Trauma sihir mengerikan yang membalikkan situasi pertempuran, saat Liszt mengucapkan kalimat penambah wibawa itu, dia sudah kembali mengendalikan Rio untuk menyerbu Ksatria Naga Zamrud Muda.
"Manfaatkan dia mabuk, ngewein dia", ehem...
"Manfaatkan dia sakit, ambil nyawanya" selalu menjadi gaya bertarung pribadi Liszt. Asal ada kesempatan, jelas-jelas tidak akan menunda sedetik pun.
Pengeboman intensif ngewe sampai tamat!
"Saat ini Kesatria Naga Zamrud Muda terjebak dalam posisi bertahan. Sihir mengamuk yang ada di mana-mana, bekerja sama dengan Kesatria Naga Api yang mampu menghindari sihir melalui lintasan mata naga, benar-benar tak terbendung. Pedang Naga Es muncul dan menghilang seperti hantu, selalu berhasil meninggalkan luka-luka baru di tubuh Naga Zamrud Muda."
"Luka yang terlihat mengerikan mungkin tidak berarti bagi seekor naga, tetapi akumulasi kerusakan yang ditimbulkan terus bertambah seiring berjalannya waktu."
"Mengapa bisa seperti ini!"
"Apa yang sedang terjadi!"
"Kepala Karlo dipenuhi kebingungan. Dia sama sekali tidak menyangka situasi bisa berbalik seperti ini. Padahal sebelumnya dia dengan penuh wibawa menyiksa Kesatria Naga Api, tapi sekejap mata malah menjadi pihak yang disiksa. Setiap tebasan pedang ke tubuh Naga Zamrud Muda terasa sama seperti menebas tubuhnya sendiri."
"Nafasnya tersengal oleh rasa sakit, tetapi semuanya terjadi terlalu cepat untuk bereaksi."
"Byur!"
"Liszt kembali menikamkan pedangnya ke tubuh Naga Zamrud Muda yang terkekang oleh Sihir Air-Lingkaran Air, seolah menusuk langsung jantung Karlo."
"Rio juga memanfaatkan kesempatan untuk mencakar tubuh Naga Zamrud Muda, mendorongnya kembali ke arah permukaan laut."
Naga Zamrud Muda sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk melawan, ia hanya terus-menerus mengepakkan sayapnya untuk mencegah jatuh ke laut. Baik naga itu maupun Karlo sama-sama mengerti, sekali terjatuh ke laut maka nyawa bisa langsung melayang. Semua sihir itu berasal dari dalam laut, tidak diketahui penyihir mana yang melepaskannya.
Karlo belum pernah melihat sihir seganas ini, ini jelas bukan level yang bisa dikeluarkan Penyihir Besar, namun selain Penyihir Besar, sepertinya hanya Warcraft laut yang bisa melepaskan sihir kuat semacam ini.
"Mungkinkah ada Warcraft laut perkasa bersembunyi di laut?"
"Warcraft laut tingkat tinggi?"
"Atau Warcraft laut super?"
"Bahkan Warcraft laut keturunan naga super? Sub-Naga laut?"
Pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan, tapi tak sempat direnungkan karena serangan Liszt yang disertai serangan badai hujan membuatnya nyaris tak bisa bernapas.
Pikiran Naga Zamrud Muda mulai mendominasi - Lari!
Naga permata ini saat ini hanya ingin melarikan diri, secara insting ia membenci Naga Elemen, lebih takut pada serangan tak terduga dari bawah laut, jika tidak terpaksa ia sama sekali tidak ingin bertarung di laut.
Ddorrr!
Sihir kembali menyergap, perut Naga Zamrud Muda terkena sihir elemen air-
Pilar Air Kuat menghantam, membuat organ dalamnya hampir terbalik, memuntahkan semua makanan yang dimakan beberapa hari terakhir. Sebelum Naga Zamrud Muda sempat bereaksi, aura Naga Api menyergap, cakar naga mencengkeram sayapnya dan menyobeknya.
"Roar!"
"Oh hou!"
Dua lolongan naga bergema, satu penuh kesakitan, satu penuh kegembiraan.
“Rio, berguling, aku akan membunuh Karlo!” Liszt yang bersemangat tetap tenang, mengamati situasi pertarungan dengan akurat. Saat ini, teriakan Naga Zamrud Muda yang melengkungkan lehernya justru memperlihatkan Karlo*Ziluolan di Panggung Taring Naga.
Kesempatan!
Rio mengikuti kehendak hati, tubuhnya berguling cepat.
Memposisikan Liszt untuk menyerang Karlo. Pedang Naga Es mengayun deras, jurus Semburat Senja menyala tepat menghantam punggung Karlo.
Byur!
Karlo mendongak menyemburkan darah.
Senjata panjang peraknya goyah, langsung terjun bebas.
"Tidak!"
