Posisi Panggung Taring Naga sangat unik.
Terletak di persambungan leher dan tubuh naga, tepat di tengah tulang belikat kedua sayap. Saat naga mengepakkan sayap, panggung taring justru terlindungi di bawah naungan sayap. Ini menjadi jaminan keamanan ksatria, ancaman baru muncul ketika punggung ksatria terbuka.
Celah antara sayap dan leher menjadi area serangan ksatria naga.
Panjang tombak naga tidak perlu melebihi tubuh naga, karena energi naga bisa dipancarkan keluar. Tombak naga hanya perlu bisa menjangkau celah-celah saat sayap bergetar dan membidik ke segala arah. Pembunuhan jarak dekat sejati membutuhkan naga yang bekerja sama dengan membalikkan punggungnya, menyerang dengan metode punggung menggesek punggung.
Di waktu lain, cukup bekerja sama dengan naga yang bertindak sebagai pasukan utama pertarungan jarak dekat, sementara ksatria menjadi output energi tempur.
Jadi naga adalah tunggangan paling sempurna bagi ksatria. Ksatria naga adalah contoh terbaik penyatuan manusia dan tunggangan. Kekuatan perkasa naga yang dipadukan dengan kebijaksanaan manusia menjadikan ksatria naga sebagai kekuatan puncak penguasa dunia.
Naga Zamrud Muda yang telah tumbang tak lagi mampu melindungi Panggung Taring Naga miliknya.
Liszt tidak tahu apakah ada ksatria naga yang sukses menunggangi naga dengan cara ini, tapi kesempatan terbentang di depan mata dan dia takkan melewatkannya.
"Bagus, Naga Zamrud Muda tumbang tanpa perlindungan sama sekali. Panggung Taring Naga benar-benar terbuka, lokasinya sangat cocok untuk ditunggangi." Dengan satu lompatan, dia mendarat di leher Naga Zamrud Muda, lalu melangkah dua kali ke posisi Panggung Taring Naga, menginjakkan kedua kakinya di cekungan tulang.
Kemudian dia duduk terjengkang.
Pikirannya sesaat menjadi kacau, merasakan energi tempur dalam tubuhnya mulai bergolak, seolah ingin menyatu dengan energi sihir Naga Zamrud Muda. Tapi beberapa kali bergolak, semuanya putus di momen krusial, seakan energi sihir Naga Zamrud Muda sama sekali tak bisa tersambung, tak mampu menopang pertempuran hati.
"Ini sangat berbeda dengan pengalaman pertama Liszt menunggangi Rio."
Saat itu ketika dia menaiki Panggung Taring Naga Rio, koneksi energi tempur dan energi sihir langsung terselesaikan dalam sekejap, kemudian hati nuraninya langsung menerobos masuk ke dalam hati Rio, memulai pertempuran psikis.
"Apakah Naga Zamrud Muda terlalu lemah, ataukah itu menolakku menunggangi naga?" Pikiran ini berkelebat, Liszt memutuskan mengambil inisiatif. Dia mengalirkan energi tempurnya dengan gila-gilaan, mengikuti lintasan saat menunggangi Rio, berusaha menangkap energi sihir Naga Zamrud Muda untuk menyelesaikan koneksi.
Tindakannya cukup kasar, tapi metode ini segera mengenai sasaran.
Setelah energi sihir dan energi tempur terhubung, dengan memanfaatkan karakter khusus keduanya, Liszt tiba-tiba merasakan tekanan berat di tubuhnya, seolah berbaring di ranjang (tempat tidur) sambil susah payah membuka mata - kelopak mata yang berat hampir menutup panca inderanya berkali-kali, mendesaknya untuk tertidur pulas.
Dengan pengalaman pertempuran psikis sebelumnya, Liszt bertahan menahan sensasi ini. Dia membuka matanya, dan pemandangan di depan seketika berubah.
Ini adalah dunia yang dipenuhi aroma alkohol menyengat.
Di bawah kakinya menginjak tulang belulang raksasa yang tak diketahui asal usulnya, dikelilingi oleh ribuan tulang lainnya - semuanya terendam dalam air beraroma alkohol, tak diragukan lagi itu semua adalah alkohol.
Di kedalaman tulang-tulang itu, terdapat permata hijau muda raksasa yang retak-retak, setiap retakannya mengalirkan alkohol tanpa henti.
Di atas permata, terbaring seekor Naga Zamrud Muda.
Naga ini sedang tertidur pulas.
