Jejak kaki berlanjut hingga pintu kastil, lalu menghilang.
Tak ada yang memperhatikan hal ini, termasuk para ksatria pengawal yang sedang melakukan inspeksi di sekitar kastil dalam salju lebat.
Di dapur kastil, suara Nyonya Abi terdengar hingga ke lobi. Kepala pelayan Carter sedang membersihkan lampu dan hiasan dinding, mendengar suara itu, ia tak sengaja mengangkat bahu.
"Dia selalu begitu kasar, kenapa kau bisa bersabar dengannya?" kata Thomas sambil merapikan bangku di lobi, nada mengejek.
Carter tidak menyukai Thomas, bukan hanya karena Thomas meremehkan otoritasnya sebagai kepala pelayan, tapi juga karena Thomas selalu suka membicarakan keburukan orang. Dengan tegas ia menjawab: "Karena dia Nyonya Abi, karena Tuan menyukai masakannya yang lezat, para pelayan juga menyukainya."
"Kurasa juga begitu, jika bukan karena keahlian memasaknya, dia pasti sudah dipecat oleh Tuan."
"Belum tentu, Tuan adalah bangsawan terhormat yang memiliki sifat belas kasihan, beliau akan menawarkan posisi baru untuk Nyonya Abi."
"Tuan terlalu baik pada para pelayan, menurutku seharusnya Jessie, Tom, Eileen diusir saja, mereka hanya sampah."
"Lebih baik perkataan ini tidak didengar oleh Tuan. Setiap orang sedang melakukan tugas masing-masing, mereka tidak bersalah dan tidak pantas disebut sampah."
"Hmph." Thomas berkata dengan nada sinis, "Jika diganti orang lain, pasti bisa lebih baik dari mereka!"
Tiba-tiba suara sopran Nyonya Abi terdengar dari dapur: "Dasar Eileen, mana sayuran yang kusuruh kamu cuci? Jika makan malam Tuan tertunda, kau akan kuceium pantatmu dengan sepatu bot!"
Eileen membalas keras: "Aku sedang mencuci kacang, ini yang kau perintahkan!"
"Oh ya? Tak bisakah kau bekerja lebih cepat, cuci kacang dan sayuran sekaligus!"
"Kau tahu berapa banyak kacangnya? Maggie, beri tahu Nyonya Abi, kurasa matanya sudah rabun!"
"Ya Tuhan, kau mau memberontak ya, Eileen!"
Keributan di dapur menjadi bahan olokan Thomas. Ia mendengus hina: "Ini yang kau sebut 'setiap orang melakukan tugasnya'? Faktanya, sampah tetaplah sampah."
Carter mengabaikannya: "Sudahkah kau atur meja kursi di lantai atas? Makan malam hari ini dimajukan, jangan sampai terlambat."
"Tom dan Jessie tidak mengatur meja?"
"Mereka bertugas mengantar makanan ke kota. Jadi pekerjaan ini kuserahkan padamu."
"Hmph!"
Thomas mengejek, tapi tetap naik ke lantai atas. Sebagai pelayan pribadi, ia harus mematuhi perintah kepala pelayan.
Tapi pertengkaran di dapur tak kunjung berhenti. Nyonya Abi masih dalam mode pengering rambut, terus menderu. Eileen masih membantah dengan penuh amarah. Tapi pekerjaan dapur tetap berjalan tertib, tak terhentikan oleh pertengkaran. Bahkan pelayan magang pun menjalankan tugas masing-masing dengan tenang.
Para pelayan sudah terbiasa dengan hubungan aneh antara Nyonya Abi dan Eileen. Kadang mereka seperti musuh, kadang seperti ibu dan anak.
Maggie juga sudah terbiasa.
Dengan sapu di tangan, dia bertanggung jawab menyapu daun sayur busuk di lantai. Reruntuhan ini akan diberikan ke budak tani untuk pakan ayam kampung.
"Maggie, mau makan?" Begitu pertengkaran mereda, Eileen yang sedang mencuci sayur tiba-tiba mengeluarkan segenggam kacang keriput dari sudut, menyodorkannya ke hadapan Maggie seolah tak terjadi apa-apa.
"Tidak usah, Kak Eileen. Saya masih punya, belum dimakan." Dia juga mengeluarkan segenggam kacang keriput dari sudutnya.
Di kota terdapat bengkel pengolahan kacang. Setiap hari mereka membeli banyak kacang kupas. Kacang gemuk cocok untuk dibuat camilan atau selai kacang yang dijual ke kafilah dagang. Kacang keriput yang tersisa akan dibagikan sebagian ke para pelayan kastil sebagai camilan.
Bekerja di kastil tentu memiliki benefit yang tak dinikmati orang biasa.
