"Mari kita semua menyaksikan makhluk kecil yang indah, ajaib, dan mulia ini!" sorak Gorret dengan lantang.
“Penampilan peri kecil duri tidak begitu dramatis, faktanya si kecil yang masih mengantuk itu sama sekali tidak menghiraukan para bangsawan, hanya duduk di bahu Liszt sambil terkantuk-kantuk.”
“Dia baru saja lahir, penuh rasa ingin tahu terhadap segala hal, kemarin bermain sampai larut malam sehingga terlihat agak lesu.”
“Tapi ini tidak menghalangi para bangsawan untuk memberikan tepuk tangan meriah sebagai pujian bagi peri kecil duri. Sorot mata yang berisi rasa dengki, iri, kagum, dan kerinduan tertuju pada Liszt dan peri kecil di bahunya.”
“Tepuk tangan ini jelas mengganggu peri kecil duri.”
“Dia langsung terbang tinggi, membuat ekspresi garang ke arah orang-orang yang bertepuk tangan, mengayunkan tinjunya sambil berteriak: "Wuwa, Wuwa, Wuwa!"”
“Ini sama sekali tidak mengintimidasi siapapun, tepuk tangan justru semakin riuh.”
“Peri yang lincah jelas lebih memesona daripada peri yang mengantuk.”
“"Dia sangat cantik."”
“"Makhluk kecil yang indah."”
“"Aku seolah melihat kilau koin emas di seluruh tubuhnya."”
“"Cahaya kejayaan ksatria bersinar atas Keluarga Tulip, Baron Li Zhi mewarisi kemuliaan Piaget!"”
“"Keindahan yang sempurna, sama menggemaskannya dengan para peri di Kastil Tulip."”
"Melihat intimidasinya tidak berpengaruh, kerumunan manusia ini masih terus ribut, peri kecil duri langsung naik pitam. "Itu" mengacungkan tinju mungil kemerah-merahan, membuka telapak tangan gemuknya, dan berteriak: "Wuwa!"
Beberapa kilatan cahaya tiba-tiba muncul.
Terbang ke arah kerumunan orang.
Cahaya itu dengan cepat menempel di pakaian banyak orang, dengan kecepatan yang terlihat mata telanjang, mulai mengeluarkan tunas hijau zamrud dan bertumbuh menjadi ranting.
"Oh, Ya Tuhan!"
"Itu biji yang disebar peri!"
"Peri kecil duri menabur biji di pakaian kita!"
Para bangsawan buru-buru berdiri sambil memukul-mukul tunas di pakaian mereka, seketika seluruh adegan pesta menjadi kacau.
Tiba-tiba Liszt berseru: "Berhenti, si kecil!" Seketika peri kecil duri mencibirkan mulutnya, dengan enggan kembali terbang dan mendarat di bahu Liszt.
Tunas di pakaian bangsawan pun berhenti tumbuh.
Mereka memetik dan merobeknya dengan tangan.
Tak lama kemudian semuanya dibersihkan.
Karena berada dekat Liszt, Nyonya Penelope tidak terkena biji. Sambil tersenyum pada peri itu dia berkata: "Si kecil usil, mengingatkanku pada beberapa peri milik Piaget yang sama nakalnya."
"Aku suka peri seperti ini, mereka lebih berjiwa liar dan ambisius." Li Weila menyambung, bajunya terkena sedikit biji tapi segera ditepisnya tanpa merusak pakaian.
“Jika aku punya satu peri kecil, aku rela setiap hari diusili olehnya.” Seorang bangsawan dari Kota Lembah Utara menggoyang-goyangkan kerah bajunya, berkata.
“Peri kecil tidak akan mengusili tuannya, dia hanya suka bermain.”
“Kelakuan usil menunjukkan energinya yang meluap-luap.”
Li Zhi menunggu semua orang merapikan pakaian dan duduk kembali, baru tersenyum meminta maaf tanpa kesungguhan: "Maaf, dia baru saja lahir, masih punya sedikit temperamen terhadap gangguan orang asing. Sudah kuberi peringatan, mari kita lupakan keusilan tadi dan lanjutkan pesta."
Para bangsawan serentak menyatakan tidak keberatan.
Apakah benar-benar tidak keberatan, itu tidak penting.
Gorret membersihkan tenggorokannya, melanjutkan memandu upacara: "Si tokoh utama yang usil sudah kita lihat, tak diragukan lagi ini adalah peri kecil penuh vitalitas, harta karun yang dianugerahkan Cahaya Kejayaan Ksatria kepada Kota Bunga, kepada Baron Li Zhi!"
