Setelah kemilau, hidup akhirnya dikembalikan ke hakikatnya yang sederhana.
Malam hari harus menginap di Shanghai, Xin Yu dan Lu Xuehan awalnya ingin mengantar kami, tapi Murong Xuan tidak setuju. Menurutnya Perusahaan Yufan tidak boleh kosong. Akhirnya dia meminta Xu Lin untuk mengantar kami, entah apa maksudnya, tapi Xu Lin dengan senang hati menyetujuinya.
Hong Ye dan Ayue tetap di Suzhou, mereka ingin menunggu kepulangan Murong Shanshan, ingin melihat mata Murong Shanshan yang sudah sembuh.
Xu Lin bertanya padaku: Dari awal sampai akhir, apakah pernah ada penyesalan?
Kujawab padanya: Dulu, aku yang gegabah muda pasti akan bilang tidak menyesali apapun. Tapi sebenarnya, bagaimana mungkin tidak menyesali kesalahan yang diperbuat? Namun semua yang terjadi dalam dua tahun ini, sama sekali tidak kusesali. Meski ada rasa bersalah pada Xiao Yu, tapi itu jalan yang dia pilih sendiri. Aku bisa diam-diam mencintainya, tapi tak bisa menghentikannya.
Cinta sejati bisa memudar secara bertahap. Jika itu memudar, berarti cinta itu tidak cukup mendalam. Jadi, cintaku pada Xiao Yu tidak cukup dalam. Andai yang meninggalkanku adalah Murong Shanshan, mungkin seumur hidupku takkan bisa melupakannya. Aku iri pada cinta tragis nan indah yang didapat dari ribuan tahun penantian dan harapan, tapi aku bukan dewa. Jadi, cukup bagiku bisa bersama orang tercinta dalam hidup ini.
Xu Lin bertanya padaku: "Apakah kamu menyesali hal yang kita lakukan malam itu?"
Kujawab, tidak. Karena aku tak punya hak untuk menyesal. Itu bukan hal yang bisa kukendalikan. Sekarang, kucoba menggantikan Xu Lin meski tak tahu caranya.
Xu Lin tersenyum menjawab: Tak perlu kompensasi. Dia sudah puas melihatku hidup bahagia dengan para nona-nona. Jika bisa memilih, dia hanya ingin menjadi kakak kami, bukan kekasih yang bersaing dan cemburu dengan Murong Shanshan.
Kukatakan padanya: Kekasih juga tak masalah. Jika dia mau, aku bisa dengan enggan menerimanya.
Saat Murong Shanshan hendak pergi, Lu Xuehan menggenggam tangannya erat. Yang ditakutkan Xuehan bukan kepergian Shanshan, tapi ketakutanku takkan pulang jika mata Shanshan tak sembuh. Aku tak tahu kelebihan luar negeri, tapi sudah beradaptasi dengan segalanya di dalam negeri. Kupikir takkan tinggal di tempat asing. Bagaimanapun, daun kering pun harus kembali ke akar, meski aku belum kering.
Aku berkata pada Lu Xuehan, tenanglah menunggu di rumah, apapun yang terjadi nanti, selama kita bersama, seharusnya akan bahagia. Aku tak tahu bagaimana mendefinisikan kebahagiaan, tapi bisa makan di meja yang sama setiap hari, melihat senyum satu sama lain, saat kesepian ada yang bisa dipeluk, saat sepi ada yang menemani minum baijiu, di masa tua bukan sendirian menatap matahari terbenam - itulah kebahagiaan terbesar. Jadi, kita bersama pasti bisa bahagia, meski kadang saling cemburu kecil-kecilan.
Lu Xuehan tersenyum padaku: "Jika definisinya seperti itu, pasti akan bahagia. Karena aku tak peduli banyak hal, kita sudah melalui banyak pengalaman, rasa cemburu pun sudah berkurang. Cemburu menunjukkan masih peduli, itu sendiri sudah suatu kebahagiaan."
Xin Yu menertawakan Lu Xuehan sebagai nona-nona bodoh, tapi Xu Lin membalas bahwa Xin Yu-lah yang sebenarnya bodoh.
Ketika Xu Lin bertanya tentang masa depan, Xin Yu berkata: "Setelah memilih arah, teruslah berjalan. Seperti pelari marathon, jangan lihat orang sekitar. Saat bertemu orang yang semestinya kau temui, berhentilah untuk menyesap air mineral. Sedangkan Xu Lin, dialah yang menyerahkan air mineral di sepanjang jalan. Tujuan akhir? Itu tak penting. Tujuan hidup tak penting, yang terpenting adalah pemandangan sepanjang perjalanan."
