"Ternyata seperti yang kuduga."
Setelah ksatria elang abu pembawa pesan pergi, wajah Marquis langsung berubah suram. Ia menatap langit kelam di luar jendela dengan sudut 45 derajat. Sekarang sudah Desember, jarak dengan hari-hari salju musim dingin semakin dekat, suhu semakin turun setiap hari.
Kedua tangannya tergenggam di belakang punggung.
Tidak terkejut oleh kabar itu, malah ada unsur kepuasan samar yang mengembalikan harga diri generasi pendahulu - jahe tua tetap pedas. Hasil yang tidak bisa ditebak Li Si justru terbukti benar oleh ucapannya. Inilah pengalaman, inilah dunia persilatan, inilah alasan dia bisa membangun Keluarga Tulip.
Marquis memutar kepala, sorot matanya pada Li Si berkilau penuh keyakinan "Ayahmu tetaplah ayahmu": "Ambisi Kerajaan Elang terhadap safir sudah lama terpendam, akhirnya tiba saat meledak. Hanya belum tahu apakah penyerbu yang ikut armada itu adalah Alonzo."
“Alonzo sudah pasti.” Liszt tidak menatap Marquis, juga tidak menunjukkan ekspresi kagum, "Sejak Marquis Banteng memberontak, dia terlibat dalam rencana ini. Tidak diragukan lagi dia akan mendominasi perang kali ini... Bagaimana Adipati Agung akan menghadapinya?"
Melihat satu bintik bisa mengetahui seluruh macan tutul.
Ketika armada Kerajaan Elang mulai terlihat, berbagai petunjuk menyatu membentuk gambaran yang jauh lebih jelas di otak Liszt dibandingkan yang dilihat Li William.
……
Bertahun-tahun lalu, keluarga kerajaan Kerajaan Elang yang terusik oleh safir memutuskan untuk menyelesaikan masalah negara kecil barbar di seberang lautan ini sekali untuk selamanya.
Tapi letak geografis safir sangat khusus, terisolasi oleh lapisan-lapisan laut, mustahil untuk dikuasai.
Mengenai perang pembantian naga, upaya gagal saat safir belum berdiri sebagai negara, di masa depan juga tidak akan berhasil. Apalagi di tengah laut dengan perlindungan Negeri Baja, kesatria naga Kerajaan Elang benar-benar tak berani bertindak sembarangan - ksatria naga tidak bisa menjamin kemenangan mutlak melawan naga.
Jadi.
Kerajaan Elang menghubungi keluarga Banteng, bahkan keluarga Kambing Sihir yang lebih kuno juga ada rencana Kerajaan Elang di baliknya. Intinya keluarga Banteng tertarik dengan rencana Lich. Hingga generasi Marquis Banteng ini, kemungkinan sudah terikat erat dengan Kerajaan Elang - satu sisi mempersiapkan transformasi Lich lewat pembantaian naga, sisi lain membantu Kerajaan Elang membuat kapal.
Alonzo adalah pelaksana rencana tersebut.
"Urusan membantai naga tidak sempurna, Naga Safir tidak mati, Sang Adipati bahkan muncul dengan gaya spektakuler menangkap Marquis Banteng, sehingga Alonzo tidak berani bertindak gegabah."
Mengirim vampir ke Pulau Tapal Kuda untuk mencari Penyihir Besar Perkumpulan Kambing yang hilang, guna memastikan kondisi Sang Adipati.
Hingga hari ini.
Mungkin sudah tahu kondisi Sang Adipati, atau Ordo Ksatria cukup kuat merebut Safir, bisa juga Ksatria Naga dari Steel Ridge terlibat urusan lain. Singkatnya, Alonzo mulai melancarkan invasi ke Safir, sementara masalah yang dibawa Liszt hanyalah kerepotan kecil.
Garcia dan Fox sebagai tawanan tidak perlu membayar tebusan, cukup taklukkan Safir maka masalah tawanan selesai.
Mengenai Keluarga Ksatria Hitam, mungkin karena Alonzo menunjukkan kekaguman pada Liszt, sehingga Patriark Rommel membatalkan balas dendam dan ingin menjalin hubungan dengan Liszt.
Maka.
Misi Kabut merilis tugas Ancaman Terselubung dan Pilihan Posisi.
……
"Bagaimana pendapatmu?" Marquis tampak kesal, tidak melihat kekaguman di mata Liszt, malah berpura-pura santai seperti AWAN TIPIS ANGIN LEMBUT.
Seolah menduga Kerajaan Elang menyerangnya.
Liszt memang benar-benar berpikir demikian.
“Dia langsung mengabaikan dugaan Marquis sebelumnya, merangkum semua petunjuk hingga membentuk gambaran yang jelas, semuanya berada dalam kendali: 'Bagaimana aku berpikir tidak penting, yang penting adalah bagaimana respons Adipati Agung... Marquis Nesta ingin kita mengumpulkan Ordo Ksatria untuk mempertahankan Pulau Tapal Kuda, menurutku kita bisa berpura-pura tunduk.'”
“Tidak mengambil inisiatif?”
