Pagi-pagi membuka jendela, sinar matahari terasa menyegarkan.
Hari cerah lagi, seiring bulan April yang terus bergulir, cuaca di Pulau Kuda Hitam semakin membaik. Setelah musim tanam selesai, pasukan budak tani telah kembali membangun. Pondok-pondok di beberapa kota kecil bermunculan, jalan-jalan tersambung berturut-turut, bengkel-bengkel pengrajin mulai beroperasi satu per satu.
Pekerjaan pemindahan Rumput Ulat juga perlahan rampung.
Kini selain Rumput Ulat Pohon Apel, Rumput Ulat Tomat, dan Rumput Ulat Penangkap Lalat yang masih ditanam di Kota Bunga, semua jenis Rumput Ulat lainnya telah dipindahkan ke Pulau Kuda Hitam.
Di setiap kota kecil telah dibagi kebun-kebun khusus untuk menempatkan Rumput Ulat ini.
Bahkan sebagian pelayan kastil juga dialihkan untuk tinggal di Pelabuhan Kota Kecil, khusus melayani Li Si Te. Sekaligus beradaptasi dengan kehidupan di sana, mempersiapkan tenaga untuk pembangunan kastil baru nanti. Jumlah pelayan kastil hanya sekitar tiga puluh lebih, tapi ada tiga puluh hingga empat puluh anak yang sedang magang.
Di dunia ini tidak ada hukum yang melarang pekerja anak. Anak-anak magang di kastil mendapat jaminan penuh baik kualitas hidup maupun prospek kerja masa depan——banyak orang tua biasa ingin menyekolahkan anak mereka magang di kastil.
Membersihkan diri secara sederhana, tidak mandi.
Lagi pula nanti akan masuk ke air, tidak perlu mandi dua kali.
Setelah menyelesaikan sarapan, waktu belum mencapai pukul tujuh setengah. Para nelayan yang memanen rumput laut raksasa di tepi pantai sudah mulai bekerja dengan rajin. Liszt datang ke tepi laut, melompat ke sebuah sekoci, bersiap untuk terus mendayung ke arah hutan rumput laut raksasa. Secara kebiasaan, dia memanggil antarmuka misi asap dan meliriknya.
Sekilas pandangan itu langsung membuatnya terkejut.
"Menyelesaikan misi, hadiah seekor lumba-lumba pelangi."
Hadiah ini tidak mengejutkan, sudah dua hari sebelumnya dia menduga bahwa lumba-lumba pelangi yang dikejar Ake akan menjadi hadiahnya - seekor Warcraft laut keturunan naga tingkat rendah.
Yang benar-benar mengejutkan adalah misi asap baru.
"Misi: Ake telah menemukan rahasia terdalam hutan rumput laut di dasar laut, yaitu sebatang Rumput Ulat raksasa. Ini milik Peri Besar rumput laut yang ganas, bahkan Ake pun tak bisa mendekatinya. Mungkin Anda membutuhkan bantuan baru, mengapa tidak mendapatkan tunggangan air terlebih dahulu. Hadiah: Seekor Peri Besar rumput laut."
"Peri Besar rumput laut!"
"Benar-benar Peri Besar rumput laut! Ake sudah menemukan Rumput Ulat-nya, jelas juga pernah melakukan kontak dengannya!"
Selama ini yang selalu dirindukan Liszt tak lain adalah Peri Besar rumput laut yang keberadaannya masih diragukan ini. Kini akhirnya mendapatkan konfirmasi, bisa dibayangkan perasaannya. Peri Besar adalah simbol status tuan tanah bangsawan, hanya keluarga yang memiliki Peri Besar yang berani menyebut diri sebagai bangsawan besar.
Sekarang.
Melalui misi berantai rumput laut.
Akhirnya dia juga akan memperoleh Peri Besar, masuk dalam jajaran bangsawan besar——"jika" dia melepaskan Leo, mungkin dalam sekejap bisa bergabung dalam barisan kesatria naga, melancarkan serangan pada Raja; Tentu saja, mungkin juga langsung dihantam Adipati Batu Safir ke tanah, dengan kejam mengambil Leo darinya.
