Beberapa saat kemudian.
Kapal Bunga Indah diam secara perlahan, nyanyian samar itu akhirnya kembali sampai di telinga Li Si Te. Meski tak memahami bahasanya, pengucapan kata-katanya terdengar aneh namun penuh kesan aristokratik yang memandang rendah umat manusia.
Hanya saja sekarang, nyanyian itu jelas terdengar penuh kesedihan dan kepedihan.
"Ini suara perempuan. Sirene itu perempuan, jika memang memiliki jenis kelamin." Ia mendengarkan diam-diam, tak buru-buru mencari, khawatir makhluk itu akan kabur.
Sambil mencoba membedakan arah sumber nyanyian.
Akhirnya ditentukan suara itu berasal dari arah kiri depan, di sekitar beberapa karang yang menyambung. Dengan Mata Magis-nya, jarak terlalu jauh membuatnya tak melihat apa-apa.
"Kapten Kostov, arahkan kapal ke karang pulau di sebelah sana."
"Baik, Yang Mulia!"
Kapal Bunga Indah kembali berlayar, membelah cahaya berkilauan laut di bawah sinar bulan yang tenggelam. Entah karena suara kapal menenggelamkan nyanyian, atau sirene itu menyadari kedatangan mereka, nyanyian sedih itu menghilang. Li Si Te tak lagi mendengarnya, sedangkan awak kapal sama sekali tak pernah mendeteksi suara apa pun.
Layar mengembang ditiup angin, dayung bergerak serempak.
Kapal Bunga Indah semakin mendekati gugusan karang pulau itu.
"Mata Magis Liszt terus mengaktifkan, memeriksa area karang pulau ini bolak-balik, tetap tidak menemukan tanda energi sihir. Tapi dia menduga, nyanyian sirene ada di sini, hanya area ini yang memiliki karang pulau——jika nyanyian sirene tidak perlu bergantung pada karang pulau untuk hidup, bisa mengambang bebas di laut lepas, maka dia hanya bisa mencubit hidung dan mengaku.
Mencari seekor nyanyian sirene yang bisa berkeliaran di tengah laut luas, tingkat kesulitannya bisa dibilang setara neraka.
"Turunkan perahu kayu, aku akan mencari sendiri di sekitar karang ini." Setelah berputar beberapa kali, Liszt mengambil perahu kayu dan mulai menyisir area air dangkal di dalam gugusan karang pulau.
Perahu kayu berlayar di antara beting karang dangkal.
Mata Magis Liszt terus mengobservasi, akhirnya saat memeriksa sebelah sebuah karang di tengah, dia melihat jejak samar energi sihir di perairan dangkal tepi karang.
Kilau putih itu terlihat begitu memikat di tengah malam.
"Sini, cepat, dayung ke sini!"
Awak kapal bertaruh nyawa mendayung, perahu melesat bagai anak panah menuju karang. Semakin dekat, cahaya putih energi sihir dalam pandangan Mata Magis semakin jelas, dia sudah melihat posisi tepat cahaya itu di antara lingkaran batu karang.
Ombak terus menerpa karang-karang di sekitarnya.
Dayung perahu mulai terasa berat.
Tapi dengan arahan Liszt, perahu perlahan bergoyang mendekati sumber cahaya sihir.
Akhirnya, jarak sudah menyentuh lima puluh meter.
"Mata Magis bisa melihat dengan jelas, itu adalah makhluk berbentuk manusia yang meringkuk membentuk bola. Anehnya, di sekitar makhluk humanoid itu tampak ada lingkaran cahaya samar, bentuknya menyerupai cangkang kerang. Sangat redup, sulit dilihat jelas, terutama saat gelombang menepis, lingkaran itu kadang muncul dan menghilang."
"Tuan Lord, dayung tidak bisa digerakkan lagi, dasar perahu sudah kandas di batu-batu bawah air." Seru seorang awak kapal.
"Langsung turun ke air."
Liszt memastikan tidak ada jejak Warcraft laut di sekitarnya, lalu melompat dari perahu. Perairan di area ini sangat dangkal. Dasar air dipenuhi berbagai batu pecah dan kerikil, sulit menjaga keseimbangan saat menginjaknya, ditambah cahaya bulan tidak cukup menerangi dasar air, membuat langkahnya sangat sulit.
Untungnya Liszt sudah mempersiapkan lampu kristal setara lampu meja yang bisa menerangi sebagian kecil permukaan air dan batu-batu dasar.
Menginjak batu-batu, menghindari lubang, membiarkan air laut menggenangi kaki dan pinggangnya.
