"Seperti yang Anda perintahkan!"
Markus memberikan penghormatan dengan khidmat, sorot matanya berapi-api: "Ksatria membutuhkan baptisan darah dan api untuk mengalami transformasi sejati. Saatnya anggota tim ksatria menghadapi ujian!"
Ksatria terlahir untuk bertarung!
Inilah keyakinan Markus.
Kini ia membujuk diri untuk berdiam di Kota Bunga, menanti kesempatan merebut kehormatan bangsawan saat perang pecah. Tapi darah heroiknya tak pernah padam. Merangsek Bukit Duri adalah rencana tetap yang selalu dinantikannya.
Liszt juga tak tinggal diam.
Setelah kantongnya penuh uang, ia mulai menimbun persenjataan. Kini terkumpul lima belas set lengkap baju zirah dan senjata ksatria.
Satu set perlengkapan ksatria, termasuk seekor kuda perang, tombak ksatria, pedang ksatria, perisai bundar ksatria, zirah penuh, serta baju zirah kuda perang, ditambah senjata seperti palu berduri dan rantai gada. Tidak perlu kualitas terbaik, cukup memenuhi standar medan pertempuran. Untuk melengkapi seluruh set ini, diperlukan biaya hingga lima koin emas.
Palu berduri dan rantai gada termasuk senjata pertahanan kota, bisa diabaikan dalam pembelian.
Tapi tombak ksatria perlu disiapkan cadangan. Saat ksatria menyerbu di medan perang, tombak mudah patah. Biasanya satu ksatria perlu dilengkapi tiga tombak.
Ksatria adalah mesin penghabis emas.
Biaya makanan untuk latihan fisik, pembelian perlengkapan, perawatan senjata, hingga pemeliharaan kuda perang – semuanya butuh uang.
Seorang bangsawan dengan kota kecil biasa sebagai wilayah kekuasaan, hanya mampu menjaga satu tim ksatria dengan usaha maksimal. Dulunya Kota Bunga yang miskin sama sekali tidak mampu, tapi kini dengan bisnis seafood yang menghasilkan koin emas tiap hari, Liszt akhirnya bisa membina tim ksatrianya sendiri.
"Yang Mulia, kabarnya Anda akan memberantas monster Bukit Duri. Karl*Hammer bersedia memimpin pasukan patroli bergabung dalam operasi ini!" Pejabat pertahanan kota Karl segera datang ke kastil setelah mendengar kabar.
Tak lama kemudian, petugas serangga Rom*Tong Anggur juga tiba: "Pasukan pelindung serangga hanya budak tani, kekuatan tempurnya nol. Tapi Rom bersedia menjadi pengawal Yang Mulia, bertempur di Bukit Duri!"
"Kekuatan tempur Karl dan Rom juga sangat payah."
Niat ini membuat Liszt puas: "Kesetiaan dan keberanian kalian membuatku terharu. Namun, urusan Kota Bunga perlu kalian pertahankan. Tak perlu ikutku memberantas Warcraft di Bukit Duri. Jaga pertahanan Kota Bunga dengan baik. Jika ada Warcraft yang kabur ke kota kecil ini, kalianlah yang harus maju."
"Seperti keinginan Tuan!"
"Bersumpah mempertahankan Kota Bunga sampai mati!"
Kemudian Gorret, Blair, dan Yesaya berdatangan menunjukkan kesetiaan, meminta ikut ke medan perang. Liszt memberi semangat pada mereka. Jika benar mengajak tim berperingkat lima ini berperang, mereka justru akan menjadi beban.
……
Misi ini mendesak. Liszt telah mempersiapkan diri sejak lama. Saat langit mulai cerah meski jalan masih becek, dia segera berangkat.
Dengan bantuan Thomas, dia mengenakan baju kulit Warcraft hitam, memasang Pedang Darah Merah bertatah permata, lalu keluar dari kastil. Sepatu kulitnya menginjak rumput semanggi di peternakan kuda yang masih basah. Sebuah siulan memanggil Li Long Ma yang sedang merumput di kejauhan.
Dua ksatria pengawal, Philip dan Xavier, mendekat sambil membawa perlengkapan Liszt.
Tombak ksatria tidak dibawa, hanya dua pedang ksatria dan perisai bundar. Pertempuran di hutan tidak cocok untuk serangan tombak.
Tentu saja ada busur panah. Kemampuan memanah Liszt hanya kalah dari Markus.
“Tuan, ini paket rumput asap dan batu api.” Thomas menyerahkan beberapa bungkusan kertas kulit tebal yang berisi rumput asap kering dan batu api.
Saat darurat, cukup gosok batu api di mulut bungkusan untuk menyalakan kertas dan melepaskan bau menyengat rumput asap.
Percaya ini bisa menyelamatkan nyawa di saat kritis.
