“Asisten pribadi……”
Liszt merasa kecewa, dia tidak punya asisten pribadi.
Tidak ada cara untuk mewujudkan impian kelas bangsawan yang mesum "ada urusan asisten kerjakan, tidak ada urusan ngewe asisten" dengan muka tembok itu.
Faktanya dia bahkan tidak punya pelayan wanita pribadi —— Sistem monogami yang diberlakukan ketat di bawah tekanan norma sosial, meskipun para bangsawan punya kekasih di mana-mana dan anak haram bertebaran, tetap mematuhi sistem ini.
Ini bukan aturan resmi pemerintah.
Ini adalah konvensi sosial yang sudah mengakar.
Untuk memastikan kelangsungan sistem monogami, bangsawan wanita hanya boleh memiliki pelayan wanita pribadi, sedangkan bangsawan pria hanya boleh memiliki pelayan pria pribadi, mencegah penggunaan status "pelayan pribadi" untuk merusak sistem perkawinan tunggal.
Dia pernah meneliti asal-usul konvensi ini, dan menyimpulkan bahwa mungkin berasal dari sistem ratu di Kekaisaran Bulan.
Kekaisaran yang sudah lama menghilang ini mirip dengan Kekaisaran Romawi kuno di Eropa. Meskipun Kekaisaran Romawi dihancurkan oleh suku barbar, sistem budayanya mempengaruhi seluruh daratan Eropa. Begitu pula Kekaisaran Bulan, sebagai kekaisaran terkuat saat itu, pengaruh budayanya masih bertahan.
Saat ini sebagian besar negara telah mengadopsi Bahasa Bulan dalam bahasa mereka, sedikit atau banyak.
Termasuk sistem tingkatan ksatria, hubungan antara tuan tanah dan vasal, semuanya berasal dari Kekaisaran Bulan. Sistem ratu juga dipertahankan. Banyak negara pernah memiliki wanita sebagai raja. Kadipaten Safir belum pernah memiliki ratu, namun sistem monogami tetap diwarisi.
“Kekaisaran Bulan... entah seperti apa keadaannya dulu.”
Sebagai tuan tanah kota kecil, Liszt memiliki banyak waktu luang. Dia gemar membaca novel ksatria dan tak terhitung kali mendengar tentang Kekaisaran Bulan——Para ksatria selalu menemukan reruntuhan Kekaisaran Bulan di suatu tempat, kemudian memperoleh harta karun, langsung menjadi hebat luar biasa, menantang langit, bumi, bahkan udara.
Karena tidak ada kebiasaan mencatat sejarah.
Informasi tentang Kekaisaran Bulan sebagian besar disampaikan secara lisan.
Metode penyampaian informasi seperti ini memiliki tingkat distorsi hingga 99%, sehingga Kekaisaran Bulan menjadi kerajaan legendaris yang digambarkan penuh keindahan dan kemakmuran. Seperti Yunani Kuno dalam cerita orang Eropa, atau raja-raja kuno yang dipuji Konfusius—berbagai pembenaran dan pengkultusan yang akhirnya menggantikan fakta sejarah, menjadi kebenaran yang diyakini masyarakat.
"Tidak memiliki catatan sejarah sangat menyebalkan... Aku benar-benar takut jika terlalu banyak membaca novel ksatria, nanti menganggap omong kosong sebagai utusan kebenaran." Liszt menggelengkan kepala.
Berhenti memikirkan hal-hal tidak jelas ini.
Alasan dia mempelajari sejarah, selain memuaskan rasa ingin tahu, lebih untuk mempelajari strategi kekuasaan dan menganalisis tren global melalui sejarah... Tapi sejarah yang penuh kebohongan, lebih baik tidak usah.
Kembali merasakan penyesalan akan kurangnya asisten pribadi.
Dia merasa perlu mempercepat pelatihan sekelompok ksatria pengawal perempuan sebagai pengawal pribadi. Tanpa mereka, pidato dan arahan strategisnya akan kehilangan semangat.
Setelah memantau bangunan di kota kecil, kembali ke kastil.
Langsung menuju ruang perpustakaan, mengambil kertas kulit tebal dan pulpen angsa. Dia berencana merapikan kembali rencana pengembangan Kota Bunga.
"Jika ingin mengubah Kota Bunga menjadi pusat ekonomi berbasis pengolahan awal produk pertanian, maka denah kota kecil yang ada saat ini harus didesain ulang. Rute perdagangan juga perlu diubah. Transportasi darat jauh lebih tidak efisien dibanding jalur laut. Berlayar langsung ke Kota Karang melalui laut akan lebih menghemat kapasitas angkut."
Pertama-tama dia menggambar sketsa kasar peta Pulau Karang.
Di ruang perpustakaan Kastil Tulip milik bangsawan, tergantung peta Pulau Karang yang menggambarkan bentuk keseluruhan pulau seperti angka "8" yang terdistorsi.
Di sudut timur laut terdapat Kota Bunga. Bagian sempit di tengah angka "8" adalah pelabuhan air dalam, sementara Kota Karang dibangun di sebelah pelabuhan tersebut.
Dari Kota Bunga ke Kota Karang, karena keterbatasan denah lokasi, tidak bisa mengambil jalur lurus. Rute zigzag melalui Kota Lembah Utara dan Kota Hutan Elm memboroskan banyak waktu.
