Meski tak menyukai Li Dun, Li tetap menjawab pertanyaannya tentang latihan. Sejujurnya, sikap antipatinya lebih dipengaruhi memori tubuh sebelumnya - dalam ingatan, Li Dun selalu meremehkannya, dan tubuh sebelumnya juga membenci Li Dun.
Tapi seiring meluasnya wawasan dan mentalitasnya yang semakin transendental, ia sudah tak ambil pusing dengan persaingan tak sehat antar saudara.
Faktanya, ia justru menunggu-nunggu Li Dun bisa naik pangkat menjadi Sky Knight.
Kalau keluarga Tulip punya empat Sky Knight sekaligus, pasti menarik. Lagipula jika ia berniat mendirikan kerajaan, dukungan keluarga akan sangat membantu.
Tak lama kemudian, Li Weila sudah menemani Nyonya Penelope menuju kastil.
Nyonya Tua melihat Liszt dan langsung berkata: "Saat kamu pulang, ingatlah untuk pergi ke kastilku, pilih satu pot tanaman untuk dibawa pulang."
"Nenek sudah membudidayakan berapa banyak tanaman baru lagi?" tanya Liszt sambil tersenyum.
Peri serangga Longkui, peri ara, dan peri harta hijau – esensi ketiga peri serangga ini benar-benar membuat Nyonya Penelope tenggelam dalam obsesi tanaman potnya. Dulunya mungkin sekadar alasan untuk mengurangi pengeluaran hadiah, namun sekarang suasana obsesinya sudah mencapai tingkat kegilaan.
Dia benar-benar yakin bahwa tanaman yang dibudidayakannya memiliki probabilitas tinggi menghasilkan peri serangga.
Saat membahas tanaman pot, matanya berbinar: "Aku baru tergila-gila pada koleksi tanaman sukulen, mereka sangat mudah dirawat. Setiap pot tumbuh subur, gemuk dan segar. Kaktusku sebentar lagi akan berbunga."
"Kalau begitu aku pasti akan mengambil satu pot."
Percakapan selanjutnya hanya obrolan ringan belaka.
Pertama mereka membahas sutra bulu hijau. Semua memuji-muji kain ini, yakin kegilaan para bangsawan hanyalah masalah waktu. Kemudian beralih ke beberapa drama panggung baru yang dipentaskan kelompok teater Pulau Kuda Hitam – kini pertunjukan teater telah menjadi tontonan wajib bangsawan Kota Karang.
Banyak kelompok pertunjukan badut mulai meniru kelompok teater Pulau Kuda Hitam, berangsur beralih ke drama panggung.
"Tapi mereka semua kebanyakan menjiplak repertoar kelompok teater Pulau Kuda Hitam, tidak punya kemampuan orisinal. Ingin mengadaptasi drama klasik bukanlah urusan mudah. Hanya Liszt yang terkadang punya waktu luang untuk memilih novel ksatria yang cocok, lalu meminta Avril*Topeng untuk mengadaptasinya."
Tidak ada cara.
Seluruh Pulau Karang, dalam hal volume bacaan novel ksatria, mungkin dialah yang terbanyak.
Tentang cara mengadaptasi novel ksatria, dia punya otoritas untuk berbicara, tahu alur seperti apa yang disukai penonton.
……
Sore hari, Pasangan Pangeran akhirnya kembali dari Kota Karang. Tak lama kemudian jamuan makan pun dimulai. Dalam jamuan makan itu Sang Pangeran berpidato tentang persiapan perintah pembukaan lahan tahun ini. Menurut pesan utusan istana, Sang Adipati Agung tahun ini mungkin akan meluncurkan perintah pembukaan lahan dengan durasi lebih panjang.
"Sekarang kau dan aku sama-sama Sky Knight, ditambah tim Blizzard Frost menyerbu benteng, prestasi perang yang bisa direbut pasti tidak kalah dari para Marquis itu." Katanya dengan penuh keyakinan, "Untuk mendominasi inisiatif dalam perebutan gelar bangsawan, tahun ini perintah pembukaan lahan tidak bisa lagi low-profile."
Tahun lalu setelah merebut kastil seorang Pangeran, Ordo Ksatria Pulau Karang tidak melanjutkan ekspansi karena takut menarik perhatian.
Kalau sampai memancing serbuan beberapa Sky Knight sekaligus, hanya Li William seorang Sang Pendekar Ombak akan sulit bertahan.
Tapi tahun ini ada Liszt. Orang lain tidak tahu, tapi Li William sangat paham bahwa kekuatan tempur Liszt jauh melampauinya. Kerjasama mereka berdua bisa mengatasi situasi umum manapun.
Jadi.
"Harus berani menonjol ketika memang perlu."
