“Ruang perpustakaan sunyi. Cuaca September tak sepanas Agustus. Semua jendela telah diganti kaca, memantulkan cahaya terang.”
“Pangeran seolah mendengar Liszt berbicara, tapi pikirannya telah melayang ke dimensi lain.”
“Fragmen-fragmen kenangan bermunculan di otaknya.”
“Ada kenangan masa muda saat ayahnya pertama kali memperkenalkannya pada Naga Safir, gemuruh kekaguman yang membekas. Ada sukacita saat Melissa melahirkan putra kedua, melanjutkan garis keturunan keluarga... Sepanjang hidupnya ia berjuang demi kejayaan keluarga, membuat Tulip bermekaran di Safir.”
Keluarga Tulip juga memang di bawah perjuangannya, reputasi perlahan menyebar ke safir. Para bangsawan besar dan kecil semua tahu ada keluarga seperti ini, memiliki seorang Sang Pendekar Ombak.
Namun tidak diketahui sejak kapan.
Mungkin sejak Liszt mencapai usia dewasa dan memutuskan sistem feodal.
Hasil perjuangan yang dibanggakannya semakin terlihat menggelikan. Di usia 23 tahun menjadi Sky Knight, sebagai keturunan bangsawan kecil, sudah cukup disebut jenius. Tapi anak kedua yang diabaikannya tanpa dukungan sumber daya, di usia 18 tahun sudah menjadi Sky Knight.
Ia mewarisi aset keluarga, membina satu Elf Besar Tulip dan dua belas Elf Kecil. Liszt justru saat berenang menemukan satu Elf Besar dan sekumpulan Elf Kecil, jumlah peri di wilayah sebesar telapak tangan itu hampir menyamai hasil sepuluh tahun Pulau Karang.
Sejak muda ia mendambakan Warcraft menengah sebagai tunggangan, tapi tak kunjung dapat. Liszt dulu memelihara sekelompok Warcraft menengah Blizzard Frost, lalu menemukan kuda darah hitam berketurunan luar biasa, kemudian ada burung darat Loki yang bisa terbang, paus pelangi Rose yang bisa menyelam.
Yang terpenting, ia kini 46 tahun, Liszt kini 18 tahun.
Dalam sebuah latihan perang nyata awal tahun ini, dia yang berstatus Sword Saint malah dipojokkan oleh Liszt hingga hampir tak bisa membalas. Dia membujuk diri untuk menerima kenyataan bahwa anaknya lebih kuat, dan juga menerima kenyataan bahwa sang anak adalah "Anak Kemuliaan" yang pasti akan dilindungi cahaya kejayaan ksatria.
Hasil.
Tiba-tiba Liszt menjadi pewaris Hantu Pedang, dengan kekuatan yang mampu mengalahkan Ksatria Wilayah terkuat secara frontal.
Bagaimanapun, Marquis akhirnya percaya dan berusaha meyakinkan diri bahwa harus bangga pada anaknya - terutama ketika Adipati Agung sendiri menjanjikan tiga jabatan Marquis wilayah kekuasaan di Pulau Tapal Kuda untuk dipilih, dia benar-benar merasakan betapa hebatnya anak yang dilahirkannya.
Pencapaian yang seharusnya membutuhkan usaha beberapa generasi Keluarga Tulip, terwujud dengan mudah seperti ini.
Ini sudah menjadi akhir terbaik - dia naik pangkat menjadi Marquis Ekor Sapi, Liszt menjadi Marquis Pulau Tapal Kuda, sementara Keluarga Tulip berpisah menjadi dua cabang keluarga Marquis yang terus berkembang.
Tapi.
Sekarang apa yang dia dengar?
"Kesatria Naga?" Marquis merasa fondasi dunia, hidup, dan nilai-nilai yang susah payah dibangunnya, runtuh Ddorrr.
Hanya tersisa kebingungan.
Yang membuatnya bingung adalah semua perjuangan hidupnya, dihadapan kabar Liszt menjadi Kesatria Naga, berubah menjadi bahan tertawaan.
"Apa artinya semua perjuangan, keteguhan, dan ketangguhan itu di hadapan kesatria naga!"
Teh dalam gelas tumpah mengenai pakaian.
Dia seperti tak menyadarinya, bagai seorang lansia yang tenggelam dalam kenangan tentang lika-liku hidupnya - suka duka, pertemuan dan perpisahan. Seakan dengan bersembunyi dalam memori ini, barulah dia bisa hidup layaknya pendekar pedang sejati yang dipuja-puja banyak orang, memikul takdir membangkitkan kejayaan keluarga.
Terhindar dari realitas menyesakkan yang menghantamnya dengan kabar mengejutkan bagai petir.