Mencegah ancaman yang mungkin lahir di Bukit Duri memang penting, tapi menyelamatkan diri lebih utama. Namun paket rumput asap hanya kamuflase - di dimensi permata-nya tersimpan seikat besar rumput asap siap dibakar untuk menghentikan "niat membunuh" Warcraft.
Membusur dan naik ke punggung kuda.
Liszt tiba-tiba melihat Doson mengibaskan ekor di samping sarang anjing.
Matanya berbinar: Doson sudah mahir melepaskan Tusukan Batu, tubuhnya kekar dengan "kekuatan tempur" yang hampir menyamai Knight Bumi - partner yang sempurna.
Yang terpenting, "dia" sangat patuh dan setia pada tuannya.
"Thomas, bawa Doson ke sini."
"Apakah Tuan akan membawa Doson ke medan pertempuran?"
"Benar."
Thomas melepas tali. Doson langsung melesat ke sisi Li Long Ma. Kuda hitam itu tak gugup melihat kehadirannya. Doson juga tak menyerang, hanya terus mengibaskan ekor.
"Doson, ikut aku."
Liszt memacu kudanya. Doson segera menyusul dengan patuh.
Semua persiapan telah selesai.
Tiba di perbatasan peternakan kuda dan jalan utama, Markus beserta tim ksatria telah menunggu untuk berangkat. Gorret dan yang lain juga berdiri di sini menyambut kepergian pasukan ksatria.
Doson sama sekali tidak gugup, menyelinap di antara barisan dengan tenang, mengikuti langkah Li Long Ma.
"Yang Mulia, Doson benar-benar luar biasa," puji Markus.
"Karena itu aku membawanya ke Bukit Duri. Di sana, dia memiliki keunggulan alami yang mungkin memberikan bantuan tak terduga."
"Benar, demi wilayah, kastil, dan Yang Mulia, sudah saatnya dia memberikan kontribusi," kata Markus sambil menaruh tangan kanan di dada memberikan hormat kepada Liszt, "Bersedia menjadi tombak terdepan Yang Mulia!"
Para ksatria pengawal lainnya pun serentak mengikuti memberi penghormatan.
"Bersedia menjadi tombak terdepan Yang Mulia!"
Wajah Liszt berubah serius. Mata safir biru di balik helm menyapu seluruh tim ksatria miliknya dengan semangat berkobar: "Berangkat, ke Bukit Duri!"
Li Long Ma melangkah perkasa, diikuti kuda-kuda lain yang mengerumuni Liszt rapat-rapat.
Tidak ada debu.
Hanya cipratan air.
Tim ksatria menginjak jalan ber-genangan air, perlahan menjauh dalam iringan doa restu Gorret dan yang lain.
"Kepala pelayan Old Carter, bersama para pelayan, berdiri di pintu kastil memandang punggung pasukan ksatria. Di wajahnya terlihat kegugupan, kelegaan, dan antisipasi. Kedua tangannya diletakkan di dada, ia berseru dengan lantang: 'Cahaya kejayaan ksatria bersinar pada Tuan, perjalanan Tuan pasti akan kembali membawa segudang kehormatan.'"
"Benar, Tuan Carter, kami semua yakin akan hal itu," ucap Nyonya Mosen dengan penuh kesungguhan.
Di kandang kuda tak jauh dari sana.
Batton si bermata satu menggigit pipa tembakau, bergumam pelan: "Pasukan kuda tim ksatria Tuan terlalu beragam, seharusnya memelihara kawanan kuda hitam agar terlihat lebih gagah... Tapi Tuan memang darah keturunan Keluarga Tulip, kilaunya tak bisa diabaikan. Semoga cahaya kejayaan ksatria selalu menyinari!"
Tim ksatria telah menjauh.
Gorret, Yesaya, dan Blair berjalan bersama menuju kota kecil.
"Ancaman Bukit Duri sepertinya akan segera terselesaikan," kata Gorret dengan santai.
Ekspresi khawatir terpancar di wajah Yesaya: "Makhluk gaib tidak mudah ditaklukkan, Gorret. Kau benar-benar yakin Tuan Baron pasti bisa mengatasi makhluk-makhluk yang ahli bersembunyi itu?"
"Aku sangat percaya, karena Liszt jauh lebih matang dari yang kau sangka. Jangan anggap dia sebagai remaja 16 tahun. Dia adalah tuan tanah yang kompeten, juga ksatria sejati. Aku pernah melihat teknik memanahnya, sudah setara dengan Markus. Pedang pusakanya adalah senjata permata hadiah dari Marquis Merlin."
Blair berkata dengan riang: "Yang Mulia adalah putra kemuliaan yang disinari cahaya kejayaan ksatria, Bukit Duri bukanlah kesulitan, hanya batu asah untuk mengasah pedang."
Ia menoleh ke belakang, melirik jalan kerikil yang sudah tak terlihat siluet manusia lagi, nada bicaranya agak menggoda: "Saat Yang Mulia kembali, itulah saat api unggun pesta dinyalakan."
