Membunuh seekor naga, memang keputusan yang sangat bodoh.
Tapi membunuh seekor naga dengan persiapan matang, membuat jantung berdebar ketakutan.
"Ayah, Kakak, aku tidak bisa memastikan kebenaran berita ini, hanya menyampaikan kabar dari Chris untuk kalian analisis... Rencana pembunuhan naga mungkin berawal dari lebih dari tiga puluh tahun yang lalu, sisa-sisa Keluarga Kambing Sihir yang bersembunyi di organisasi Penyihir bernama Perkumpulan Kambing, mungkin menggunakan teknologi transformasi Lich untuk menghubungi Marquis Banteng generasi sebelumnya."
Liszt kemudian menyampaikan semua informasi dari Chris beserta deduksi yang telah dia rangkum.
Setelah mendengar, Li Weis masih tidak percaya: "Ini terlalu absurd. Membunuh naga milik Adipati Batu Safir, jelas-jelas bukan ide yang bisa muncul dari orang normal. Naga adalah puncak kekuatan dunia, bahkan seekor Sub-Naga atau Makhluk Naga pun tidak bisa dibunuh sembarangan."
Perkataannya mengandung kebenaran.
Seperti jurang tak terukur antara Sky Knight dan kesatria naga, begitu pula jarak antara Warcraft dan naga.
Sky Knight dan Penyihir Besar memang kuat, bisa membunuh Warcraft menengah, bahkan monster sekalipun.
Tapi antara monster dan naga masih terbentang tiga anak tangga: monster super, Warcraft keturunan naga tingkat tinggi, dan Warcraft naga super. Sulit membayangkan ada yang bisa melompati begitu banyak tingkat untuk membunuh naga penjaga takdir negara. Jadi rencana Marquis Banteng ini seperti lelucon sinis belaka.
“Piaget tidak tertawa, dia menatap Kris: \"Anda adalah penyihir dari Perkumpulan Kambing, kalau begitu, apakah Anda mengenal seorang penyihir bernama Weber*Kebenaran?\"”
“Itu salah satu Penyihir Besar pemimpin Perkumpulan Kambing, kami memanggilnya Dosen Weber, dia bertanggung jawab membimbing anggota baru bergabung.”
“Bagaimana dengan Vaughn*Kebenaran?”
“Penyihir Besar pemimpin lainnya, dialah yang bersama mentor saya Olivia*Kebenaran, bertanggung jawab memburu penyihir muda yang mengetahui rahasia kami.” Jawab Kris dengan ekspresi menyakitkan.
Piaget menganggukkan kepala, berkata kepada Liszt: \"Antarkan Nyonya Kris beristirahat, setelah kembali kita lanjutkan pembicaraan.\"”
“Baik, Ayah.”
……
Saat Liszt mengantar Kris keluar.
Li Weis tak sabar: “Ayah, jangan-jangan Ayah menganggap kabar dari Liszt itu benar? Aku dari awal sampai akhir tidak percaya kata-kata penyihir Kris ini.”
“Jangan terburu-buru, Li Weis.” Piaget meneguk anggur, wajahnya serius: “Weber*Kebenaran, Vaughn*Kebenaran, aku pernah bertemu sekali dengan mereka, mereka adalah dua Penyihir Besar yang dihormati Marquis Banteng... Adapun Perkumpulan Kambing, aku pernah dengar organisasi penyihir ini, berasal dari keluarga kambing yang telah punah.”
“Benarkah begitu? Mungkin Kris hanya meminjam nama Perkumpulan Kambing untuk merancang skenario, penyihir memang paling suka ngewe hal semacam ini!”
“Apa yang layak direncanakan Penyihir baik di Pulau Karang? Siapa yang mau ngegebet di air laut selama sembilan hari sampai koma, hanya untuk mendekati seorang Bangsawan? Atau menggunakan Liszt untuk mendekatiku?” Piaget berkata sambil wajahnya mulai mereda, “Urusan ini sembilan dari sepuluh benar, aku mengenal Marquis Banteng. Dia jelas-jelas akan jadi gila demi kehidupan abadi.”
“Ayah, Anda yakin ini benar? Marquis Banteng benar-benar akan membunuh naga Adipati Agung?”
“Ada masalah apa? Ini cuma membantau naga. Jika semua orang tidak punya empedu, bagaimana dunia bisa punya gelar pahlawan seperti Pemburu Naga?”
