Sekali lagi melayang, Liszt mendarat kembali di dek kapal Tulip. Kali ini dia berhasil menguasai dampak saat jatuh dengan baik, tidak menginjak-injak dek kapal yang baru diperbaiki.
Piaget sudah menunggu di haluan.
Melihat Liszt mendarat, dia menarik napas dalam-dalam dan berkomentar: "Aku bangga padamu, anakku!" Setelah mengucapkan kalimat ini, dia tiba-tiba menyadari bahwa belakangan ini sudah beberapa kali mengatakan hal serupa pada Liszt - kebanggaan yang dibawa Liszt datang bertubi-tubi.
"Terima kasih, Ayah."
"Setelah kembali ke Kastil Tulip, aku akan mengadakan pesta megah untukmu. Akan kuumumkan kabar baik ini pada seluruh bangsawan dan rakyat jelata di Pulau Karang."
"Seperti yang Anda kehendaki."
Liszt patuh dengan bijaksana.
Kemudian dia menerima ucapan selamat dari semua bangsawan di kapal. Semua orang tahu bahwa sebuah bintang baru bangsawan sedang menanjak di Kadipaten Safir. Saat ini tak ada lagi yang meragukan masa depan Liszt - apakah bisa mencapai prestasi Li William yang sekarang, dia setiap saat bisa mendirikan keluarga baru.
Mendirikan keluarga dan mengembangkan darah keturunan, bagi bangsawan di dunia ini adalah hal yang penuh kemuliaan.
Liszt dulu tidak memahami ini, tetapi setelah berdiskusi dengan Piaget, baru tahu sang adipati sangat menunggu-nunggu hal ini terjadi. Ini berarti Keluarga Tulip terus berkembang, mencapai prestasi baru - sama seperti saat Piaget mengganti marga keluarga menjadi Tulip dulu, semuanya adalah momen kemuliaan.
Selanjutnya...
Kapal layar yang ditumpangi pengikutnya mendekat dengan cepat. Markus dan yang lain naik ke atas Tulip secara berurutan, menyanyikan lagu pujian kesetiaan untuk Liszt.
Ribut setengah hari.
Meski kapal sederhana, pesta tetap diadakan. Gelas dan botol saling bersentuhan, semua mabuk berat. Liszt tak terkecuali. Dalam kegembiraan dan bujukan bangsawan yang terus-menerus, ia minum berturut-turut hingga akhirnya tergeletak di atas meja dan tertidur lelap.
Semalam berlalu.
Masih terbangun pagi-pagi. Sebagai Sky Knight tingkat biasa, kemampuan regenerasi tubuhnya yang kuat membuatnya tak merasakan efek mabuk sama sekali.
Penuh semangat menyaksikan kapal layar menuju pelabuhan Kota Karang.
Ingin langsung terbang memamerkan identitas barunya, namun ia menahan dorongan ini. Citra bangsawan harus dijaga. Turun dari kapal, ia segera menunggangi Chocobo Loki yang sudah membesar, mengikuti Piaget untuk berangkat.
Sepanjang jalan, sorotan mata yang diterimanya jelas melebihi sang Pangeran.
Bukan hanya tampan dan beraura mencolok, tapi juga karena Loki yang ditungganginya. Ukuran tubuhnya membesar hingga hampir empat meter: kaki 1,7 meter, leher 1,5 meter, tubuh kurang dari satu meter namun lebih aerodinamis dibanding bentuk bulat sebelumnya.
"Perubahan terbesar adalah sayapnya, semakin panjang, saat direntangkan bisa mencapai lebar sayap enam tujuh meter."
Karena perubahan terjadi selama navigasi, dia belum menghitung ulang kondisi tubuh Loki saat ini, namun hanya dari penampilan, itu telah menaklukkan bola mata semua orang.
Dulu ketika Loki berjalan di samping Doson, masih terlihat kurang berisi.
Tapi sekarang Loki dan Doson berjalan berdampingan, orang biasa sulit membedakan mana yang Warcraft menengah. Doson memiliki tonase dan luas lebih besar, Loki lebih tinggi dan panjang tubuhnya.
Masing-masing memiliki keunggulan, imbang.
Namun evolusi darah keturunan Loki jelas belum selesai, masih ada ruang perkembangan, wibawanya melampaui Doson tinggal menunggu waktu. Bagaimanapun, masa depannya akan menjadi Warcraft naga tingkat menengah - beruntung, dua buah darah keturunan berturut-turut berhasil membuat Warcraft yang memakannya berevolusi, tanpa meledak.
"Mungkin misi asap sedang menggerakkan benang takdir, mengubah takdir Doson dan Loki." Liszt hanya bisa memahami demikian.
Dikelilingi rakyat jelata di kedua sisi jalan, para ksatria yang pulang dengan kemenangan mengendarai Kuda besar, membusungkan dada menuju Kastil Tulip dengan lambat. Setiap kemenangan adalah kesempatan baik untuk menegakkan wibawa ksatria, penguatan strata bangsawan dan rakyat jelata terus terbangun dalam pengasuhan seperti ini.