Dalam kondisi naga api kecil tidak bisa diekspos, seekor Peri Besar akan menjadi simbol identitas terbaiknya.
Menarik napas.
Menghembuskan napas.
Setelah beberapa kali menarik napas dalam-dalam, barulah dia kembali tenang: "Kemunculan Peri Besar Rumput Laut Raksasa berarti kita bisa menanam lebih dari 6.000 hektar ramuan ajaib rumput laut. Tapi yang paling mendesak sekarang adalah bagaimana mengikatnya dengan kontrak, Peri Besar liar, aku hanya pernah mendengarnya di novel ksatria, dan biasanya mereka yang aktif mengikat kontrak dengan manusia."
Novel ksatria adalah khayalan indah: tidak hanya peri yang memohon-mohon tokoh utama untuk mengikat kontrak, bahkan naga pun meminta sang tokoh utama untuk menungganginya, belum lagi segudang sosialita bangsawan yang berlomba mendekati sang protagonis.
Tapi di dunia nyata, peri yang aktif mengikat kontrak dengan manusia sangat langka.
Seperti peri kecil bakau merah Nami yang aktif, itu hanya kasus khusus. Para peri dari bilangan rumput laut raksasa jelas tidak termasuk kasus khusus. Mereka tidak ramah terhadap manusia, bahkan tidak terhadap sesama peri. Sebelum Fizz dan Tahm mengikat kontrak, mereka pun menunjukkan taring pada Liszt dan Ake. Tanpa serbuk giok yang harum, mustahil mengikat kontrak.
Setelah kontrak terikat, mereka tetap sering bertengkar.
Jika bukan karena larangan tegas dari Liszt, mungkin mereka sudah menentukan pihak yang kalah.
"Sementara Peri Besar Ganggang Raksasa ini, dalam penggambaran misi asap, bahkan dijuluki 'kejam', karakter aslinya benar-benar tercermin."
"Elf Kecil menguasai sihir penanaman, Peri Besar memiliki sihir penanaman yang lebih kuat dengan kemampuan yang sudah sangat mumpuni. Bahkan Ake tidak bisa mendekat, kupikir kontrak di bawah air pasti sulit... Serbuk giok harus cukup, juga perlu persiapan mental menghadapi jalan buntu, yang terpenting adalah menangkap lumba-lumba pelangi."
Lumba-lumba pelangi adalah petunjuk kunci dalam misi asap.
Li sampai saat ini belum sepenuhnya memahami prinsip atau aturan apa yang mendasari misi asap. Apalagi mengetahui seberapa kuat kekuatan takdir Naga Asap, atau bagaimana interaksi sosial tercipta melalui manipulasi benang takdir. Namun mengikuti misi asap jelas merupakan cara tercepat.
Di tengah perenungannya.
Ia sudah mengayuh sekoci melintasi nelayan perairan dekat, menuju area lebih jauh. Ake sejak tadi telah memantau Li dari bawah air, sehingga cepat muncul ke permukaan untuk bergabung. Kerang membuka, Fizz dan Tahm segera membawa empat peri serangga berenang mendekat, berputar-putar mengelilinginya.
"Kakak, akhirnya kau datang! Ake menemukan Peri Besar Ganggang!" Ake langsung bercerita dengan bersemangat tentang penemuannya begitu bertemu.
Saat lembur, dia secara tak sengaja menemukan Rumput Ulat Ganggang Raksasa.
"Setelah observasi cermat, berhasil menemukan Peri Besar. Itu peri seukuran bayi, berwarna kuning kecoklatan sama seperti Elf Kecil, seluruh tubuhnya transparan dan bercahaya, bagaikan permata raksasa. Ia membuka sirip ikan transparan di tubuhnya, berenang riang tanpa lelah mengelilingi Rumput Ulat miliknya."