“Lalu, apa namanya?” Seorang nyonya bangsawan tiba-tiba bertanya.
“Apa namanya…” Gorret menoleh ke Li Zhi.
Li Zhi mengambil alih topik: “Namanya Jela, nama ini berarti – Kemakmuran Duri, kejayaan duri dimulai darinya.”
“Jela?”
Hadirin merenungkan nama ini.
“Nama bagus, sangat cocok dengan aura peri kecil duri.”
“Benar, nama yang baik, meski agak feminim, tapi peri kecil tidak punya jenis kelamin, nama apapun boleh.”
“Jela, ditulis seperti ini... Jie... La, tulisan ular yang aneh tapi menarik, ini nama yang penuh karakter.”
Seluruh orang merasa nama ini bagus, meskipun dalam hati menganggapnya tidak enak didengar, di permukaan tetap akan menganggapnya bagus.
Hanya Nyonya Penelope yang mengeluh: "Jella? Kedengarannya seperti nama Marui, Melissa, dan sejenisnya. Liszt, bisakah kau mengganti namanya?"
Nyonya Marui yang duduk di sebelahnya, menunjukkan senyum canggung namun tetap sopan.
Liszt juga merasa canggung, Melissa adalah ibunya. Nenek tua ini benar-benar tidak meninggalkan harga diri sama sekali. Dia hanya bisa berkata: "Nenek, Jella menyukai namanya sendiri."
"Wuwa!"
Peri kecil duri, merasakan panggilan dalam hati Liszt, berteriak ke arahnya.
"Asal kamu suka saja." Nyonya Penelope tidak memaksa, mungkin dia hanya ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan suatu pandangan.
Pertemuan dengan peri kecil duri Jella berhasil memanaskan suasana perayaan.
Sudah hampir waktunya makan, setelah meminta petunjuk, Carter memberi isyarat pada pelayan pria untuk mulai menyajikan minuman, menuangkan segelas anggur merah atau anggur buah untuk setiap tamu.
Liszt mengangkat anggur merah di hadapannya, memandang sekeliling, lalu berbicara perlahan: "Terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu dalam perayaan kelahiran peri kecil di Kota Bunga... Makna kelahiran peri kecil ini sudah jelas bagi semua, terutama yang didukung ramuan ajaib... Ayah dan kakakku sudah berada di medan pertempuran, melanjutkan kemuliaan Keluarga Tulip."
Para bangsawan memandangi Baron muda yang tampan itu.
Mendengarkan dengan penuh perhatian.
Liszt tidak pandai berpidato dan juga tidak punya bakat sastra. Dia hanya melepas sinyal: "Aku, Liszt*Tulip, sebagai darah keturunan Keluarga Tulip yang mendapat perlindungan keluarga, berharap dan HARUS meraih kemuliaan untuk keluarga!"
Dia berhenti sebentar.
Suaranya mengeras: "Kota Bunga hanyalah kota kecil, tapi dengan peri kecil duri, Tulip Hitam, jamur api dan tanaman duri ajaib yang tumbuh cepat, semuanya mungkin! Dan aku akan merekrut pengikut untuk membantuku memimpin Kota Bunga, serta membentuk pasukan ksatria untuk menyerbu di medan pertempuran!"
Dia berpikir sejenak.
Dia menambahkan: "Kota Bunga punya kemampuan untuk merebut kemuliaan dari medan perang! Lihatlah Warcraft di pintu gerbang kastil itu, dia... sudah memakan buah darah keturunan dan berevolusi menjadi Warcraft menengah! Dan dia setia padaku, akan menjadi teman seperjalananku yang paling penting di medan perang!"
Warcraft menengah!
Ini pertama kalinya Liszt mengumumkan tingkat darah keturunan Doson ke publik.
Seketika, dia mendengar para bangsawan yang duduk di sekitar meja menarik napas tajam berkali-kali. Seekor Warcraft menengah memang tidak lebih berharga dari peri kecil, ini prinsip yang diakui umum. Tapi jika makhluk ini ada sebagai hewan peliharaan, ceritanya berbeda.
Setidaknya setara dengan setengah Sky Knight, bisa disebut senjata mematikan di medan perang!
Pentingnya Warcraft menengah seperti ini sudah hampir menyamai peri kecil.
“Doson adalah Warcraft menengah？” Li Weila berteriak tak percaya, kemudian menghela napas lega. Simpul di hati karena dipermalukan Warcraft menengah telah terurai diam-diam.
