ssshh!～！”
Aku menghunjam keras ke dalam debu. Di sekeliling terhampar padang hijau, aroma harum dari tanah. Namun yang membuatku cemas adalah kerangka naga raksasa yang terbaring tak jauh dariku, terpapar angin dan terik matahari.
Melihat peta kecil, jarak ke medan pertempuran Ice Phoenix dan Agung tidak terlalu jauh. Jalan kaki sekitar sepuluh menit, jika naik Kuda Langit paling lama tiga menit bisa sampai!
Situasi benar-benar genting. Aku juga tidak berani memanggil Hong Ye, mengingat Agung terlihat begitu perkasa. Darah Hong Ye yang sedikit itu bahkan tidak cukup untuk disentuh. Lagipula, Wilayah Naga pasti merupakan peta khusus. Saat kubuka daftar teman, tidak ada satu pun yang terlihat. Bisa dibayangkan, orang luar pun tidak bisa menghubungiku. Tidak tahu bagaimana paniknya Lu Xuehan dan Xin Yu sekarang. Aku tiba-tiba menghilang dalam kilatan cahaya di bawah Kota Bulan Perak. Hal yang begitu grotesk ini seolah-olah aku melakukan perjalanan lintas waktu.
Saat aku menggambar formasi magis, Kuda Langit meringkik keras muncul di Wilayah Naga. Aku langsung menaikinya dan melaju kencang, tapi belum beberapa langkah, tiba-tiba Tulang Naga di dekatku bergerak!
“Gak Gak!”
Seketika, Sang Naga itu berdiri. Matanya memancarkan cahaya hijau menatapku, ekor naganya mengibas-ngibas ke belakang. Pohon besar yang perlu dua orang peluk itu langsung lembek seperti gulali saat tersapu ekornya.
Membayangkan gulali, kerinduan pada Murong Shanshan kembali menguat. Harus cepat menyelesaikan pertempuran ini dan kembali menyelamatkan Kota Bulan Perak. Pasti dia sangat gelisah menungguku yang pergi terlalu lama.
Tapi yang terpenting sekarang adalah bagaimana lolos dari mulut Naga Tulang ini. Aku tak ingin terkoyak seperti Ksatria Naga itu!
