Sebagai Sky Knight perkasa, kemampuan adaptasi tubuh Liszt sangat kuat. Kemarin lusa masih bisa menahan napas 15 menit, sekarang sudah bisa 25 menit.
Dalam proses mencari rumput laut ajaib, kejutan semakin besar karena persebarannya melampaui perkiraan luasnya.
Awalnya dia kira hanya 100-an hektar pengaruh cacing rumput laut, ditambah 800-an hektar pengaruh peri kecil. Sekarang sudah mencapai lebih dari 1.000 hektar dan belum terlihat ujungnya.
"Menurut distribusi normal radius pengaruh peri, Peri Besar sekitar 6000 hektar, Elf Kecil sekitar 800 hektar, peri serangga sekitar 100 hektar dengan fluktuasi tidak melebihi 20%. Artinya radius maksimal Elf Kecil tidak akan melebihi 960 hektar, peri serangga tidak lebih dari 120 hektar."
960 hektar ditambah 120 hektar sama dengan 1080 hektar, berarti di bawah pengaruh peri yang terdeteksi saat ini, luas hutan rumput laut ajaib tidak akan melebihi angka ini.
Namun setelah area melebihi seribu hektar, Liszt masih belum menemukan batas hutan rumput laut ajaib.
"Masih ada peri!"
"Pasti masih ada peri, sungguh menakjubkan! Berapa banyak kejutan yang akan diberikan hutan rumput laut ini padaku!" Liszt yang sedang memantau pancaran energi sihir di dasar laut semakin bersemangat, merasa ekspedisi ini benar-benar membawa keberuntungan besar.
Laut biru yang diandalkan tidak mengecewakannya - ramuan ajaib liar tumbuh membentuk hamparan luas.
Di saat seperti ini.
Ake tiba-tiba membawanya berenang ke sebatang rumput laut raksasa. Dia menunjuk ke akarnya, dan seekor ulat rumput laut cokelat kekuningan terlihat bertengger di tangkai daun.
Satu lagi peri serangga!
Liszt tak ragu mengeluarkan serbuk giok, menaburkannya di air untuk memancing ulat itu, lalu mengulurkan jarinya hingga digigit dengan suara "klik".
Telepati terbentuk, kontrak berhasil.
Peri serangga ketiga berhasil ditangkap!
Kemunculan rumput laut raksasa ini merupakan kejutan tak terduga, namun tidak mengganggu progres Liszt dalam mencari elf kecil rumput laut. Dengan bantuan Ake, ia terus mencari ramuan ajaib rumput laut dan mengidentifikasi di mana terdapat rumput ulat - sangat sulit ditemukan karena semua memiliki cahaya umpan balik magis yang bercampur dengan ramuan rumput laut.
Akhirnya.
Tetap harus mengandalkan observasi tajam Ake.
Dia menepuk bahu Liszt lalu menunjuk ke sekumpulan rumput laut di depan. Liszt mengikuti arah jarinya dan melihat samar-samar titik cahaya yang berbeda. Setelah menghentikan Mata Magis-nya, dengan penglihatan normal ia menemukan titik cahaya itu berada di balik daun rumput laut.
Meski tak jelas terlihat, bentuknya jelas-jelas adalah elf kecil.
Liszt segera memberi isyarat pada Ake untuk membawanya berenang ke arah elf itu, namun baru saja mendekat, elf kecil itu lincah kabur meninggalkan rumput laut tersebut.
Elf liar memiliki kewaspadaan tinggi. Hanya elf liar seperti Nami dari pohon merah yang langsung menyerahkan diri saat melihat Ake. Elf rumput laut ini berbeda, sama sekali tidak berniat mendekati Ake, dalam sekejap lenyap tanpa jejak.
"Naik." Dengan gerakan tangan, Liszt menyuruh Ake naik ke permukaan.
Mengambil napas, memulihkan energi.
Dia berkata: "Nanti kamu bawa aku ke rumput laut raksasa itu lagi, aku sudah observasi, ini adalah Rumput Ulat Elf Rumput Laut Raksasa. Akarnya sangat tebal, hampir sama besar dengan ember, meski berkelok-kelok berputar-putar di bawah permukaan laut, tapi panjangnya jelas-jelas melebihi enam puluh hingga tujuh puluh meter."
"Kakak, tapi Elf Rumput Laut Raksasa bisa lari lho."
"Aku akan memancingnya dengan serbuk giok, lihat apakah bisa diarahkan ke sini, lalu aktif mengontraknya. Kalau tidak berhasil, kamu harus mengontrol aliran air untuk membelenggu Elf Rumput Laut Raksasa, biar aku yang mengontraknya."
"Hm-hm." Ake mengangguk.
Meski baik dan polos, dia tidak punya pemikiran "Elf kecil imut kok tega menyakitinya". Faktanya hukum rimba sering terjadi selama proses tumbuhnya - pemburuan Durumikita bukan kasus khusus, waktu kecil dia sering diburu Warcraft laut.