Li Qing merasa ucapan Xin Yu sangat filosofis, tapi Xu Lin menyebutnya tidak masuk akal.
Urusan dalam game untuk sementara ditunda. Markas Pedang & Mawar dan Firdaus yang Hilang bagai periuk harta, selain membawa kekayaan juga menghadirkan banyak tantangan. Kota Bulan Perak mulai kembali menjadi pusat badai. Seperti hukum alam yang menyatakan persatuan lama pasti terpecah, kondisi keseimbangan yang ada tak tahu bisa bertahan berapa lama lagi. Beberapa guild kecil mulai membesar di bawah pengabaian kami. Aliansi ke-12 Pedang & Mawar bahkan memisahkan diri setelah menyedot 100 lebih ahli dari pasukan utama.
Murong Shanshan berkata tak ingin mengurus hal-hal itu. Tapi jika matanya sembuh, dia akan kembali dan membunuh para pengkhianat itu hingga babak belur.
Aku merasa sangat bahagia. Nanti aku bisa lagi membawa Murong Shanshan membuat onar ke mana-mana. Dia bisa dengan lancang menantang ribuan orang, sementara tugasku adalah dengan arogan membersihkan medan perang - menjatuhkan semua lawan tiarap adalah tanggung jawabku!
Pukul 7 malam, kami meninggalkan Suzhou. Hong Ye sepertinya ingin mengatakan sesuatu padaku, tapi tak ada kesempatan. Masalah itu harus ditunda sampai kembali. Ayue hanya berdiri di sana dengan senyum manis.
Malam itu kami menginap di villa Murong Xuan. Makan malam disiapkan sangat mewah dengan banyak masakan kesukaan Murong Shanshan. Xu Lin duduk agak kaku di sebelah Murong Xuan, sementara aku yang sudah terbiasa karena bukan pertama kali ke sini, mulai menyuapi Murong Shanshan. Murong Shanshan merasa tidak enak lalu mengulurkan tangan mungilnya yang penuh minyak untuk menyuapiku. Akibatnya, selain harus mengatasi makanan yang nyaris masuk ke hidung, aku juga harus membersihkan tangan kecilnya.
Murong Xuan berkata dengan nada cemburu: "Sejak kecil sampai besar, Shanshan belum pernah menyuapi ibunya~"
Murong Shanshan mengedipkan matanya, lalu berkata: "Bu, kalau nanti sudah tua dan tidak bisa makan, aku janji akan menyuapi ibu sesap demi sesap!"
Murong Xuan terkekuk: "Lupakan, ibu belum sepuh itu!"
Xu Lin di samping terlihat semakin canggung, tak tahu harus berkata apa.
Malam itu aku sulit tidur. Hujan musim gugur turun di luar, rintik-rintiknya menciptakan suasana tenang.
Xu Lin berdiri di depan jendela, memandang ke luar dengan ekspresi kontemplatif. Setelah lama baru berucap: "Ini seperti mimpi. Sebuah game bisa membuat orang merasakan keajaiban mitos, mengikat erat kita semua..."
Aku tersenyum: "Kita memang adalah mitos itu sendiri."
Xu Lin terkekuk pendek, tetap membisu.
……
Mengatur Xu Lin untuk tidur, aku pergi ke kamar Murong Shanshan. Dengan mata terpejam, dia menggenggam tanganku sambil tersenyum: "Aku sangat bersemangat. Besok terapi akan dimulai, mungkin dalam tiga hari mataku bisa melihat lagi～～"
Aku mengangguk sambil tersenyum dan berkata: "Pasti bisa. Langit selalu melindungi kita. Mata Shanshan pasti akan sembuh."
Murong Shanshan tersenyum lembut, memeluk lenganku sampai tertidur.
Memandangi wajah tidurnya yang tenang dan cantik, aku terlarut dalam renungan.
Lebih dari setahun ini, melalui begitu banyak hal. Dari nol di game hingga menjadi pemain top di antara para pemain. Dalam proses ini ada tawa, ada air mata, tapi dengan saling mendukung, bahkan saat menghadapi rintangan dan kesedihan, kami tetap tersenyum sambil menangis. Karena kami saling mencintai dan bergantung.
Masih terlalu banyak hal belum selesai di masa depan. Tapi itu tidak masalah, selama kami tetap bersama, semuanya akan baik-baik saja.
Malam semakin larut, hujan musim gugur di luar masih belum berhenti.
……
Keesokan harinya.