“Pemburu Naga dan membunuh naga Adipati Agung mana mungkin sama? Pemburu Naga jadi pahlawan karena membantau naga jahat. Membunuh naga Adipati Agung ini tindakan berdosa besar.”
“Jika dia sukses, siapa yang peduli apakah naga yang dibunuhnya baik atau jahat... Li Weis, aku harap kau bisa meredakan kecemasanmu. Sebagai penerus Pulau Karang, sikapmu tidak sebagus adikmu Liszt.”
“Aku... cuma sulit menerima fakta ini.”
“Percaya atau tidak bukan masalah utama. Kau harus belajar membedakan prioritas.” Piaget melanjutkan, “Liszt membawa kabar ini dengan serius. Dia tidak bisa bedakan asli-palsu, aku juga tidak. Tapi kita tetap harus berdiskusi dampaknya bagi keluarga dan Pulau Karang dengan asumsi ini benar.”
Li Weis ingin protes tapi mengurungkan niat: “Baik, Ayah.”
“Beri pendapatmu, Marquis Banteng memburu Naga Safir, konsekuensi apa yang akan terjadi.”
“Itu akan menjadi malapetaka, kehilangan Naga Safir, negara kita tak bisa bertahan, Keluarga Safir akan dihancurkan hingga ke akar-akarnya, dan keluarga-keluarga kecil seperti kita yang bergantung pada mereka juga akan binasa.” Li Weis semakin gugup, “Ayah, jika ini benar, kita harus bersiap!”
“Pertimbanganmu masih kurang menyeluruh, Marquis Banteng membunuh naga akan menghasilkan tiga kemungkinan——gagal, sukses, atau jalan tengah. Setiap skenario membutuhkan strategi berbeda, lalu bagaimana posisi Pulau Karang dalam situasi ini?”
Li Weis tenggelam dalam lamunan, ia hanyalah pemuda berusia dua puluhan yang belum menikah.
……
Di sisi ini.
Liszt telah menyerahkan Chris kepada Paris, kemudian kembali ke ruang perpustakaan dan duduk di tempatnya.
Marquis bertanya: “Sudah diatur?”
“Kuserahkan ke penjagaku Paris, Ayah tak perlu khawatir. Paris layak dipercaya, tak akan ada kesalahan.” Liszt paham maksud Marquis.
Marquis teringat sesuatu, berkata aneh: “Meski warisan wajah ibumu bukan keunggulan bagi bangsawan pria, tapi seringkali memberi keuntungan... Namun pemuda sebaiknya belajar menahan diri.”
Liszt tak paham maksutnya, hanya menganggukkan kepala.
Marquis mengubah topik: “Tapi juga jangan terlalu menahan diri, lima daging ular itu terlalu sedikit!”
“Ayah, daging Warcraft laut tingkat menengah bagi Yang Mulia mungkin hanya sekadar mencicipi hal baru, tapi itu sangat membantu bagiku, menyangkut masa depanku untuk mencapai ketinggian yang lebih... Sebenarnya aku membawa hadiah untuk Ayah, Kakak, dan Li Dun, masing-masing satu zirah kulit dari Ular Laut Enam Kepala.”
Li berkata dengan tenang.
Dia harus mengakui, lima jin daging ular memang belum cukup menunjukkan kemurahan hati, tapi memburu Ular Laut Enam Kepala membutuhkan usaha besar, sementara daging ular adalah bahan makanan yang sangat cocok dikonsumsi dengan obat-obatan. Dia memang enggan membagikannya ke orang lain.
Jadi, lebih baik menggunakan zirah kulit ular sebagai ganti rugi.
Mendengar ada zirah kulit ular bahkan untuk Li Dun, Barulah Pangeran menunjukkan kepuasan: "Belajar menahan nafsumu, memahami prioritas, itu kemajuan yang baik. Sebagai ayah, aku bisa memahami keinginanmu yang mendesak untuk meningkatkan kekuatan. Di masa mudamu, terlalu banyak waktu yang terbuang."
"Syukur Ayah bisa memahami. Terlahir di Keluarga Tulip, bakatku yang paling buruk memang membuatku sangat menderita."
"Tapi cahaya kejayaan ksatria lebih memihakmu." Li menyela.
Beberapa kalimat dan tiga zirah kulit berhasil menghilangkan simpul di hati antara ayah dan anak. Suasana harmonis keluarga kembali pulih, mulai mendiskusikan berbagai masalah akibat pembunuhan naga oleh Marquis Banteng.