Karlo menahan sakit di tubuhnya, mengendalikan Naga Zamrud Muda untuk turun mencoba meraih kembali Tombak Naga Perak. Tapi Liszt takkan melepas kesempatan ini. Dengan refleks bersyarat, Busur Bayangan Cepat menembakkan tiga anak panah beruntun - bukan ke manusia tapi ke Tombak Naga Perak.
Bunyi Bruuk! Tombak itu terpental membentuk parabola dan jatuh ke laut.
Cepat menyimpan busur, menggenggam lagi Pedang Naga Es, terus menyerang Ksatria Naga Zamrud Muda. Rangkaian gerakan ini nyaris tanpa celah.
Pada momen inilah.
Senjata hilang, sihir terus membaptis, pembunuhan naga berlanjut, Karlo akhirnya pasrah berteriak: "Alonzo, selamatkan aku!"
Pertempuran singkat yang terjadi dalam sekejap membuatnya jantung berdebar ketakutan, hampir mengompol.
"Skenario ini tidak seharusnya seperti ini!" Namun realitas berkata lain, dia dipukul mundur oleh kesatria naga api Liszt*Tulip yang sebelumnya dianggap remeh. Kontras tajam ini membuatnya tidak bisa tenang, sekaligus menyadari kepahitan menghadapi dua lawan sekaligus - perlakuan istimewa yang pernah dinikmati Adipati Batu Safir.
Maka dengan malu terpaksa dia berseru minta tolong, persis seperti ketika sang adipati meminta bala bantuan saat melihat kesatria naga api.
"Bertahan, Karlo!"
Teriakan Ksatria Naga Perunggu Alonso*Xiankelai menggema, memaksanya meninggalkan Adipati Batu Safir yang sudah goyah untuk menyelamatkan Ksatria Naga Zamrud Muda. Naga perunggu yang kelelahan mengerahkan sisa tenaganya, menerjang ke medan pertempuran laut yang sedang dibaptis sihir.
Adipati Batu Safir berseru parau: "Liszt, aku juga datang, suruh temanmu jangan menyerangku!"
Sang adipati tak berani mangkir. Kekalahan Liszt berarti malapetaka baginya, meski kondisi naga safirnya sudah kritis. Untungnya dia melihat secercah harapan - meski Liszt si penunggang naga api masih lugu, di laut dia punya kekuatan tempur yang hampir menyamai kesatria naga.
Sekarang situasinya tiga lawan dua, bertahan berarti menang!
Empat naga menyelam ke medan baptisan sihir. Ake terpaksa muncul dari laut demi mempertahankan akurasi dan kekuatan mantra.
Kaki menginjak-injak kerang kipas putih besar, lengan ramping yang mengenakan cincin safir dan cincin dimensi terus terangkat melepaskan mantra.
Ombak besar menderu, pilar air membubung, uap air berkabut menciptakan pelangi yang memancarkan kilauan cahaya di bawah sinar matahari sore. Saat ini, sosok samar-samarnya terlihat berturut-turut oleh tiga ksatria naga. Meski tubuh mungilnya diselimuti jubah longgar penyihir, identitasnya memaksa orang untuk mengasosiasikan sebuah legenda.
Profesi legendaris yang sudah lama tidak muncul, penyihir agung yang sejajar puncak kekuatan dengan ksatria naga!
"Tidak mungkin!"
"Penyihir agung!"
"Mengapa bisa muncul ksatria naga baru dan penyihir legendaris di laut ini!" Karl dan Alonzo sama-sama tidak bisa menerima.
Bahkan Adipati Batu Safir pun membelalakkan matanya: "Liszt ternyata punya teman penyihir agung!"
Keterkejutan tidak berlangsung lama karena pertempuran masih berkecamuk sengit.
Keikutsertaan ksatria naga perunggu tidak mempengaruhi performa Liszt. Ia masih membombardir ksatria naga zamrud muda dengan ganas, terus mengayunkan Pedang Naga Es untuk membunuh di tempat. Sebelum musuhnya benar-benar dikalahkan, ia tak mau mengganti target! Urusan terletak pada keteguhan, jangan mengambil biji wijen tetapi kehilangan semangka.
Dan sebelumnya melalui pengamatan lintasan mata naga, juga ditemukan bahwa Carlo lebih lemah daripada Alonzo. Alonzo seharusnya termasuk ksatria naga berpengalaman, sementara Carlo adalah ksatria naga baru.
Gaya bertarung masih menunjukkan jejak keluguan. Jenis ksatria naga seperti ini paling mungkin untuk dipertahankan!
Adegan kekejaman yang seru terus terpampang di otak Liszt. Hatinya telah dipenuhi oleh satu pikiran: "Pertahankan Carlo, pertahankan Naga Zamrud Muda! Aku akan membuat seluruh dunia tahu namaku. Perang pembantian naga tidak menakutkan, yang benar-benar mengerikan adalah aku, Liszt*Tulip!"