"Inikah perwujudan hati Naga Zamrud Muda? Apakah dengan mengalahkannya, aku bisa memenangkan pertempuran hati?" Liszt mencoba melangkah maju dua langkah. Ia sangat bingung mengapa dunia batin Naga Zamrud Muda justru terlihat seperti dunia khayalan pemabuk.
Mungkinkah Naga Zamrud Muda sebenarnya adalah naga pemabuk?
Lalu tulang-tulang ini, apa maksudnya? Apakah mewakili kesukaannya menggerogoti tulang?
Tapi semua itu tidak penting. Yang terpenting sekarang adalah membunuh naga Zamrud Muda yang sedang tertidur ini, persis seperti saat ia membunuh naga jahat yang terbelenggu rantai besi tujuh warna di dunia batin Rio.
"Muncul lah, pedang besarku!"
Dengan panggilan lembut, kabut kekuatan Naga Asap yang membalut tubuhnya seketika berubah menjadi Pedang Naga Es properti api. Ia sebenarnya penasaran: apakah pedang ini proyeksi hatinya, perwujudan kekuatan takdir, atau keduanya memang satu kesatuan?
Mungkin kekuatan takdir sudah lama menyatu dengan jiwanya, tak terpisahkan lagi.
Ia melompat.
Mendarat di permata Zamrud Muda retakan raksasa, mengamati naga Zamrud Muda yang tertidur dari dekat. Naga ini tidak bereaksi sama sekali, seolah di dunia nyata ia mengalami luka parah dan koma yang menyebabkan dunia batinnya juga mengalami nasib serupa. Terutama pada tubuhnya yang dipenuhi retakan, seolah akan pecah setiap saat.
“Tidak ada sedikit pun tantangan.” Liszt tersenyum tipis, mengangkat pedang besar merah menyala, bersiap membunuh perwujudan hati naga zamrud muda hingga ke akar-akarnya.
Namun tepat pada saat itu, kilatan cahaya tiba-tiba menyambar di depan matanya.
Seorang ksatria bersenjata lengkap muncul tiba-tiba di hadapannya, mengangkat tombak naga sepanjang lima meter dan menangkis pedang merah menyala milik Liszt.
Kemudian dengan gesit melesat ke arahnya, berusaha menusuk Liszt dengan tombaknya.
“Apa ini?”
Refleks Liszt luar biasa cepat. Ia langsung menghindar sambil terus mengamati ksatria yang muncul mendadak ini. Sekilas pandang pertama, ia seolah sudah memahami identitas lawannya - Abraham*Cahaya Bulan Perak, kesatria naga keluarga kerajaan dari Kerajaan Elang yang hidup lebih dari tiga abad lalu.
Juga kesatria naga pertama zamrud muda, orang yang meninggalkan bekas luka di hati naga tersebut.
“Jadi kaulah bekas luka hati kesatria naga? Kalau begitu, dengan membunuhmu, aku akan memenangkan kunci pertempuran hati?” Liszt tidak tahu bagaimana kesatria naga lain berkompromi dengan bekas luka hati, apakah mereka juga harus membunuh perwujudan kesatria naga ini.
Tapi ia tahu yang harus dilakukannya hanyalah bertarung.
Satu jengkal lebih panjang, satu tingkat lebih perkasa!
Bekas luka hati Abraham*Cahaya Bulan Perak hanyalah proyeksi kehendak, namun memiliki seluruh pengalaman bertarung kesatria naga. Walau tidak diketahui seberapa kuatnya semasa hidup, kesatria naga yang mampu meninggalkan bekas luka hati pasti berada di tahap sempurna, kekuatannya sama sekali tidak lemah.
Setelah beberapa kali pertempuran sengit.
Liszt menyadari dirinya sama sekali tidak unggul, justru ditindas keras oleh tombak naga lawan.
Namun dia segera menemukan kelemahan: Abraham*Cahaya Bulan Perak yang memegang tombak naga tidak lincah bertarung, terutama tombak naga sepanjang lima meter yang sulit dibelokkan dan diayunkan. Keunggulannya hanya karena Liszt belum sepenuhnya beradaptasi dengan lingkungan.
"Dia bekas luka mental Kesatria Naga yang membawa tombak naga alih-alih pedang besar. Mungkin... seharusnya dia sedang menunggang Naga Zamrud Muda?"
Kesatria Naga generasi awal bisa menunggang naga. Pewaris yang menghadapi bekas luka mental penunggang naga, tentu tak bisa menghapus jejak itu.
Tapi sekarang, bekas luka mental Kesatria Naga ini TANPA NAGA!
Liszt tersenyum getir. Rahasia bekas luka mental Kesatria Naga telah terbongkar. Saatnya melenyapkan Abraham*Cahaya Bulan Perak!