Pagi-pagi membereskan barang, Xu Lin menyetir mengantarku dan Murong Shanshan ke bandara, ditemani Murong Xuan.
Sepertinya hari yang baik untuk perjalanan. Bandara sangat ramai, beberapa orang bahkan mengenali kami. Mereka berbisik-bisik, tapi aku tidak peduli. Shanshan yang tidak bisa melihat tetap tersenyum sambil menggandeng lenganku.
Waktu keberangkatan tiba, harus naik pesawat.
Langit di luar bandara membiru. Xu Lin menatapku dalam-dalam dan berpesan: "Kalau begitu aku pulang dulu. Kau bawa Shanshan pulang cepat ya..."
"Ya, aku tahu."
Saat itu, langit bergemuruh, "Ding～" sebuah suara terdengar——
Sistem mengingatkan: 《Mitra Permainan Online: Mitos Bajakan》resmi selesai, selamat kepada penulis Daun Jatuh yang Hilang, inti ketuhanan+1!
Murong Shanshan tersenyum lembut memandang langit, seolah melihat sesuatu. Sinar matahari hangat menyinari wajahnya, memancarkan cahaya suci. Murong Shanshan tersenyum tipis, bergumam: "Si bodoh itu, akhirnya juga naik level..."
Waktu mengalir bagai air, tahun-tahun berlalu seperti nyanyian, frasa ini sudah terlalu sering kugunakan.
Dua bulan kemudian, di sebuah villa di Suzhou——
Murong Shanshan: "Lin Fan, cepat login! Ada anggota guildku dibunuh di Lembah Bulan Perak, bawa beberapa ratus anak buah ikut aku MEMBUNUH!"
"Oke!! Tapi, sebagai reward, bagaimana kalau ciuman?"
"Hehe, bicaranya setelah selesai membunuh dulu～～Oh ya, nanti sore turun salju, temani aku jalan-jalan lihat pemandangan salju!"
"Baik, pakai banyak lapisan ya, aku akan sedih kalau sampai kedinginan～～"
"Huh, jangan mesra-mesra～～Ayo berangkat membunuh dulu!"
……
Xin Yu melihat kedua kaki putih bersihnya, jeritan kaget: "Aduh, Pelindung Kaki Penghancurku kok menghilang?"
"Mungkin daya tahan terlalu rendah tidak diperbaiki, rusak otomatis?"
"Wuuwuwu～～Mana aku tahu begini jadinya, Lin Fan, aku mau senjata dewata pelindung kaki..."
"Baik, nanti aku habisi Raja Lich! Semua zirah kulit hasil drop untukmu, tapi sebagai reward..."
"Nanti aku mabukkan Shanshan dan Xue Han... Kau malam ini datang ke kamarku..."
“……”
……
Xu Lin melotot dengan marah ke arahku: "Lin Fan, kenapa ada yang melaporkan kalau orang Departemen Teknologi menggoda MM dari CS?"
"Hah? Kakak Lin, ada masalah gitu? Nanti saya akan menghajar bangsat-bangsat itu!"
"Sudahlah, katanya kamu yang menghasut. Bahkan bertaruh warna celana dalam MM Wang dari CS itu biru, taruhannya makanan seminggu?"
"Aduh Kakak Lin, jangan termakan fitnah mereka! Ini tuduhan palsu! Hubungan kita kan dekat, jangan sampai dipecah belah orang!"
"Kamu masih berani bicara? Kemarin di kantar kamu menciumku, sampai sekarang Xin Yu masih mengejar-ngejar aku!"
"Yang jelas kamu yang menciumku duluan..."
"Aku bilang kamu ya kamu!"
"Ya sudah, aku..."
……
"Xue Han!"
"Hmm?"
"Shanshan bilang mau tidur bareng di kamarmu malam ini. Jangan dikunci pintunya, ya?"
"Nggak mau! Kalau nggak dikunci aku takut!"
"Tenang, aku akan jagain pintu untuk kalian!"
"Hah? Lin Fan kamu BANGSAT! Ngapain harus bertiga..."
"Hehe... Pokoknya sudah janji ya, jangan dikunci!"
"Hmm..."
……
"Qing'er, beliin saus. Ini seratus ribu perak, kembaliannya jadi tip hadiah untukmu!"
"Aku nggak mau uang recehmu! Mau hadiah lain!"
"Dasar! Mau apa lagi?"
Li Qing berpura-pura malu: "Itu... Guozi di lantai atas sudah dipeluk Tak Pernah Menyerah sambil tidur... Malam yang sepi ini, bisakah kamu... menciumku?"
"BANGSAT..." (Tamat)