Jadi taktik Li dalam menghadapi peri menurutnya normal, perburuan Warcraft laut juga sudah seharusnya.
Bahkan jika Li menyuruhnya membunuh manusia pun mungkin tidak akan ditolaknya, konsep baik-jahatnya masih cukup berbeda dengan manusia - apalagi sering bersama Li, pasti terpengaruh... eh, maksudku terpoles jadi lebih baik.
Beberapa saat kemudian.
Li sudah pulih total, kembali ke lokasi akar Rumput Ulat rumput laut raksasa, mengeluarkan serbuk giok yang sudah digiling, menyebarkan sejumlah besar. Serbuk giok di air laut akan mengalir bersama arus lalu mengendap di dasar, tapi karena masalah massa jenis, masih banyak yang menempel di Rumput Ulat.
Tidak tahu bagaimana serbuk giok menggoda peri, yang pasti peri sangat menyukai giok.
Seperti yang diduga.
Tidak menunggu lebih dari tiga menit, Liszt menemukan Elf Kecil Rumput Laut yang kabur kembali dengan hati-hati sambil meraba-raba. Ia bersembunyi di balik helai rumput laut, mendekati diam-diam, tapi tidak sadar cahaya energi sihir di tubuhnya sudah lama mengungkap lokasinya. Liszt juga diam-diam menunjukkan posisinya ke Ake.
Ake mengangguk memberi isyarat, dia sudah siap menangkap.
Baru kemudian Liszt dengan santai mengeluarkan segenggam lagi serbuk giok, menaburkannya ke arah posisi Elf Kecil Rumput Laut. Serbuk giok sama sekali tidak bisa tertabur jauh di dalam air.
Tapi "aroma" yang dipancarkannya berhasil menarik perhatian Elf Kecil Rumput Laut.
Dua menit kemudian, ia muncul terang-terangan dalam pandangan Liszt, lalu merapat lagi, bolak-balik dua tiga kali, baru mulai mendekati Liszt, menjilati serbuk giok yang tumpah di Rumput Ulat Laut. Sesekali memutar kepala, memandang Liszt, membuka mulut, mengeluarkan teriakan samar.
Suaranya mirip "gurr".
Warnanya juga cokelat kekuningan, jernih seperti kristal, di atas kepala ada rumput laut super mini sepanjang jari. Mata besarnya bersinar, tapi gigi di mulutnya cukup tajam, membuat kecantikannya tercampur aroma keganasan. Ia tidak punya sayap, tapi di posisi telinga, ketiak, betis, dan tulang ekor ada struktur mirip sirip ikan transparan.
Jelas.
Elf Kecil di laut, dengan Elf Kecil di daratan, memiliki perbedaan besar dalam struktur anatomi.
Liszt tidak mengganggunya, hanya memandanginya dengan penuh minat, membiarkannya melahap habis serbuk giok di rumput laut raksasa. Kemudian mengeluarkan segenggam serbuk giok lagi, meletakkannya di tangan, dan perlahan mengulurkannya ke arah Elf Rumput Laut Raksasa.
"Jika ini manusia, gombalan kasar seperti ini bahkan tidak akan menipu anak TK sekalipun."
Tapi yang dihadapinya hanyalah seekor Elf Rumput Laut Raksasa.
Memiringkan kepala selama belasan detik sambil menyeringai, akhirnya ia berenang cepat mendekat, memeluk tangan Liszt dan mulai menjilat-jilat serbuk giok.
Liszt menyelinapkan jari tengahnya ke dalam mulut elf itu ketika lengah.
Elf itu langsung menggigit sebagai reaksi.
Sangat sakit.
Jari Liszt langsung berdarah, tapi kontrak telah terselesaikan dalam sekejap. Saat telepati terbentuk, Liszt masih bisa merasakan kewaspadaan, kegugupan, serta emosi ganas darinya. Namun segera emosi itu digantikan oleh kebingungan dan keakraban.
Mungkin Elf Rumput Laut Raksasa itu sedang bingung - mengapa si jahat ini membuatku merasa begitu akrab?
"Kubilang, akhirnya kudapatkan kau." Liszt mengalirkan energi naga untuk menghentikan pendarahan, lalu menangkupkan elf itu di telapak tangan.
Memberi isyarat pada Ake untuk mengantarnya ke permukaan air.
Elf Rumput Laut Raksasa yang muncul di permukaan tampak kesal, ia tidak suka meninggalkan air laut.
"Gurr!" Suara yang dikeluarkannya menjadi sangat jelas, mirip dengan teriakan merpati tapi lebih jernih. Menjepit jari Liszt, tubuhnya berayun masuk ke air, merendam diri di laut, lalu kembali ceria: "Gurr, gurr, gurr!"
