Untuk segera mendapatkan kapal langit yang terjun bebas, Li Zhi hampir-hampir mengawasi para tukang kayu di bengkel membuat gerobak dorong.
Dengan kayu besi berduri dan air karet, para tukang kayu hanya perlu membuat komponen yang sesuai dan menyambungkannya menjadi gerobak dorong.
Tapi masalahnya di akurasi.
Gerobak dorong pertama selesai dalam dua hari, tapi sangat jelek dan kurang lincah saat didorong.
"Ini sudah membuat Yesaya berkecak lidah takjub: 'Yang Mulia, inikah gerobak dorong itu? Sungguh ajaib, lebih lincah daripada gerobak datar, satu orang saja bisa mendorongnya kemana-mana. Dengan gerobak dorong seperti ini, Budak tani hampir tidak perlu mengeluarkan tenaga saat mengangkut barang!'"
"Itu terlalu kasar, kurang detail. Para Tuan Tukang Kayu, teruslah membuat, aku ingin menghasilkan gerobak dorong yang terlatih!" Namun Li tidak puas.
Tak ada cara, misi asap belum memberikan petunjuk penyelesaian tugas.
Artinya gerobak dorong ini adalah produk cacat, tidak diakui——bisa juga dikatakan bahwa dalam hati Li, dia belum mengakuinya. Lagipula misi asap sangat terkait dengan refleksi pemikirannya. Bahkan menurutnya, tingkat penyelesaian misi dan penerbitan banyak tugas adalah cerminan batin.
Kekuatan takdir Naga Asap dan kekuatan batinnya sendiri tercampur, membentuk misi asap.
Benar atau tidaknya tidak penting, yang penting para tukang kayu harus membuat gerobak dorong yang lebih baik. Dengan pengalaman dari gerobak pertama, gerobak kedua hanya membutuhkan sedikit modifikasi dan peningkatan presisi komponen. Maka dalam waktu kurang dari sehari, gerobak dorong baru selesai.
Saat tukang kayu mendorong gerobak dorong dengan stabil di dalam bengkel kayu.
Li memanggil misi asap sambil menunjukkan senyuman puas: "Misi terselesaikan, hadiah kapal langit yang jatuh."
Setelah misi selesai, dia buru-buru memerintahkan bengkel kayu untuk memproduksi gerobak dorong secara maksimal, lalu pergi. Kembali ke kantor pemerintah kota kecil, dia menyuruh pasukan patroli meningkatkan pengawasan, berusaha menemukan kapal langit yang jatuh.
Selain itu.
Dia tidak perlu tindakan lain.
Karena misi baru ini, sama seperti misi Festival Tahun Baru tahun lalu: "Setahun lagi kerja keras, sebagai tuan tanah akhirnya mendapat kesempatan untuk rileks, menikmati Festival Tahun Baru yang akan datang, tapi tetap harus merencanakan pengembangan wilayah tahun depan, mempersiapkan latihan Sky Knight, merancang pembentukan sumber api sihir. Mohon tunggu hingga Festival Tahun Baru berakhir. Hadiah: Hadiah tak diketahui."
Setiap kali Festival Tahun Baru atau perang berakhir, selalu ada hadiah tak diketahui yang sangat bernilai.
Ini membuatnya ingin cepat-cepat melewati Festival Tahun Baru ini, sayangnya sekarang masih tanggal 26 Desember, masih ada empat hari lagi sebelum Festival Tahun Baru tiba.
……
Pasukan patroli di Kota Bunga maupun Pulau Kuda Hitam, sama-sama tidak menemukan kapal langit yang terjun bebas.
Yang benar-benar menemukannya adalah sekelompok awak kapal yang terlibat dalam pengembangan pelabuhan baru - Kota Pelabuhan Baru di sudut barat laut Pulau Kuda Hitam belum dibangun, tapi dermaga barunya sudah mulai mengeksplorasi perairan. Meski air laut di musim dingin menusuk tulang, bagi para pelaut yang terbiasa dengan hawa dingin, ini hanya seperti berenang musim dingin biasa.
Saat mereka mengukur kedalaman air laut, menemukan sebuah kapal karam raksasa di dasar laut, kemudian segera menyampaikan berita ke kastil dan sampai ke telinga Liszt.
"Kapal karam besar ditemukan di perairan Pelabuhan Baru?" Wajah Liszt tenang, tapi hatinya sangat bersemangat.
Kapal karam ini tidak diragukan lagi adalah kapal langit yang terjun bebas.
"Keturunan Putra Matahari seperti Philip yang diasingkan ini tidak dilupakan. Orang-orang peradaban Putra Matahari pernah mengirim kapal langit untuk menjemput mereka pulang, hanya saja kapal itu tenggelam." Liszt segera mengerahkan Kapal Bunga Indah, bersiap berlayar ke perairan pelabuhan baru di Pulau Kuda Hitam.
Sambil mengeluarkan botol pesan itu, menggunakan sedikit darah Old Fell, membuka tutup botol, dan mengeluarkan catatan bertulisan Taiyangwen.