Eileen memasukkan kacang ke dalam sakunya, berkata: "Kacang paling enak digoreng. Setelah makan malam, saat Nyonya Abi pergi dari dapur, kita bisa menggoreng kacang sendiri."
"Nyonya Abi, tidak diizinkan."
"Asalkan tidak ketahuan. Tenang, aku akan membersihkan panci sampai bersih. Dia tidak akan tahu."
"Tapi Tuan Carter, kalau ketahuan, akan menghukum kamu."
"Tidak apa-apa. Cuma pakai panci untuk menggoreng kacang. Tuan Carter tidak akan marah. Beliau seperti Tuan, tidak pernah menganiaya kami pelayan, meskipun aku cuma pelayan dapur."
"Kalau... baiklah." Maggie menjilat bibirnya. Sejak sekali mencoba kacang goreng, dia langsung jatuh cinta pada camilan lezat ini, jauh lebih enak daripada makan malam harian para pelayan.
……
Kamar mandi.
Liszt berdiri di sebelah bak mandi, terus-menerus mengukur bak mandi dan luas kamar mandi dengan meteran kain.
Setelah mengumpulkan data, dia langsung menuju ruang perpustakaan, mengeluarkan kertas kulit tebal, lalu mulai menulis dan menggambar untuk merancang "pemandian air panas bak mandi".
Huo Long bukanlah sumber energi yang aman.
Harus dipastikan bisa memanaskannya sekaligus memasang lapisan pelindung. Ini desain yang menguras otak. Pandai besi dan tukang mebel Kota Bunga jelas tidak punya otak dan wawasan untuk merancang pemandian air panas bak mandi.
“Sepertinya tiga hukum termodinamika, atau hukum apa pun, yang menetapkan tiga sifat pemanasan air——konveksi panas, konduksi panas, dan radiasi termal. Radiasi termal sementara tidak berguna, konduksi dan konveksi panas adalah cara yang paling cocok. Untuk konduksi panas, cukup panaskan bagian tertentu bak mandi, seluruh air di bak bisa terpanaskan.”
Sambil terus berpikir.
Kepalanya terasa mulai kacau, materi fisika SMP pada dasarnya sudah dikembalikan ke guru.
Tapi dia tahu satu hal: baik dengan memanaskan dasar bak mandi untuk menciptakan konveksi air panas naik dan air dingin turun, maupun memanaskan sisi bak agar suhu merambat ke sisi lain——semua membutuhkan tangki terisolasi dari bak mandi untuk memanaskan Huo Long.
“Tak bisa terus membiarkan Huo Long memanas. Setelah mandi, Huo Long harus disimpan. Jadi guci kaca vulkanik ini harus segera dipahat oleh Tukang Ahli... Masalah pelepasan gelembung udara selama pahatan adalah kerepotan.”
Satu tangannya menopang meja, sambil iseng mengangkat dua kaki kursi.
Lalu mengambil secuil kaca vulkanik.
Mengaktifkan Mata Magis, bersiap mengobservasi energi naga dalam gelembung, merencanakan kolaborasi dengan Tukang Ahli untuk mengumpulkan energi naga tersebut.
Namun saat Mata Magis diaktifkan, pandangannya tertuju pada area dekat jendela di ruang perpustakaan——langsung terkejut.
Tangannya gemetar, kaca vulkanik terlempar, kursi pun roboh.
Untung dia gesit, memutar tubuh untuk menahan badan yang hampir terjatuh, berpegangan pada meja untuk menjaga keseimbangan.
Kemudian memaksa pandangannya beralih ke kaca vulkanik di lantai, menghindari lokasi jendela—karena di sana tiba-tiba muncul siluet mirip manusia dari energi sihir, bersandar di dinding. Tampak jelas sosok wanita dengan dada berisi, kedua tangan menyilang di dada, pandangannya seperti mengawasi Liszt.
Penampakan magis yang tiba-tiba muncul di ruang perpustakaan yang dianggapnya paling aman ini, efek kejutannya benar-benar bisa membuat orang mati ketakutan.
Beruntung Liszt menyembunyikan keterkejutannya dengan gerakan canggung saat terjatuh.
Tidak mengganggu siluet magis itu, sosok itu hanya mengubah posisi, tetap bersandar di dinding sambil terus mengawasi Liszt.
"Apa ini? Barang apa ini?" Liszt membungkuk, dengan hati-hati mengambil kaca vulkanik, memaksa diri tetap tenang sambil mencerna makna siluet magis yang tiba-tiba muncul ini.
Saat dia berdiri tegak kembali.
Kepanikan pasca-terkejut sudah berubah jadi ketenangan, otaknya kembali bekerja cepat, langsung teringat hadiah dari misi asap—pencuri yang mengintai tuan tanah.