Dia bersama beberapa awak kapal perlahan merangkak mendekat. Saat jarak tinggal sepuluh meter, dia melihat jelas sumber cahaya magis itu.
Dalam pandangan Mata Magis, terlihat kerang raksasa berisi makhluk magis humanoid yang meringkuk gemetar ketakutan. Siluet perempuan terlihat jelas, namun ada aura magis samar lain di sekitarnya. Pada tubuh makhluk ini tumbuh sayap dan sirip ikan.
"Di belakang telinganya terdapat sirip ikan, di punggungnya ada sayap berbentuk sirip, garis kaki menghilang di sekitar pergelangan kaki, menyatu dengan cahaya magis samar di sekitarnya, membuat kaki tak terlihat."
Seluruh cangkang kerang memancarkan cahaya magis yang samar.
Mata Magis pun menghilang.
Cangkang kerang raksasa putih itu tiba-tiba muncul dalam sorotan lampu kristal, terdampar di antara dua bongkahan batu.
"Nyanyian sirene-ku!" Semangat Liszt berkobar, kelelahan mental lenyap seketika, kegelisahan sebelumnya pun sirna. Ia berbisik, "Jangan takut, sebenarnya aku orang baik."
Akhirnya.
Ia berjalan mendekati cangkang kerang.
Bentuknya sangat khas kerang kipas dengan diameter sekitar 3 meter. Pola radial bergelombang di permukaannya, struktur simetris sempurna, tanpa warna lain selih putih polos.
"Cangkang kerang yang indah!" seru Kapten Kostov yang mengikuti di belakang Liszt.
Para awak kapal pun terkagum: "Ya Tuhan, ini sangat besar!"
"Sungguh menakjubkan!"
"Bagaimana mungkin ada kerang sebesar ini di sini? Bahkan lebih besar dari cangkang kerang raksasa di pintu gerbang kastil Tuan Lord."
Liszt mengangkat alis, tidak ingin diganggu oleh orang-orang ini, lalu memerintahkan: "Kapten Kosto, bawa anak buahmu kembali ke kapal dan ambil jaring besar. Nanti kita seret kerang ini ke kapal." Peri nyanyian pasti harus dibawa. Karena peri itu tinggal di dalam kerang, maka kerangnya juga harus ikut dibawa.
"Baik, Yang Mulia." Kostov segera membentak awak kapal untuk kembali ke Kapal Bunga Indah mengambil jaring.
Setelah semua orang pergi.
Liszt mengetuk kerang dengan tangannya: "Hai, halo, bisa dengar suaraku?"
Mata Magisnya menatap ke dalam kerang. Peri nyanyian yang gemetar ketakutan itu meringkuk semakin rapat dengan kedua tangan memeluk lututnya, jelas mendengar suara Liszt.
Liszt mengambil napas sejenak.
Dia memperhalus nada suaranya: "Kamu pasti bisa mendengarku. Aku adalah manusia yang lewat, seorang bangsawan tuan tanah, karang pulau di sini adalah wilayahku. Aku mendengar nyanyianmu yang penuh kesedihan dan penderitaan. Ada yang bisa kubantu?"
Dia tidak yakin apakah peri nyanyian bisa berbicara bahasa tulisan ular, tapi setidaknya harus mencoba berkomunikasi dulu.
Bagaimanapun juga ini adalah peri laut, harus diperlakukan dengan lembut.
Seandainya ini Warcraft laut, tanpa basa-basi dia akan langsung mencungkil kerang dan membunuhmu. Tapi melihat siluet perempuan peri nyanyian yang bertubuh indah, cara kasar seperti itu tidak tepat.
“Jangan takut, aku benar-benar hanya ingin membantumu. Namaku Liszt*Tulip, Lord Kota Bunga. Aku adalah lord yang menganut perdamaian. Menurutku baik manusia, peri, maupun nyanyian sirene, semuanya adalah bagian dari alam dan seharusnya hidup harmonis tanpa saling menyakiti.”
Kemudian, ia terus menerus menguraikan filosofi perdamaiannya.
Tampaknya ini berhasil. Nyanyian sirene yang gemetar ketakutan perlahan mulai rileks. Ia memutar kepalanya, sepertinya ingin merespons Liszt.
Namun tiba-tiba Kostov dan yang lain kembali sambil berteriak: "Tuan Lord, jaring kapal sudah kami bawa!"
Terkejut oleh hal ini, nyanyian sirene itu langsung meringkuk kencang lagi.
Wajah Liszt berubah masam. Ia menoleh ke arah Kostov dan yang lain, menahan amarah sambil berbisik keras: "Diam! Jangan bergerak! Tidak, mundur! Mundur sampai 100 meter!"