"Menara runtuh, kota pohon terbakar, XX telah musnah. Putra Matahari akan membubung bersama api. Anak-anak yang terbuang, kalian merdeka."
Mencocokkan tulisan Taiyangwen di kertas, Liszt berdugaan: "Mengapa Putra Matahari yang jelas-jelas mengirim kapal langit, masih mengirim botol pesan?" Kalau ada kapal penjemput, tentu tidak perlu pakai botol pesan, kecuali mereka tahu kapal langit itu tenggelam.
Tapi masih banyak hambatan logika yang tak bisa dijelaskan.
Liszt juga tidak buru-buru menebak. Lagi pula kapal langit itu masih terendam di perairan pelabuhan baru, bisa diangkat kapan saja. Rahasia bisa dicari dari barang peninggalan di kapal.
Sebuah dunia baru akan segera terbentang di hadapannya.
Kegembiraan di hatinya bisa dibayangkan.
Sebelum berangkat, ia menemukan sirene Ake yang sedang membaca buku di villa pemandangan laut: "Ake, aku menemukan kapal karam di perairan pelaburan baru Pulau Kuda Hitam, sedang bersiap mengangkatnya. Untuk mencegah ada barang peninggalan yang terlewat, kuharap kau ikut serta mengangkat sisa-sisa barang itu."
Ake mengangguk tuntas: "Hm!"
Dia tidak akan menolak permintaan apa pun dari Liszt.
Ketika berlayar tergesa-gesa ke perairan Pelabuhan Baru di malam hari, sudah pagi hari tanggal 28 saat tiba di sini. Ditemukan bahwa Kapal Duri sedang dikerahkan untuk mengangkat kapal karam.
"Yang Mulia, kapal karam ini benar-benar terlalu besar, seperti kastil yang jatuh ke laut. Kapal Duri sulit menyeretnya dari dasar laut, awak kami juga tidak bisa menyusup ke bawah untuk memotongnya berkeping-keping," lapor Gorret. "Menurutku kita perlu menghimpun lebih banyak kapal bersama-sama."
"Kalau begitu kerahkan Kapal Bunga Indah, Kapal Mutiara, dan Kapal Merah sekaligus untuk mengangkat kapal karam itu!" Putusan Li langsung keluar dengan gerakan tangan tegas.
Kemudian menambahkan: "Oh ya, Konselor Gorret, baru-baru ini aku menerima sekitar 5.000 koin emas yang sudah dialokasikan untuk pembangunan kota baru. Masih tersisa seribu koin, harap gunakan ini untuk membeli tiga kapal kargo lagi untuk Armada Pulau Kuda Hitam."
Sumber koin emasnya berasal dari pasangan Li Weis yang sedang sukses menjual Mutiara Hitam. Karena sudah mulai untung, mereka bisa mengembalikan sebagian pembayaran sebelum Festival Tahun Baru.
Bahkan berniat memesan tambahan Mutiara Hitam, sayangnya Liszt tidak punya stok lebih.
Dengan dana ini, dia berencana membeli kapal. Logistik antara Pulau Kuda Hitam dan Kota Bunga akan semakin padat. Tanpa armada besar sulit memenuhi kebutuhan. Selain itu dia ingin membimbing lebih banyak awak kapal terlatih untuk membentuk armada laut yang memadai guna menghadapi perang perintah pembukaan lahan di masa depan.
"Selalu meminjam kapal orang lain, rasanya tidak nyaman."
Tiba waktu siang.
Beberapa kapal menghentikan pengiriman barang dan berlayar ke perairan Pelabuhan Baru. Setelah awak kapal menyelam untuk mengikat tali tambat, empat kapal berlayar bersama-sama menyeret bangkai kapal yang setengah terkubur di dasar laut. Namun yang membuat Liszt frustasi, keempat kapal tetap gagal menarik kapal karam dari lumpur.
Diterus-terusin sampai malam, bangkai kapal masih tenggelam di dasar laut tanpa tanda-tanda akan naik.
Kapten Kostov menggelengkan kepala sambil berdesah: "Yang Mulia, lokasi kapal karam terlalu dalam, kekuatan penyeretan kapal tidak cukup. Kita butuh lebih banyak kapal untuk mengangkat kapal karam ini."
Setelah berpikir sejenak.
Liszt memutuskan: "Sudahlah, kita akan mengangkat kapal karam setelah tahun baru. Biarkan saja dulu di laut. Lagipula kapal ini sudah tenggelam bertahun-tahun, tidak perlu terburu-buru. Kalian jaga kerahasiaan, jangan bocorkan informasi tentang kapal karam di sini."
"Mengerti, Yang Mulia!"
Tapi selain Liszt, tak ada yang tahu bahwa seekor cangkang putih besar sedang mencari kapal langit yang jatuh di dasar laut.
Harta sejati dan rahasia cukup diselesaikan oleh Sirene Ake saja.
