Seorang pencuri.
Pencuri perempuan berpayudara besar.
Pencuri yang bisa menghilang atau menggunakan sihir serupa.
Berdiri di sisi jendela ruang perpustakaan, bersandar di dinding, mengintainya. Setelah melewati fase panik awal, Liszt mulai merancang strategi respons.
Berdasarkan pemahamannya tentang misi asap, atau lebih tepatnya takdir yang diwakili oleh Naga Asap, asalkan hal ini ditangani dengan baik, hadiah bisa diperoleh.
Lagipula, pengintaian perampok ini muncul dalam bentuk hadiah dari misi asap.
"Tapi bagaimana cara menghadapinya? Langsung menembus penyamaran perampok?" Ia dengan santai mengangkat kursi, bersiap duduk kembali, "Ini tidak baik. Terlalu canggung jika langsung dibongkar. Bagaimana jika dia tiba-tiba menyerang... Kekuatannya belum jelas, lebih baik bermain aman, tenangkan dia dulu."
Pelakunya adalah perampok wanita. Meski wajahnya tak jelas terlihat, bentuk tubuhnya sangat indah.
Tentu bentuk tubuh bukan hal penting. Liszt lebih memperhatikan postur berdiri sang wanita yang terlihat sangat rileks.
Tidak terlihat seperti ingin menyergap.
Seolah hanya datang untuk melihat pria ganteng.
"Tuhan memang murah hati. Wajah yang diwarisi dari Melissa memang memiliki aura yang mencolok. Mungkin perampok ini sedang mengagumi ketampananku." Bahkan dia sempat berkhayal.
Perampok wanita terpesona oleh ketampanan dan auranya, langsung keluar dari bayang-bayang, bertobat sepenuhnya, dan mengaku segala hal padanya.
Gagasan seperti ini memang terdengar menjijikkan, tapi bukan tidak mungkin.
Meski tujuan wanita itu belum jelas, setidaknya untuk sekarang sang perampok tidak melakukan gerakan mencurigakan, memberi Liszt cukup waktu untuk persiapan.
Namun tepat saat dia baru saja duduk dan hendak merencanakan langkah berikutnya, tiba-tiba terdengar suara wanita serak di telinganya: "Tak kusangka di kastil desa pulau terpencil ini, ada yang bisa menembus siluetku."
Itu suara perampok wanita.
Liszt hampir tidak menyadari bahwa dirinya telah menunjukkan celah? Namun reaksinya cepat, segera bangkit dengan waspada dari kursi.
Matanya menelusuri suara ke arah jendela: "Siapa di sana!"
"Bangsawan, aktingmu payah. Lebih buruk dari badut yang kulihat di Kota Karang." Aliran magis mengalir di tubuh perampok perempuan itu, perlahan tubuhnya mulai terlihat.
Semacam sihir penghilang diri serupa, telah terlepas.
Baju zirah kulit reyot, pedang besar setinggi orang, rambut acak-acakan, dada yang tegang. Dia mengenakan penutup wajah yang menutupi sebagian besar pipi, hanya menyisakan sepasang mata berbinar.
Penampilan ini mengingatkan Liszt pada peran pendukung antagonis yang sering muncul di novel ksatria - prajurit bayaran.
Prajurit bayaran termasuk lapisan menengah-menengah masyarakat, biasanya ksatria yang jatuh miskin, bekerja untuk tuan tanah atau pebisnis dengan imbalan upah. Reputasi mereka buruk karena sebagian besar terlibat perampokan, pembunuhan, dan berbagai tindakan kriminal.
Dibandingkan dengan tikus lapisan menengah-bawah, mereka hanya memiliki selapis legalitas tambahan.
Liszt juga tahu bahwa bisnis perdagangan budak tak lepas dari prajurit bayaran. Ksatria bertugas di medan perang, sementara penangkapan budak tani adalah keahlian utama para prajurit bayaran.
Prajurit bayaran perempuan itu menghadap dengan terbuka.
“Mengganggu alur pikir Liszt, namun sebagai roh orang dewasa, kemampuannya mengendalikan diri cukup baik. Sambil meraba Pedang Darah Merah di tepi meja, hatinya benar-benar tenang—sebagai Knight Bumi elite, kekuatannya sudah cukup mumpuni.
Kecuali musuh adalah prajurit bayaran tingkat Sky Knight, Pedang Darah Merah takkan kenal ampun.
“Apakah penampilanku sangat buruk? Menurutku gerakan dan ekspresi tadi cukup natural.” Liszt tersenyum memamerkan ketampanannya, “Nona yang tak diundang ini, silakan duduk. Mau minum apa? Anggur merah, kopi, atau teh susu?”