Liszt menganggukkan kepala, menjawab: "Aku akan berusaha maksimal membantu Ayah merebut jasa perang, tapi aku harap armada kapal keluarga bisa lebih mendukungku dalam mengangkut budak tani. Wilayah kekuasaanku sedang giat dikembangkan, butuh banyak budak tani. Tahun ini rencana pembukaan lahanku terutama akan menerima budak tani."
"Berapa banyak budak tani yang akan diangkut?"
"Minimal 20.000. Jika bahan pangan bisa didapat banyak, aku harap bisa mengembalikan 30.000 budak tani."
Industri di Pulau Kuda Hitam sangat banyak. Dengan potensi pengembangan wilayah, 100.000 jiwa penduduk bisa dengan mudah dicerna. Namun hambatan utama adalah bahan pangan. Hanya mengandalkan bertani dan menangkap ikan, jelas tak bisa menutupi kekurangan makanan. Kini populasi wilayah lebih dari 30.000 jiwa, konsumsi makanan setiap hari baru cukup untuk mengenyangkan.
Jika mengangkut kembali 20.000 budak tani, harus dikumpulkan dari berbagai aspek - potensi produk laut masih bisa terus ditekan, rumput laut dan Rumput Laut Raksasa bisa dimakan. Meski tekstur Rumput Laut Raksasa tidak enak, setidaknya bisa menggantikan pakan ternak. Ditambah produksi massal kapal layar tunggal, penangkapan ikan di perairan dekat semakin meningkat.
Hanya makan ikan tidak baik, tapi bisa ditukar dengan Kastil Tulip untuk mendapatkan bahan pangan.
Singkatnya, menurut perhitungan pejabat wilayah, tambahan 20.000 budak tani tidak akan menyebabkan kelaparan di wilayah. Tapi lebih dari itu tidak bisa, harus transportasi besar-besaran bahan pangan dari luar daerah.
Piaget terkejut: "Mau mengangkut 30.000 budak tani? Ini bukan jumlah kecil. Wilayah Yunas dan Teliq masing-masing total populasi 60.000 dan 50.000. Wilayahmu baru berkembang kurang dari setahun, populasi sudah mau melebihi mereka. Benarkah wilayahmu bisa mencernanya?"
“Saat ini populasi wilayah mencapai 35.100 jiwa, masih bisa menampung 20.000 lagi tanpa masalah. Asalkan ada bahan pangan, 30.000 pun perkara kecil.”
“Bagus kamu punya kepercayaan diri. Aku akan mengatur armada kapal keluarga untuk memprioritaskan transportasi ke wilayahmu.”
Li Weis menyela: “Li Sit, Pulau Kuda Hitammu juga sudah mengumpulkan banyak kapal kargo dua tiang, kan? Bisa digabung dengan armada keluarga untuk ekspedisi bersama.”
“Armadaku masih sedikit, baru 15 kapal. Minimal harus tinggalkan 7 kapal untuk logistik wilayah, jadi hanya bisa kirim 8 kapal gabungan dengan armada keluarga.”
“Delapan kapal juga daya angkut yang lumayan.”
“Kalau begitu kita sepakat seperti ini.”
Demikianlah.
Berlanjut sampai pesta usai.
Panggilan jamuan keluarga ini terutama untuk menyinkronkan info dengan Li Sit, memberi dasar untuk membahas partisipasi dalam Perintah Pembukaan Lahan di Istana Gunung Langit Biru.
Malam harinya.
Ayah dan anak berdua kembali berbincang privat di ruang perpustakaan.
Intinya bertanya: “Bagaimana perkembangan kekuatanmu, Li Sit?”
“Kurasa kemajuan pesat. Setiap hari naik level baru. Kekuatanku sekarang sudah jauh melampaui Sky Knight tingkat sempurna. Saat berburu Bootmouth Stork pun tak terlalu sulit.”
“Sudah sekuat itu?”
“Ya. Apakah Ayah ingin mengujinya?”
"Sudahlah." Pangeran *batuk-batuk*, mengalihkan topik, "Bicara soal Bangau Raksasa Paruh Bot ini, kurasa ia pasti yang memburu Buaya Pasir Ungu di pulau itu. Aku sudah periksa habitat Buaya Pasir Ungu, ada bekas pertarungan sengit... Awalnya aku menunggu Buaya Pasir Ungu berkembang biak, tapi malah dihancurkan oleh paruh burung besar ini."
Meski akhirnya dagingnya masuk ke mulut Liszt, faktanya Buaya Pasir Ungu memang dibunuh Bangau Raksasa Paruh Bot — Liszt hanya bisa menyaksikan saja.
Hati nuraninya sedikit terganggu.
Setelah berpikir sejenak, dia berkata: "Jika ada kesempatan, aku akan menjelajahi hutan di daratan, mencari Warcraft yang cocok untuk ditangkap bagi Ayah."
Pangeran mengangkat alis: "Kau terlalu repot."
"Ini sudah seharusnya."
Ayah dan anak saling bertukar senyum, adegan yang cukup hangat meski pikiran masing-masing saat itu tak tertebak.