Hingga sebuah suara menggelegar menyentak telinganya: "Ayah!"
Barulah dia tersentak dari lamunannya, tangan gemetar membuat sisa teh tumpah habis. Memandang Liszt yang sedang melambaikan tangan di hadapannya, pikirannya masih berkabut: "Apa?"
"Teh Ayah tumpah."
"Ah, tak apa. Lanjutkan." Dia meletakkan cangkir teh di meja, menunduk melihat noda air di dadanya, menarik napas dalam untuk mengembalikan kesadaran. "Tadi sampai di mana? Benar, kau bilang dirimu seorang kesatria naga, ya?"
"Sudah kujelaskan sebelumnya, mungkin Ayah kehilangan fokus tadi." Liszt menghela napas. Siapa sangka kabar tentang kesatria naga bisa membuat Sang Pendekar Ombak yang termasyhur itu terguncang sedemikian rupa.
Pangeran menekan pikiran kacau-balau, berkata: "Ulangi sekali lagi."
“Aku telah mendapatkan pengakuan dari seekor Huo Long, resmi menjadi kesatria naga sejati. Alasan kekuatanku meningkat drastis adalah karena latihan bersama Huo Long. Energi tempurku telah berevolusi menjadi energi naga. Sekarang kekuatanku meningkat pesat setiap hari. Jika harus menghadapi Marquis Nu Tao lagi, mungkin satu gerakan saja cukup untuk mengalahkannya.”
“Bagaimana dibandingkan dengan Marquis Banteng?”
“Mengalahkannya dengan mudah.”
“Waktu itu Adipati Agung hampir langsung menghancurkan Marquis Banteng dalam satu pertemuan. Apakah kekuatanmu bisa menyamai Adipati Agung?” Setelah beberapa kali menarik napas dalam, ekspresi Marquis Piaget telah kembali normal tanpa lagi terlihat bingung.
Kembali menyandang kewibawaan seorang ayah.
Hanya noda air di dada bajunya yang masih terlihat jelas.
Liszt menganggukkan kepala: “Saat Adipati Agung mengalahkan Marquis Banteng, dia sudah dikepung oleh seratus Sky Knight dan menjadi ujung panah yang lemah. Aku tidak berani bilang pasti bisa mengalahkan Adipati Agung, tapi kalau bertarung sampai imbang 50-50, seharusnya tidak masalah.”
Marquis Piaget tidak segera menanggapi.
Tangannya mengetuk-ngetuk meja secara acak sambil merenung.
Beberapa saat kemudian, dia menatap Liszt dengan serius: “Kalau begitu, kamu sudah jadi kesatria naga, di mana Huo Long-mu?”
“Kusembunyikan, tapi Ayah bisa merasakan aura nagaku sebagai kesatria naga!” Senyum mengembang di bibir Liszt. Melalui koneksi mental dengan Rio, aura naga segera bergelora dari tubuhnya——Tidak dilepaskan sepenuhnya, hanya terkonsentrasi di ruang perpustakaan.
Meski hanya aura naga sederhana yang dilepaskan.
Piaget tiba-tiba merasakan bulu kuduk meremang di seluruh tubuhnya, dadanya seolah mendapat pukulan berat, nafas tertahan di perut seperti akan mengalami sesak napas kapan saja.
"Benar!"
"Ini dia sensasinya, aura naga!"
"Sama kuatnya dengan aura naga yang dipancarkan Adipati Agung dan Naga Safir!"
Saat aura naga menghilang, Piaget menelan ludah dengan rasa kepahitan bercampur semangat, menekan gejolak emosinya sekuat tenaga, bertanya dengan suara parau: "Liszt, kapan aku bisa melihat Naga Apimu?"
"Kapan saja saat Anda punya waktu luang."
"Hm? Tidak perlu komunikasi sebelumnya?"
"Ayah." Liszt berkata tenang, "Aku adalah kesatria naga. Naga Api adalah teman seperjuangan yang saling mengakui. Saat kupanggil, dia akan muncul. Tidak seperti cara Adipati dulu memelihara Naga Safir yang harus berkomunikasi dan bernegosiasi setiap kali ingin mengerahkan Naga Safir."
Piaget menampar meja keras: "Aku paham... Tapi aku butuh waktu untuk tenang, mengatur pikiranku. Setelah makan malam nanti kita akan bahas detailnya."
"Aku akan mengobrol dengan Kakak. Silahkan Ayah merenung dengan tenang." Liszt langsung berdiri dan pergi, meninggalkan ruang perpustakaan untuk Piaget.
Pintu kamar tertutup.
Pandangan Piaget masih tertuju pada pintu, namun sudut bibirnya tiba-tiba merekah: "Hehe, kesatria naga!"