“Inisiatif seperti apa?”
Marquis berkata: “Kau harus mendirikan kerajaan secepatnya, tapi Kadipaten tanpa dukungan Kerajaan sulit berkembang stabil. Jika terjadi perang pembantian naga yang lebih berbahaya, situasinya tak terduga. Kau adalah kesatria naga, Ake adalah penyihir agung. Sebenarnya bisa memilih bergabung dengan Kerajaan Elang, atau Negeri Baja.”
“Bagaimana dengan Adipati Agung?”
“Ah.” Marquis menghela nafas, “Aku telah menjadi pengikut Putri Mahkota, Adipati Agung tak pernah mengecewakanku, tapi krisis Safir bukanlah keputusanku. Sebagai Marquis, aku ingin memenuhi kewajiban pengikut untuk Keluarga Safir sebisanya, tapi kini situasi sudah bukan level yang bisa ditentukan ksatria biasa.”
Marquis tak bisa menentukan situasi perang.
Begitu Ordo Ksatria Kerajaan Elang menyerbu Safir, keunggulan laut pasukan Safir akan hilang. Lagipula Marquis sangat paham alasan promosinya menjadi Marquis adalah berkat performa luar biasa anaknya.
Tapi Liszt bisa.
Dia mulai memahami apa yang dimaksud dengan pilihan: "Sejujurnya, Ayah, aku tidak suka bergantung pada orang lain. Baik Kerajaan Elang maupun Negeri Baja, tidak ada yang worth it untuk kusupport! Jika aku mendirikan kerajaan, bahkan ingin langsung menyebutnya sebagai kerajaan dan menjadi Raja sendiri."
Marquis memandang Liszt dengan bingung: "Liszt, sebuah kerajaan setidaknya harus memiliki dua naga."
Liszt tetap berekspresi datar: "Aku tahu."
Melihat itu, Marquis tidak lagi bimbang antara kerajaan atau kadipaten: "Dari ucapanmu, sepertimu ingin membantu Adipati Agung saat diperlukan?"
"Aku bukan tipe orang yang suka perubahan. Posisi Kadipaten Safir saat ini sangat kusukai. Jika bisa mempertahankan keadaan ini, sangat cocok untukku berdiam diri sambil berkembang perlahan... Tapi tetap harus lihat perkembangan perang. Mungkin saat Adipati dan Alonzo sama-sama hancur, itulah timing terbaik untukku muncul."
Misi asap memberikan opsi posisi tanpa menentukan harus membantu Adipati Safir atau bergabung dengan Kerajaan Elang. Jadi Liszt punya pilihan ketiga - mengambil keuntungan di akhir perseteruan, memanfaatkan situasi ketika Adipati dan Alonzo saling melemah untuk menguasai Safir.
Keuntungan maksimal yang bisa didapat.
"Jangan terlalu percaya diri. Kamu masih muda, bisa berkembang bertahap."
"Aku mengerti, Ayah. Sekarang Kerajaan Elang sedang invasi, Pulau Tapal Kuda akan segera jadi medan pertempuran. Berhati-hatilah di sini. Aku dan Ake akan kembali ke wilayah untuk mengorganisir Ordo Ksatria memberikan pasukan ke Ekor Sapi. Nanti kita lihat perkembangan pertempuran dan respons Adipati."
……
Tidak ada penundaan.
Liszt langsung menyuruh Ake mengantarnya pulang, melakukan persiapan singkat, dan mengabari keluarga Tulip untuk mengorganisir Ordo Ksatria Pulau Karang serta Ordo Ksatria Pulau Kuda Hitam agar siap bertempur.
Kemudian bersama Ake, mereka kembali ke wilayah Ekor Sapi, menunggu kedatangan perang.
Penantian ini berlangsung selama tiga hari.
Saat Ordo Kavaleri Darah Biru dalam jumlah besar yang dipimpin Sang Pangeran tiba di Kota Kuku Banteng, kapal layar cepat Safir yang berpencar di laut akhirnya menemukan armada Kerajaan Elang.
Rapat tak terhitung jumlahnya, setidaknya ribuan kapal layar dua tiang, diselingi beberapa kapal layar tiga tiang.
Saat kabar ini sampai ke Kota Kuku Banteng.
Sang Pangeran segera mengadakan rapat. Termasuk Liszt, lebih dari 30 bangsawan seperti marquis dan count telah bersiap, menunggu instruksi lebih lanjut.
Dengan ekspresi tegas, Sang Pangeran memandang seisi ruangan dan berkata perlahan: "Ayahku, Adipati Batu Safir, sedang menunggang Naga Safir menuju sini. Ini adalah ancaman besar bagi wilayah Safir, tapi janganlah gentar! Laut adalah ladang kuda Safir. Penjajah Kerajaan Elang pasti akan tenggelam di birunya air laut!"
"Paduka, apa yang harus kami lakukan?"
"Lancarkan serangan di laut! Hancurkan armada Kerajaan Elang di tengah samudra sebelum mereka menginjakkan kaki di pulau mana pun milik Safir!"