"Kadang ada ikan mendekatinya, langsung dihamburkan seberkas cahaya dari tangannya. Seketika tumbuh rumput laut raksasa dari tubuh ikan, menusuk-nusuk hingga ikan itu hancur menjadi tumpukan daging remuk."
"Dia sangat ganas. Setelah menemukan Ake, mengejar-ngejar Ake jauh sekali. Ake tidak ingin menyakitinya, tapi juga takut kalau dia menanam rumput laut raksasa itu di tubuh Ake." Suara Ake agak kecil. Sebenarnya kekuatan tempurnya pasti bisa mengalahkan Peri Besar Rumput Laut, tapi dalam kondisi tidak boleh melawan terpaksa terus dikejar-kejar.
"Peri Besar Rumput Laut segalak itu? Sudah coba memancing dengan serbuk giok?"
"Ake sudah mencoba, tapi dia selalu mengusir Ake dulu baru mau makan serbuk giok. Begitu Ake berbalik dan mendekatinya, dia langsung berhenti makan serbuk giok lalu kembali mengusir Ake... Kakak, Peri Besar Rumput Laut ini benar-benar sangat galak, dan mulut besarnya itu terlihat mengerikan."
"Baik Peri Besar maupun Elf Kecil Rumput Laut penampilannya cantik, hanya mulut dan gigi-gigi di dalamnya yang agak menyeramkan."
“Mengingat Peri Besar Rumput Laut sulit dikontrak, mari kita cari cara efektif untuk memutuskannya secara tegas.” Li Si-te beralih topik, “Tapi sebelumnya, aku ingin menangkap lumba-lumba pelangi itu. Aku lihat dia bisa menyelamatkan orang, mungkin punya sifat manusia.”
“Ya, monster laut besar itu bisa menyelamatkan orang?” Ake terkejut.
Li Si-te menceritakan secara singkat insiden Budak Tani jatuh ke air, lalu berkata: “Begini, aku akan mengatur Budak Tani berpura-pura tenggelam untuk memancing lumba-lumba pelangi, lalu mencoba berkomunikasi. Kamu sembunyi di dekat sini. Jika berjalan lancar, baiklah. Jika tidak, tangkap saja dulu.”
“Hm.”
Setelah merencanakan, Ake menyelam mengikuti Li Si-te kembali ke perairan dekat pantai. Dia memanggil Budak Tani yang bisa berenang untuk berpura-pura tenggelam dan memancing lumba-lumba pelangi.
Tidak diketahui di mana lumba-lumba pelangi bersembunyi, atau seberapa jauh dia melarikan diri.
Aksi pura-pura tenggelam ini berlangsung dari pagi hingga sore, tapi lumba-lumba pelangi tak juga muncul. Saat Li Si-te mulai putus asa, tiba-tiba tubuh Budak Tani yang berteriak minta tolong di air terdorong ke permukaan oleh sesuatu.
Seketika.
Dari kejauhan, Li Si-te mengamati melalui teropong dan melihat jelas di bawah tubuh Budak Tani terdapat seekor lumba-lumba berwarna pelangi.
Lumba-lumba itu sangat besar, jauh lebih besar daripada yang pernah dilihatnya di akuarium Bumi, mungkin menyamai ukuran orca. Tubuhnya aerodinamis seperti lumba-lumba biasa, dengan kulit memantulkan cahaya pelangi di bawah sinar matahari.
“Tepatnya, penampilannya lebih mirip paus putih.”
Liszt berdecak kagum, diam-diam mengayuh sekoci mendekati lumba-lumba pelangi. Di sekocinya terpuluh-puluh ikan kecil berasa lezat—rakyat menganggap makanan sebagai prioritas utama, binatang pun jelas menjadikan makan sebagai motivasi hidup utama. Menggunakan makanan sebagai umpan adalah cara paling sederhana namun paling efektif.
Saat dia mendekati lumba-lumba pelangi.
Lumba-lumba pelangi yang semula mendorong budak tani yang jatuh ke air ke tepi pantai, tiba-tiba berbalik arah dan mendorong korban ke arah Liszt.
Melihat hal itu.
Liszt spontan berseru: "Hah?"