Jurus pria tampan sedang dijalankan.
Prajurit wanita itu duduk tenang. Meski menyusup sebagai perampok, sikapnya santai layaknya tuan rumah: “Aku belum haus. Jika Anda perlu minum untuk menenangkan diri, silakan.”
Liszt mengernyit: “Apa aku terlihat gugup? Sebenarnya aku sangat rileks.”
“Penampilanmu memang lebih baik dari kebanyakan, tapi masih banyak celah.” Prajurit wanita menyilangkan kaki. Celana kasar dengan perban dan pelindung lutut menonjolkan bentuk kaki yang ramping dan lurus sempurna, “Knight Bumi dengan kontrol tubuh baik takkan menjatuhkan kursinya sendiri.”
Liszt tersadar: “Jadi sejak awal aku sudah ketahuan.”
“Sebenarnya aku lebih penasaran, bagaimana kamu bisa menembus kemampuan menghilangku. Aku pernah menyusup ke banyak kastil, kecuali pernah ketahuan oleh seorang Sky Knight, belum pernah ada Earth Knight yang bisa melihatku.”
“Apakah kamu perampok profesional?” Liszt balik bertanya tanpa menjawab, rahasia Mata Magis tidak akan dia ungkap.
Prajurit bayaran perempuan itu juga membalas bertanya: “Kamu ingin menangkapku?”
“Menyamar masuk ke kastilku, mengintip di ruang perpustakaanku, tidakkah kamu merasa telah menghina kewenangan seorang tuan tanah dan legitimasi sakral atas wilayahnya?”
Seorang tuan tanah memiliki kontrol absolut atas wilayahnya, ini adalah sistem ksatria yang diikuti oleh berbagai negara.
“Aku masuk melalui pintu kastil, dan dengan santai berdiri di depan jendela,” kata prajurit bayaran perempuan itu, lalu menambahkan dengan nada santai, “Lagipula tidak masalah menghina seorang bangsawan, banyak bangsawan merasa kuhina mereka, dan akhirnya mereka semua kubunuh.”
Kalimat biasa yang diucapkan seperti obrolan santai.
Tapi Liszt merasakan kenyamanan dalam cara bicaranya, seolah sedang menjelaskan hal yang sudah seharusnya. Dia bahkan tidak meragukan apakah itu kebohongan atau narasi, semuanya terasa alami.
Bisa juga karena aktingnya terlalu bagus.
Alisnya terangkat, senyum tetap tergambar: “Kalau begitu, jelaskan maksudmu datang ke kota kecil di pedesaan ini di tengah salju lebat, pasti ada kebutuhan khusus.”
“Awalnya aku berniat membunuh tuan tanah pedesaan yang memperdagangkan budak tani, lalu membawa pergi satu orang.” Mungkin karena merasa semuanya sudah dalam kendali, prajurit bayaran perempuan itu langsung menjelaskan maksudnya, “Tapi melihatmu tidak banyak berbuat jahat di kota kecil ini, membunuhmu bisa menyeret warga tak bersalah. Aku putuskan mengubah rencana, hanya membawa satu orang.”
Kedengarannya dia baru saja lolos dari bencana.
Tapi Liszt tidak merasa latihan kerasnya sebagai Knight Bumi elite dengan pedang darah merah dan Mata Magis akan mudah dikalahkan.
Total energi sihir dalam tubuh lawannya, menurutnya tidak terlalu menonjol, jauh dari tingkat Sky Knight.
Lagipula dari penampilan dan distribusi energinya, jelas dia berlatih energi tempur, bukan penyihir. Mungkin selama ini mengandalkan serangan tiba-tiba dengan teknik menghilang, membunuh banyak Knight Bumi sehingga kepercayaan dirinya membesar.
Sambil berpikir,
dia bertanya: “Siapa yang ingin kau bawa?” Baru saja mengucapkan ini, kilasan cahaya muncul di otaknya. Tiba-tiba teringat seseorang: Maggy, pelayan kecil magang di dapur.
Hadiah dari misi asap dulu pernah memberinya niat baik dari budak tani Maggy. Ini membuatnya berspekulasi pasti ada misi lanjutan terkait Maggy. Kini kedatangan prajurit bayaran perempuan ini membuatnya menghubungkan dua misi ini. Perampok yang mengintai tuan tanah ini pasti datang untuk Maggy.
Dan,
Liszt mungkin sudah menebak identitas lawannya——Dalam data registrasi budak tani tercatat, Maggie punya kakak perempuan penyihir yang kabur dari rumah.
Jadi, dia sudah menduga hadiah apa yang akan diberikan oleh misi asap tersebut.