"Lokasi geografis Kota Bunga yang terpencil mengharuskan pembangunan dermaga secepatnya untuk membuka jalur laut. Transportasi darat sebagai cadangan bisa membangun pos pemeriksaan di pintu masuk Bukit Duri. Dengan ini, wilayah utama Kota Bunga akan terbagi menjadi tiga bagian: dermaga, kota kecil, dan Bukit Duri, masing-masing bertugas menangani perdagangan dan pengolahan."
Di area bengkel kota kecil itu, dia menulis beberapa tulisan ular.
Semua merujuk pada rencana pembangunan bengkel - bengkel gula, rempah-rempah, tekstil, kulit, kertas, tahu, dan bunga kering Tulip, serta toko sepatu dan pengrajin tulang.
Di dermaga juga ditulis rencana pembangunan pabrik - pabrik bata, pabrik semen, tempat pembakaran gerabah, area penjemuran garam, dan bengkel kaca.
“Di dekat gerbang Bukit Duri, terdapat juga bengkel-bengkel yang direncanakan - bengkel kayu, rumah jagal, pasar kuda, dll.”
“Beberapa bengkel ini kekurangan pengrajin yang memadai, sementara yang lain masih memerlukan pengembangan teknologi. Namun dalam visi Liszt, semua ini seharusnya bisa diwujudkan melalui kerja keras.”
“Tapi segera.”
“Dia kembali kehilangan minat untuk menulis.”
“Kostov telah melapor bahwa Kapal Bunga Indah siap berlayar kapan saja. Sekarang tinggal menunggu Grani menyelesaikan Mutiara Penenang Laut, maka eksplorasi ke Pulau Kuda Hitam bisa dimulai.”
“Begitu Pulau Kuda Hitam berhasil direbut, strategi selanjutnya akan berfokus pada pengembangan pulau tersebut.”
“Pentingnya Kota Bunga jelas akan menurun drastis. Terutama setelah meraih jasa perang dan menjadikan Pulau Kuda Hitam sebagai wilayah kekuasaannya, pasti akan terjadi penyerahan Kota Bunga. Seperti keluarga Tulip yang meninggalkan wilayah asalnya untuk berakar di Pulau Karang, demikianlah proses bertahan di wilayah baru.”
“Ketika aku punya sumber daya cukup, baru akan memecahkan teka-teki teknologi seperti kertas, semen, tahu, dan kaca. Saat itu mungkin aku sudah menjadi Viscount Pulau Kuda Hitam.”
“Kelahiran peri kecil duri bisa terjadi kapan saja. Begitu ada peri, kekayaan akan mengalir tanpa henti. Membentuk tim ksatria sama sekali tidak sulit.”
“Di medan pertempuran nanti, menyerbu dan meraih jasa akan menjadi hal yang mudah.”
“Daripada repot meneliti teknologi, lebih baik bertaruh nyawa mengumpulkan peri.”
"Keluarga Hops, Keluarga Batu Kasar, semuanya mendapatkan gelar Viscount berkat peri kecil mereka. Sebagai putra seorang Marquis, selama dia berjasa, tidak ada alasan bagi Marquis untuk tidak menganugerahi anaknya gelar Viscount. Saat itu, dia bisa menjadikan Pulau Kuda Hitam sebagai wilayah feodalnya - bangsawan bisa menukar jasa dengan pulau terpencil."
"Jika kebetulan berjasa besar di medan perang dan menarik perhatian Adipati Agung, bukan tidak mungkin langsung mendapat gelar feodal dari Adipati Agung."
"Menjadi vasal langsung Adipati Agung jauh lebih bergengsi daripada menjadi vasal Marquis atau Pangeran, promosi di masa depan juga akan lebih cepat - penguasa selalu suka mempromosikan bangsawan baru untuk menciptakan keseimbangan melawan bangsawan lama."
"Tapi begitu aku menjadi vasal Adipati Agung, aku harus memisahkan diri dari keluarga Tulip. Nantinya akankah aku menjadi Viscount Pulau Kuda Hitam Li Stern*Duri?"
Tentu saja kemungkinan ini kecil. Seorang bangsawan rendahan, seberapa besar jasanya sampai bisa menarik perhatian Adipati Agung? Lagipula latar belakangnya sebagai vasal Marquis membuat Adipati Agung umumnya tidak akan melangkahi hierarki untuk merangkul vasal bawahannya. Apalagi hubungan Marquis dengan Adipati Agung cukup baik, semakin tidak mungkin terjadi perangkulan semena-mena.
"Bagaimanapun juga, Pulau Kuda Hitam harus jadi milikku! Kawanan Kuda Li Long sama sekali tidak boleh disentuh siapa pun!"
Untuk mendapatkan Pulau Kuda Hitam, harus meraih gelar feodal melalui jasa perang.
Li Stern meletakkan pulpen angsa, menatap ke luar jendela. Di peternakan kuda jauh di sana, beberapa ekor kuda sedang asyik memakan rumput: "Ke medan perang itu mempertaruhkan nyawa... Nanti, aku akan lihat apakah bisa mendapat posisi seperti Li Weis, menjadi penghubung, mengurusi logistik, bertahan sambil mengumpulkan jasa perang."
Dia berhenti sejenak.
Dia merendahkan suara, berbicara sendiri: "Tapi, tim ksatria harus secepatnya dibimbing, energi tempurku sendiri juga harus mempercepat latihan, dan pelatihan Doson juga harus ditingkatkan!"
Begitu seseorang memiliki ambisi, banyak pendapat akan berubah tanpa disadari.