Meski dalam hati nurani sangat berusaha menyangkal.
"Tapi Liszt masih menikmati sensasi menunggang kuda keliling kota. Hidup manusia hanya mengejar ketenaran, kekayaan, dan kecantikan. Bukankah situasi seperti ini merupakan penghargaan terbaik untuk 'nama'?" Semua orang ingin menjadi pusat perhatian, yang membedakan hanyalah kemampuan mencapainya.
Kini dia punya kesempatan menjadi pusat perhatian, dan benar-benar menjadi fokus.
Bisik-bisik rakyat jelata selalu mengelilingi dirinya dan tunggangannya Loki. Banyak anak kecil dengan pandangan penuh kekaguman terus mengikuti punggungnya.
"Kalau sudah besar nanti, aku ingin gagah seperti Yang Mulia Ksatria itu, menunggang burung besar!" Seru seorang anak kecil dengan lantang.
Memancing ejekan dari teman yang lebih tua: "Haha, lebih baik kau menunggang ayam kampung peliharaanmu!"
"Mungkin kau bisa menunggang burung besar dalam mimpimu! Itu Warcraft, burung raksasa Warcraft yang bisa melahapmu dalam sekali gigit!"
Seorang remaja yang jelas lebih berwawasan menyombong: "Lupakan saja! Itu darah keturunan Keluarga Tulip yang agung, Viscount Tuan Tanah penguasa Pulau Kuda Hitam! Dia anak kemuliaan Pulau Karang, tak ada yang lebih dicintai cahaya kejayaan ksatria daripada dirinya."
Anak kecil itu menghela napas, tak lagi bersuara.
Di masa naif remaja, semua punya mimpi menggapai langit. Tapi tumbuh dewasa berarti kompromi. Dalam kompromi terus-menerus, mimpi pun bergeser perlahan hingga tak lagi menjadi diri yang diimpikan. Takdir tak perlu menghancurkan, cukup mengikis semangat tempur sedikit demi sedikit.
"Akhirnya, kepala yang tertunduk rendah akan menyatakan bahwa tidak semua orang bisa mencekik tenggorokan takdir."
"Tentu saja, selama tidak menyerah di dalam hati, harapan tidak akan menghilang. Dunia ini pada akhirnya masih menyisakan secercah harapan kemajuan bagi rakyat biasa. Ini yang mendorong para ksatria rakyat biasa untuk terus mengalir ke medan pertempuran demi secercah harapan itu. Sebagian selamanya tinggal di medan perang, terbungkus kulit kuda, sementara yang lain pulang dengan kemuliaan menyelimuti tubuh."
"Liszt tak diragukan lagi termasuk yang pulang dengan kemuliaan."
"Saat tiba di persimpangan jalan antara Kastil Tulip dan Kota Karang, rombongan penyambut telah berkumpul. Seperti saat kemenangan Pertempuran Pulau Tapal Kuda sebelumnya, Nyonya Penelope, Nyonya Marui, Li Weila, Li Weis, dan pasangan Lolia semuanya berdiri di barisan depan."
"Ibu, membuat Ibu khawatir." Li William segera turun dari kuda, membungkuk hormat ke arah Nyonya Penelope. Setiap kali melihat ibunya datang menyambut, ia selalu bersikap demikian.
"Kalangan bangsawan penuh dengan pertukaran kepentingan."
"Tapi juga ada kehangatan keluarga."
"Nyonya Penelope tersenyum: 'Ibu tidak pernah khawatir. Kau selalu berada di pihak pemenang, tak pernah mengecewakan Ibu, dari dulu sampai sekarang.'"
"Mengikuti Pangeran, Liszt yang baru saja turun dari kuda juga bergegas mendekat: 'Nenek.'"
"Pemuda kuat, Liszt, kau semakin tinggi dan tampan!" Nyonya Penelope sangat gembira, menggenggam tangan Liszt sambil berbicara tak henti-hentinya, "Dulu saat Li William pergi ke medan pertempuran sendirian, aku tidak khawatir akan keselamatannya, tapi takut dia kesepian. Sekarang dia ditemani anak-anaknya, ayah dan anak berjuang berdampingan, tak akan kesepian lagi."
Li William tersenyum tipis: "Ibu, Liszt sudah benar-benar bisa bertempur di sisiku. Ibu pasti tak menyangka kejutan seperti apa yang dia bawa!"
"Kalau ada sesuatu cepat katakan, jangan bertele-tele!" Nyonya Penelope membentak tanpa basa-basi.
Yang lain juga menatap penuh perhatian, menunggu sang Pangeran menyelesaikan ucapannya.
Sang Pangeran sudah terbiasa dengan sikap Nyonya Penelope, ekspresi senyumnya tak berubah sedikitpun: "Liszt telah naik pangkat menjadi Sky Knight!"
Ddorrr!
Rombongan penyambut kemenangan langsung gempar.
Liszt hanya diam berdiri di samping, wajahnya tenang bagai awan tipis ditiup angin lembut, seolah yang dibicarakan Pangeran bukan dirinya.
