Setelah Liszt pergi,
para budak yang bekerja serius mulai berbisik-bisik.
"Anak buah Tuan Lord itu hebat sekali, aku sampai tak berani memandangnya. Saat dia menderu, seluruh tubuhku gemetar." Seorang budak memandang sosok samar-samar Warcraft yang menjauh sambil berkecak lidah takjub.
"Tentu saja, Warcraft adalah Raja Bukit Duri. Hanya Tuan Lord yang agung bisa menjinakkannya."
"Benar, Yang Mulia adalah bangsawan yang disinari cahaya kejayaan ksatria. Dengan sekali tebas pedang, dia bisa menaklukkan makhluk sihir apapun. Musim dingin ini kita tak perlu takut Warcraft memakan jiwa."
"Bukit Duri... Tak kusangka kita berhasil membersihkan semua pohon di Bukit Duri."
“Sayangnya anggota keluarga saya tidak cukup, alat-alat juga kurang. Jika tidak, tahun ini pasti saya akan membuka 10 hektar tanah kosong tambahan... Pejabat di kota bilang, semakin banyak bercocok tanam, semakin banyak bahan pangan yang bisa disimpan! Anak laki-laki saya tahun depan sudah cukup umur untuk menikah, saya harus menyiapkan bahan pangan dan rumah. Kalau tidak, dia tidak bisa menikahi istri.”
“Hei, Lao Brown, sudahkah anakmu menemukan gadis yang mau menemaninya?”
“Tentu saja! Saya sudah minta tolong Kapten Ge Langtai dari Kafilah Bunga Indah. Dia berjanji akan mencari seorang gadis yang bisa berbahasa angin untuk anakku. Oh ya, yang pantatnya besar!”
“Ini budak baru yang dibeli Tuan Lord ya, katanya mereka dari Kerajaan Elang, benar?”
“Hanya Kerajaan Elang yang menggunakan bahasa angin. Tapi ini Pulau Karang, Tuan Lord pasti akan menyuruh mereka menggunakan tulisan ular. Ngomong-ngomong Lao Brown, kenapa tidak cari satu? Di antara budak baru itu ada beberapa perempuan berumur, cocok sama kamu buat bantu urusan rumah dan kerja di sawah.”
Lao Brown tersenyum malu: “Hehe, sedang mencari nih.”
“Perempuan dari daratan itu tidak bisa bicara tulisan ular. Kalau Lao Brown menikahi mereka, cuma bisa komunikasi pakai gerakan tangan.”
“Yang penting di ranjang, tidak perlu bicara. Bisa gerak-gerak saja sudah cukup, hahaha.”
“Lao Brown dapat jatah hidup enak nih.”
“Puji Tuan Lord!”
“Puji Tuan Lord, kehidupan di Kota Bunga semakin membaik.”
Para budak berpikir sederhana: kehidupan yang lebih baik sekarang semua berkat Tuan Lord, jadi harus memujinya, menggarap lebih banyak sawah dan bekerja lebih keras untuk Tuan Lord.
……
Tembok tinggi, sangkar besi.
Setelah kehilangan kebebasan, kehidupan Tu Po hanyalah di ruang sempit ini.
Dari penolakan awal, perlahan menerima, kini kunjungan Doson menjadi momen paling membahagiakan. Bahkan diam-diam, ia mulai menyukai rutinitas tenang ini: makan, tidur, sesekali kawin, menikmati gairah liar Doson.
“Guk guk!”
Suara Doson semakin mendekat.
Tu Po yang sedang tidur di lantai langsung bangun, mendekati jeruji sangkar sambil membalas: “Guk guk!”
Beberapa saat kemudian, membuka pintu gerbang tembok, dua ekor Warcraft saling bertemu. Liszt masih menunggangi Doson, mendekati sangkar dengan santai. Ini sudah memasuki radius pelepasan sihir Tu Po. Tu Po tidak melepaskan mantra, ia hampir lupa Tusukan Batu.
Latihan refleks bersyarat untuknya sangat sederhana.
Melepaskan mantra - mengambil makanan.
Beberapa hari kemudian, dalam ingatan Tu Po tertanam kesan: setiap kali melepaskan mantra, ia harus kelaparan. Jika tidak melepaskan mantra, makanan akan muncul.
Jadi, ia sudah tidak melepaskan mantra lagi.
Insting binatang buas memberitahunya, makan jauh lebih penting daripada sihir.
Tapi hanya Liszt yang mengandalkan teknik rahasia energi tempur Mata Magis, berani mendekat dengan santai. Para pelayan kastil yang merawat Tu Po tak berani masuk.
Memindahkan sangkar, membawa Doson masuk ke sangkar besi untuk bertemu diam-diam dengan Tu Po.
Proses perkawinan yang seharusnya lancar ternyata menemui masalah. Tu Po bisa menerima keakraban Doson, tapi menolak keras permintaan Doson untuk berlari secepat mungkin.
"Ini?" Kilatan inspirasi muncul di benak Liszt, "Apakah Tu Po sedang hamil?"
Induk binatang yang hamil akan menolak kawin. Tentu saja, induk yang tidak dalam masa birahi juga akan menolak. Hanya saja Tu Po seharusnya dalam masa birahi, sebelumnya tidak terlalu menolak kawin.
Bagaimanapun, karena Tu Po menolak, itu berarti dia sudah melewati masa birahi atau sudah hamil, sehingga tidak cocok untuk dipaksa kawin——Beberapa waktu lalu, Doson datang setiap hari untuk kawin tapi tidak membuat Tu Po hamil karena Tu Po tidak dalam masa birahi——Masa birahi berkaitan dengan ovulasi hewan.
Tidak ada sel telur, bagaimana bisa hamil.
"Doson, keluar." Liszt mengetuk kandang.
Doson enggan keluar, setelah didesak berkali-kali baru mau berjalan keluar dengan enggan.
"Sepertinya harus ke Kota Karang mencari anjing serigala betina besar untuk dibeli, kalau tidak energi meluap Doson ini tidak bisa disalurkan, ini bukan hal baik." Terus menahan diri tanpa penyaluran yang wajar tidak baik untuk perkembangan kesehatan fisik, "Hanya tidak tahu, apakah Doson bisa menghasilkan anak jika dikawinkan dengan anjing serigala besar?"
Memikirkan ini, jadi agak dinanti-nantikan.
Mungkin bisa menghasilkan sekelompok anak anjing serigala berdarah Warcraft, kualitasnya seperti Kuda Naga Api.
"Doson adalah Warcraft menengah, darah keturunannya lebih kuat, anak anjing campuran Warcraft pasti sangat kuat. Jika dipelihara dan diseleksi jangka panjang, mungkin bisa menjadi anjing pemburu atau pekerja varietas unggul... Jika benar bisa, akan dibangun peternakan anjing untuk membudidayakan pasukan anjing serigala."
Sedang berfantasi indah.
Pelayan cepat-cepat melapor: "Tuan, penyihir dari Kota Karang telah tiba di kastil bersama kafilah bunga."
"Pulang."
Liszt berbalik badan, menunggang Doson yang satu langkah tiga kali menoleh ke belakang, kembali ke kastil.
Orang-orang dari Kafilah Bunga Indah sedang memindahkan barang-barang yang diturunkan ke gudang bawah tanah kastil. Sebuah kereta kuda replika lainnya berhenti di Jalan Doson. Seorang pria tinggi kurus berbaju jubah hitam berdiri di depan kereta, menatap kota kecil di kejauhan. Di sampingnya ada seorang anak laki-laki kurus bertudung.
Inilah Penyihir baik Grani*Truth dan murid sihirnya.
"Tuan Grani, selamat datang di Kota Bunga." Meski tidak puas dengan keterlambatan penyihir itu, senyum bangsawan yang sempurna tetap melekat di wajah Liszt.
Grani membuka jubah longgar di kepalanya, memperlihatkan rambut cokelat yang berantakan: "Jalan di Kota Bunga bagus, ternyata jalan batu. Saya kira akan berupa jalan tanah berlumpur. Baron Li Zhi, membangun jalan batu membutuhkan banyak koin emas. Meskipun bangsawan perlu menjaga citra, mengapa membuang-buang di jalan?"
Saat mengucapkan ini, sorot matanya tertuju pada Doson.
Doson kini menjadi pusat perhatian di mana pun berada. Tubuh besar dengan wibawa yang mengerikan, efek penarik perhatiannya luar biasa.
"Berkecak lidah, benar-benar Warcraft yang baik. Perkasa luar biasa, pantas dijuluki Raja Bukit Duri. Itu jauh lebih unggul daripada monster. Memilikinya adalah keberuntunganmu."
“Tidak, mengikuti aku adalah keberuntungannya.” Liszt memberi isyarat dengan tangan, "Masuklah ke kastil untuk berbicara, Tuan Carter sudah menyiapkan teh dan minuman."
Grani tidak bergerak, masih menatap langsung ke Doson: "Baron Li Zhi, apakah saya beruntung bisa meneliti Warcraft ini? Mungkin saya bisa membelinya. Anda pasti tahu nilai seekor Warcraft terletak pada perlengkapan magis apa yang bisa dihasilkannya."
Senyuman di pipi Li Zhi berubah dingin: "Heh, kamu terlalu banyak berpikir."
